20.

914 135 40
                                    

Ini hari pertama Zidny masuk sekolah setelah kejadian itu.

Entah mengapa Zidny merasa semuanya canggung, di kelas cuma Dian dan Sarah yang heboh saat ia datang, ada sedikit rasa kecewa yang mengganggunya.

"Eh Zid, mending lo ganti baju, ikut duduk-duduk aja di pinggir lapangan." usul Sarah

"Wah ide bagus, dari pada lo sendirian di sini. Ntar ada orang jahat lagi." ucap Dian membenarkan.

"Gak usah deh. Gue pengen ke perpus aja"

Dengan senyum terpaksa pun Dian dan Sarah mengiyakan, "tapi kalau ada apa-apa telfon gue ya?" ucap Sarah cepat.

"Siap komandan" Zidny mengangkat tangan kanannya memberi hormat seketika mereka semua tertawa.

________

Zidny berjalan-jalan di koridor menuju perpustakaan, sambil melihat-lihat perubahan apa saja yang terjadi di sekolahnya setelah lama tak menginjakkan kaki di sini, selain sikap Jidan dan Dante serta anak-anak lainnya.

Saat sampai di perpustakaan Zidny memilih duduk melantai di bagian paling pojok. Terlalu ramai di luar, mungkin anak kelas 11 IPA sedang ada tugas.

Tunggu, Zidny tersadar kalau yang sedang belajar di perpustakaan adalah kelas Zaky. Ia sedikit tersenyum, lalu kemudian mencari keberadaan pria itu di balik sela-sela buku, namun ia tak menemukannya.

Tiba-tiba saja ada suara perempuan yang masuk ke perpustakaan, mungkin karena perpustakaan memang sepi jadi suara normal saja bisa terdengar ribut di sini.

Zidny menemukan sosok itu, namun ia bersama seorang perempuan yang bergelayutan di lengannya.

Mata Zidny melotot, dia Rena. Sejak kapan dia sekolah di sini.

Ada perasaan sesak di dada Zidny, ia memukul-mukul dadanya sambil menahan sesuatu. Sesuatu yang membuat matanya menjadi panas.

Zaky kelihatan bahagia bersama Rena, senyumnya tidak di buat-buat.

Oiya Zidny mengerti, lama tak berada di sekolah membuat orang-orang terdekatnya merasa seperti Zidny sudah tidak ada.

Baiklah kalau itu kemauan mereka, Zidny akan membuktikan kalau ia juga mampu bersikap acuh.

Saat dirinya sibuk melamun, suara cempreng Dian dan Sarah terdengar,

sekilas Dian melambai ke arah Rian yang di balas senyuman. Mungkin mereka sudah jadian, Zidny benar-benar ketinggalan berita.

Sekarang apa lagi yang ia tak tahu? Masih adakah?

Saat Sarah bertanya pada senior-senior di sana apakah ia melihat Zidny. Tanpa memperdulikan kedua sahabatnya itu, Zidny bangkit dan berjalan di sisi lain rak perpustakaan di mana ia tak akan berpapasan dengan sahabatnya dan juga pasangan itu.

"Eh itu Zidny?" Rian menunjuk Zidny yang berjalan acuh seakan tak mendengar percakapan mereka.

Zaky menatap sendu punggung gadis itu, ia hampir bangkit sebelum Rena menarik lengannya untuk kembali duduk.

Sarah mendelik tajam ke arah Zaky dan kekasihnya itu. Lalu kemudian mengejar Zidny.

***

Zidny kini berada di rooftop, di sini ia bisa menjerit dan menangis tanpa ada yang mendengarnya. Hatinya sangat sakit, "Kenapa gue nggak mati aja sekalian waktu itu!! Arghhh!"

Tangisnya meledak meluapkan kemarahannya, tak lama kemudian seseorang datang, Zidny langsung menghapus air mata yang masih ada di pipinya.

"Gue nggak tau kalo lo udah masuk hari ini, dan gue__"

"Lo abis bolos lagi?"

Pria itu Gilang, kata Sarah ia sering membolos akhir-akhir ini. Ia tak lagi akrab dengan Dante dan Jidan.

Ia terkekeh, "tau dari mana gue sering bolos?" Gilang lalu duduk di dekat Zidny kemudian menatap gadis yang menyipitkan matanya karena di terpa sinar matahari.

"Sorry nggak pernah jenguk lo,"

"Gak papa kok, udah biasa"

Zidny bangkit dan berdiri di pinggiran balkon, ia menutup matanya menikmati angin sepoi-sepoi yang cukup sejuk. Keningnya berkerut seiring berhembusnya angin.

Gilang mendekat, ia tahu gadis itu sedang ada masalah dan ia tahu masalah apa itu. Ia menatapnya dekat dari samping, ingin rasanya ia mendengar keluhan gadis itu, memeluknya lalu menenangkannya.

Namun dengan cepat Zidny berbalik menghadap ke arah Gilang, kemudian memeluknya.

Gilang kaget bukan main, dirinya masih mematung. Gadis itu memeluknya erat, dan tak lama tangisnya mengeras.

Gilang membalas pelukan Zidny,
"Hiks..Gilang kenapa semua orang gak ngehargain gue hiks.."

"Kenapa semuannya tiba-tiba berubah?"

"Seandainya waktu itu Jidan---"

"Zidny!" Gilang memotong perkataan Zidny, ia melepas pelukannya lalu menatap gadis itu dengan lekat.

"Jangan karena kak Zaky yang ngehianatin lo, jangan karena Jidan sama Dante ngejauhin lo, dan lo merasa semuanya pergi! Liat gue, apa gue pergi? Mama lo, apa dia pergi??"

Zidny menatap Gilang sendu begitu pun Gilang, tatapannya begitu tulus, Zidny pun kembali memeluk Gilang, tangisnya kembali meledak.




****

 Semua orang bisa berubah kapan saja, jadi jangan terlalu banyak berharap ;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua orang bisa berubah kapan saja, jadi jangan terlalu banyak berharap ;)

-Zidny Feradita Anjasmara-


Tbc.

Jangan lupa vote ya!!^^

Double Z Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang