Aku harap kalian ngerti, jangan sider please...
Kalau males komen, setidaknya vote, itu bisa bikin aku semangat nulis.Lagipula vote itu gratis, nggak di pungut biaya apapun.
Klik bintang dulu yaa....⭐⭐⭐
.
.
.
Plak! Sebuah tamparan dari Ayah Rena mendarat di pipi Zaky, "Om, aku nggak ngapa-ngapain dia!" Zaky menatap tajam ke arah Rena yang sedang melakoni perannya sebagai korban, padahal dialah pelakunya.
Ayah Zaky yang tidak terima anaknya di perlakukan seperti itu langsung naik pitam,"Beraninya kamu menampar anak saya!" bela Ayah Zaky, sedangkan bunda Zaky sudah menangis dari tadi, berusaha menahan suaminya yang emosi.
"Memangnya kenapa? Hah! Kamu tidak punya hak melawan saya." Ayah Rena balik melawan.
Ayah Zaky sudah sangat emosi, ia tahu benar anaknya tidak seperti itu, lagi pula ia mengenal bagaimana sifat Rena yang sangat munafik. Ayah Zaky melangkah ingin membela anaknya lagi namun tiba-tiba dadanya sakit, membuatnya jatuh terduduk.
"Akhh!"
"Papa?! Papa kenapa?" panik bunda Zaky.
Segera Zaky membopong ayahnya ke dalam mobil miliknya. Rena benar-benar kejam, ia dan ayahnya bahkan hanya menjadi penonton saat keadaan genting seperti ini.
**💜**
Sampai di rumah sakit, emosi Zaky makin memuncak, sebab tak ada yang mau menangani ayahnya, bahkan membantunya mengambil brankar pun tak ada.
"Maaf pak, kami tidak bisa menangani ayah anda. Ini perintah dari atasan kami" jelas suster itu, masih kukuh dengan jawabannya.
"Ini rumah sakit macam apa sih! Ini ayah saya lagi sakit suster!!"
"Saya bisa menelfon atasan mereka untuk menangani dia dengan cepat, kalau kamu setuju menikahi anak saya Rena" sahut ayah Rena.
Zaky muak dengan ancaman itu, napasnya berhembus kesal, kini ia tak punya pilihan lain, yang terpenting sekarang adalah ayahnya selamat.
"Oke," jawab Zaky dengan tatapan penuh kebencian pada pria tua itu. Terlihat lah Rena yang melompat kegirangan.
"Tapi...kalau sampai Ayah saya kenapa-napa, saya tidak akan memaafkan kalian!!!" gertak Zaky, sampai-sampai Rena ketakutan.
"baiklah, urus mereka." Para suster itu langsung menarik brankar ayah Zaky dan langsung memasukkannya ke ruang UGD.
Zaky duduk di ruang tunggu, ia memikirkan Zidny, "mungkin memang harus gini, lagipula gue juga cuma sekedar suka sama cewek itu. Sedangkan Rena...gue udah lama kenal, tapi sifatnya.."
Kepala Zaky tiba-tiba pusing ia teringat dengan sesuatu. Kenapa sekarang di kepalanya ada penampakan seorang gadis kecil.
"Apa itu Rena?"
"Apa Rena pernah berjalan kaki waktu SD?"
**💜**
Zidny memukuli dadanya dengan hantaman keras, ia sudah cukup sakit melihat bundanya menangis, dan melihat kakaknya berubah. Kini ia mendengar kabar kalau Zaky akan segera bertunangan.
Melihat Zaky tertawa dengan wanita lain saja hatinya sudah sangat hancur apalagi matanya melihat jelas wanita lain menciumnya, ralat..wanita itu adalah pemilik Zaky sekarang.
Janji cowok emang nggak bisa di pegang. Jadi berharap, hanya jalan untuk menyakiti diri sendiri saja.
Zidny kini memilih untuk bolos jam terakhir dan pulang cepat untuk melihat keadaan bundanya. Ia tahu bundanya sedang tidak baik-baik saja sekarang.
Ia berjalan gontai masuk ke dalam rumahnya, lalu terhenti saat melihat Danu duduk melantai bersender di sofa, penampilannya ambur adul begitu berantakan.
"Lo gak usah berharap banyak. Rena bakal nikah sama Zaky.." sahut Zidny sinis.
Danu langsung bangkit, "maksud lo?"
"Dia cuma manfaatin lo bang! Dia sekarang nuduh kalau Zaky yang hamilin dia!!"
"A..apa?"
Zidny tak menggubris lagi, air matanya turun tanpa permisi. Mengingat janji-janji bullshit Zaky yang membuatnya jadi orang paling menyedihkan.
"Bunda..." Zidny membuka pintu sambil menatap Amara dengan air mata bercucuran, bagai anak kecil yang hendak mengadu.
Zidny berhambur ke pelukan bundanya, dan menangis sejadi-jadinya.
**💜**
Im so sorry pendek hehe
Makanya semangatin^^
Oke gudbye huhu
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Z
Teen Fiction• BELOM DI REVISI GUYS • [Comedy Sad Romance] SILAHKAN BACA BLURBNYA JIKA INGIN JATUH CINTA PADA CERITA INI ;) "Bagaimana bisa aku jatuh cinta pada pria yang lebih pendek dariku?" - Zidny Feradita Anjasmara. 4 thn kemudian. "Bagaimana? Masih ingin m...