07. mimpi atau apa?

1.4K 241 94
                                    

Gdar gdar gdar!

Zidny terbangun, ia mengusap matanya yang terasa membengkak. Zidny bingung kenapa dia bisa ada di dalam toilet. Sekilas matanya membulat melihat jam tangannya.

"What?! Gue bolos?!!"

Segera dia keluar dari toilet, seseorang yang sepertinya mengumpatinya tak lagi di pedulikan olehnya. "Ngapain aja sih lo di dalem! Gue kebelet tau gak"

Zidny berlari menuju kelasnya, aish hari pertama sekolah yang membuat dirinya terkesan nakal. Bolos!

"Gue tadi ngapain ya? Gue abis ngapain coba? Aish...gue lupa!"

Sampai di kelas, tanpa memperdulikan guru yang sedang mengajar, Zidny menerobos masuk memegangi kepalanya yang pusing, mengomel sana-sini, tatapannya berhenti pada Dian. Seakan memperingatinya bahwa Zidny sedang cari mati.

Gelagat Dian membuat Zidny sedikit tak paham, "ha? Lo kenapa Yan?"

"ZIDNYYYYYYYYYY!!!!!!" Teriakan itu membuat Zidny terkaget.

"Woi brisik!!!" Balas Zidny menutup mata dan telinganya.

Deg! "Bu Friska?"

"KEEELUUUAAAAARRRRRR!"

Lagi-lagi Zidny di hukum, padahal belum satu minggu Zidny bersekolah di sini, tapi ini yang kedua kalinya dia di hukum setelah PLS kemarin dia telat datang.

"Zidny!" Karna merasa di panggil maka yang punya nama pun berbalik, dilihatnya Zaky berlari menuju ke arahnya, mata Zidny membulat lalu ikut berlari menghindar dari Zaky.

Terjadilah adegan kejar-kejaran seperti film india namun dengan soundtrack filn action. Zidny akhirnya tertangkap karena kelelahan, sepertinya ia di tugaskan oleh bu Friska untuk mempersulit hukuman Zidny.

"Lo kenapa sih?!" Kesal Zidny dengan napas tersengal-sengal

"Lo yang kenapa! Gue cuma mau ngajak lo ngomong, bukannya syuting film india" Zaky mengatur nafasnya tanpa melepas cengkraman tangannya pada Zidny.

"Sekarang gue tanya, kenapa temen lo yang dateng pas gue nyuruh lo ke taman?" Sekarang Zidny mulai ciut melihat tatapan tajam dari bola mata coklat milik Zaky. Gadis itu menunduk, entak kenapa dia takut pada tatapan seorang bocah yang kini sudah membuktikan bahwa dia bukan bocah seperti yang dikatakan Zidny.

"Gu gue,"

"Apa?" Zaky semakin mendekatkan wajahnya dengan ekspresi garang yang Zidny takuti. Kedua tangan Zidny di pegang erat olehnya membuat rencana ingin kabur Zidny tak bisa ia laksanakan.

"Gue nggak bisa ngomong kalo lo sedeket ini!!" Teriak Zidny terlalu polos membuat Zaky tak bisa menahan senyumnya.

"Lo kenapa senyam-senyum!?"

"Gak papa," refleks Zaky menetralkan wajahnya. "Ya udah jawab pertanyaan gue"

Pikiran Zidny kemana-mana, kenapa dia harus gugup seperti orang bersalah, bukannya Zaky yang sengaja menyuruhnya datang untuk pamer kemesraan padanya. Tatapan Zidny pun berubah, sekarang dia berani membalas tatapan tajam milik Zaky, "tunggu... sekarang lo nyalahin gue, bukannya elo nyuruh gue dateng buat pamer kemesraan sama Sarah?!"

"Jadi.. lo cemburu?" Ucapnya menggoda gadis di hadapannya itu. Zaky kini fokus pada fakta bahwa Zidny salah paham.

"Oh... jadi lo sengaja!!" Zidny sekarang kesal karena dipermainkan, jika hanya ingin membuat dirinya cemburu kenapa harus seperti itu.

"Berarti lo beneran cembu--" PLAK!

"Makasih ya atas keberhasilannya!" Zidny tersenyum sinis setelah membekaskan tamparan penuh amarah di pipi Zaky. "Dasar playboy!"

"Shh" Zaky meringis mengelus pipinya yang perih. Dengan mata berkaca Zidny meninggalkan Zaky, Zidny berharap pria itu mengejarnya, namun nihil. Tangisnya semakin menjadi setelah sampai di toilet, ia membasuh wajahnya dengan air agar tidak ada tahu bahwa dia habis menangis.

Pulang sekolah Zidny sudah sangat lelah dan ingin sampai ke rumahnya dengan cepat, namum rintik hujan yang tadinya tak terlalu deras kini semakin bertambah deras seiring langkah kakinya, Zidny berteduh di halte yang dia lewati dan untungnya ia tak terlalu jauh hingga dia memilih untuk putar balik agar seragamnya tak basah.

Suhu semakin mendingin membuat gadis itu pucat dan menggigil. Tak lama dia di sana sebuah motor melaju melewatinya, saat itu waktu tiba-tiba berjalan lambat Zidny sempat beradu pandang dengan pria itu, Zaky. Setelah gadis itu memungut pecahan hatinya yang hancur dan memasangnya kembali, kini Zaky dengan mudahnya melemparkan kerikil dan sangat tepat sasaran, dia berhasil membuat hati gadis itu berhamburan seperti tak bisa disatukan lagi setelah melihat gadis yang bersama Zaky, memeluk erat pria itu seakan tak ingin lepas darinya.

Dia tidak menyukaimu! Ingat itu Zidny. Jangan berharap lebih lagi pada pria semacam dia! Mungkin dia tidak salah, akulah yang salah karena telah mengoloknya dulu dan mengatainya cowok pendek, kini dia membuktikan bahwa dia bisa mengubah perkataanku, dia bisa lebih dari diriku yang sekarang. Aku mungkin salah mengartikan janjinya dulu, aku pikir dia akan tetap mencintaiku tapi aku lupa berpikir logis, memangnya aku ini siapa? Gadis tercantik sedunia kah? Atau seorang putri dari kerajaan besar? Pikiranku ini terlalu dangkal, mana mungkin empat tahun terakhir ini dia tidak mencintai seorangpun, mana mungkin tak ada yang mau dengannya, dia pintar, tinggi, wajahnya sempurna, dia bisa menakhlukkan gadis mana saja yang ia mau, kenapa? Kenapa aku terlambat untuk sadar bahwa aku ini hanya salah satu dari ribuan rintik hujan yang tak sengaja ia pilih namun salah dengan pilihannya, dan sekarang dia bisa memilih yang lebih sempurna dariku.

Karna tak sadar bahwa sedari tadi ada yang ikut berteduh di sampingnya, Zidny pun menangis sangat keras sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Orang itu mendekatkan sebuah sapu tangan hingga mengenai kulit lengan gadis itu, Zidny sontak kaget dan bergeser sedikit, dia menatap pria di dekatnya itu dengan wajah berantakan.

"Elo siapa?"

"Ini sapu tangan, buat kamu. Kasian dasinya kalo di pake ngelap ingus"

Zidny tak langsung menerima pemberian pria itu, pikirannya masih bingung kenapa dia tak merasakan kehadiran pria itu padahal dia bawa motor.

"Ambil aja. Aku bukan orang jahat" Pria itu meraih tangan Zidny lalu memberikan sapu tangan tersebut.

"Udah lama nunggu hujan berenti?"

Zidny sibuk mengelap ingusnya dan dijawabnya pertanyaan pria itu dengan gelengan.

"Kenapa nangis? Gara-gara kamu, aku kehujanan sampai basah begini" ucapnya tanpa menatap Zidny.

Otak Zidny berputar, kenapa Zidny yang disalahkan? Memangnya dia yang menurunkan hujan dengan air matanya.
"Ahkk.." 'kok perasaanku gak enak ya' Zidny memegangi dadanya yang tersentak sedikit membuatnya kesakitan beberapa detik. Mungkin karna kedinginan ia seperti ini, pikir Zidny.

"A.."

"Namaku Zahdan Darmawan" ucapnya memotong perkataan yang hampir keluar dari mulut Zidny.

"Kamu?"

"Zidny Feradita Anjasmara."

"Nama yang cantik, tapi tidak secantik orangnya.." Zidny kelihatan jengkel mendengar itu.

"...kalau lagi nangis begini, maksudnya. Coba kalau senyum. Aku yakin seribu persen pasti cantik"

"Gombal" Zidny mendelik tak peduli.

"Sepertinya hujannya mulai redah, ayo pulang" dia mengulurkan tangannya, apa dia bisa di percaya? Batin Zidny sepertinya ragu untuk mengiyakan.

"Aku bukan orang jahat. Aku akan magang besok di sekolahmu. Ini kartu namaku kalau tidak percaya"

"Lo mahasiswa?"

"Anak SD, ayo saya antar pulang, gak baik anak gadis pulang sendirian apalagi sudah mulai gelap." Dia menarik tangan Zidnydengan mudahnya, Zidny seperti mematung dan tidak memberikan perlawanan.

.

.

Tbc.😉

Gimana part ini? Suka gak nih. Ada unek-unek atau kekesalan buat Zaky?😂😃

Pilih Zahdan atau Zaky nih gurls?

Double Z Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang