Hoi Assalamualaikum!
Apa kabar semua? Baik? Alhamdulillah kalau gituh.
Yaudah, sebelum scroll ayok VOTE dulu. Jangan pelit-pelit, karena orang pelit itu di benci Allah, kalau mampu VOTE, ya ayok vote wkwk.
Liat TYPO? KASIH TAU AKU YA! ;)
Vote! [⭐⭐⭐]
°°°°
Sulit menebak hati, apa ini cinta? Kalau ia beri tahu aku. Lalu perasaan apa ini saat aku bersama yang lain? Apa ini juga cinta? Aku bingung.°°°°
Dian dan Sarah masuk setelah Zaky mengatakan kalau Zidny sudah membaik, gadis itu tertidur di atas brangkarnya, wajahnya begitu lesuh akibat kelelahan. Begitu banyak hal yang terjadi dalam waktu singkat ini, dan itu semua karena kebodohan Zaky."Gue titip Zidny ya," ujar Zaky, ia pamit untuk mengurusi administrasi Zidny.
"Oke!" Tak ada alasan untuk menolak, Dian dan Sarah pun mengangguk mengiyakan.
****Hari ini mendung, apa dia sedih lagi?
"Abang yakin nggak mau jenguk Zidny?" tanya Gilang pada abangnya yang lumayan lama tak ia jumpai. Yap, Zahdan pulang ke negara asalnya, negara yang ia tinggalkan sementara hanya untuk melupakan sebuah nama.
"Nanti aja Lang," jawab Zahdan dalam keadaan memejamkan mata, ia terlihat kelelahan karena perubahan cuaca serta waktu yang membuatnya tidak terbiasa.
Belum lama ia menapakkan kakinya di negaranya ini, ia sudah kepikiran pada Zidny, alasan mengapa ia pergi. Ia kira dengan menjauh untuk beberapa waktu akan membuatnya lupa pada gadis yang sangat ia cintai itu, tapi nyatanya sulit sekali mengikhlaskannya untuk orang lain, apalagi untuk pria yang selalu menyakitinya. Jelas sekali Zahdan tidak rela.
"Lo belum move on ya, Dan?" celutuk Rena yang duduk di kursi belakang. Pertanyaan itu langsung membuat canggung suasana di dalam mobil
Zahdan tak menjawab, ia tahu kalau Gilang sekarang sedang memperjuangkan Zidny.
"Ah nggak asik kalian, susah banget ya lupain si Zidny? Si Gilang aja nggak berenti deketin Zidny, apa lo juga masih suka sama dia?"
Ckitt! Mobil berhenti tiba-tiba dan membuat mata Zahdan terbuka, "so--sorry lampu merah" sahut Gilang, ia jadi tak fokus karena pembahasan Rena.
Gilang membanting stir, memutar balik ke tikungan sebelumnya ia lalui, Rena yang kebingungan pun langsung bertanya.
"Loh, kita nggak ke rumah lo?""Iya kita ke rumah sakit dulu" jawab Gilang tanpa menoleh, ia menambah kecepatan mobilnya.
"Lang, gue capek pengen istirahat" sahut Zahdan, ia tahu apa maksud Gilang, dan ia tak mau membuat adiknya patah hati lagi.
Gilang memilih tak menggubris, dan hanya fokus pada jalanan saja.
****
Mereka sampai di parkiran rumah sakit. Rena dan Gilang turun, namun tidak dengan Zahdan, ia tampak sengaja melemaskan tubuhnya.
Gilang membukakan pintu untuk Zahdan karena abangnya itu tak mau bergegas keluar dari dalam mobil.
"Bang, udah ayo keluar!" Gilang menarik lengan Zahdan hingga cowok itu benar-benar berdiri di samping mobil."Lang.. gue bener-bener capek" Zahdan melengos.
Gilang menatap Rena, "Bantu gue Ren,"
"Oke!" Rena pun langsung menggandeng sebelah lengan Zahdan dan menariknya bersama Gilang.
Sebelumnya Gilang sudah menelfon Sarah untuk menanyakan keberadaan ruangan Zidny di rawat, dan akhirnya mereka sampai tepat saat Dian keluar untuk membelikan buah untuk Zidny.
"Loh? Kak Zahdan?!!" ucap Dian setengah berteriak, ia agak kaget melihat penampakan Zahdan. Tak banyak yang berubah namun itu tetap membuat Dian shok, para saingan Zaky berkumpul di satu ruangan dan Zidny ada di sana.
Zahdan tersenyum simpul menyapa Dian, lalu Gilang langsung masuk saja setelah adegan sapa-sapaan tadi. Sarah yang di dalam sendirian juga ikut kaget melihat Zahdan lagi.
Zahdan tak berkedip, ia sekarang benar-benar bertemu Zidny. Pertama kali melihat gadis itu terbaring pucat di atas brangkar membuat hati Zahdan terenyuh, apa saja yang gadis itu lalui hingga harus berakhir di rumah sakit, lagi dan lagi.
Tampa sadar Zahdan mendekat ke arah Zidny dengan wajah khawatir, ia langsung duduk di kursi samping brangkar gadis itu, "Abangnya Zidny tau dia masuk rumah sakit?
Lalu, Zidny sakit apa Lang?"
Gilang terdiam sejenak, "di--dia--"
"Dia hampir aja di perkosa sama temennya Zaky" potong Rena lancar tampa ragu, "atau .. udah kali ya?"
Gilang menampar kecil bibir Rena, "lo jangan ngomong sembarangan!"
"Kan waktu itu gue udah bilang! Makanya, jahat-jahat gini tuh lo harus percaya juga sama gue!"
Ada rasa sesal yang di rasakan Gilang, waktu Dona dan Damar datang menjenguk Zidny, Rena memang memperingatkan Gilang agar berhati-hati pada Damar, karena Rena bisa melihat bagaimana sorot mata Damar menatap Zidny, bagai harimau kelaparan yang tak sabar menyantap hidangan yang sudah ada di depan matanya.
"Udahlah!"
Zahdan berbalik, "Kok bisa dia..?! Arggh! Zaky mana?!"
Zahdan jadi emosi setelah mendengar kalau Zidny hampir saja di lecehkan. Ia tak habis pikir, apa saja yang Zaky lakukan hingga tak bisa menjaga Zidny dengan baik.
"Emmmh.. nggak.. " Zidny mengigau, keringat dingin membasahi pelipis Zidny, ia bergerak tak nyaman, mungkin ia sedang bermimpi buruk.
"Zidny?" Zahdan mencoba membangunkannya.
"Aaaghh!" kedua mata Zidny terbuka, ia langsung bangun dan menarik lengan baju Zahdan.
"Di--dia datang lagi!" teriak Zidny menunjuk ke arah depan, yang di mana tak ada siapapun di sana.
"Siapa Zid? Gak ada orang di sana"
Gilang ikut mendekat, ia juga cemas melihat keadaan Zidny, "Zid tenangin diri kamu dulu. Kita semua di sini, nggak ada orang jahat di sini"
"Di--dia! Dia.." Zidny memeluk tubuhnya, ia menangis sambil menggeleng, "aku nggak suka tubuh ini!!"jeritnya keras, hingga menggemah di dalam ruangan.
"Zid.." tegur Zahdan lembut, dengan wajah kasihan ia menatap gadis itu.
Tatapan Zidny pun menangkap sosok Zahdan, tangisnya terhenti seketika.
Sudah berapa lama Zidny tak melihat wajah itu, wajah orang yang dulunya selalu ada saat ia di sakiti oleh Zaky.Waktu yang lumayan lama, setelah pertunangannya dengan Zaky, pria itu ini tiba-tiba menghilang dari muka bumi seakan sengaja menghindarinya, dan di situ juga lah awal mula hari-hari Zidny di warnai oleh Zaky, namun bukan warna yang cerah, tetapi sebaliknya. Itu semua karena Zidny sangat mencintai Zaky.
"Kak.. hikss.." Zidny memeluk Zahdan layaknya adik yang mengadu ke kakaknya.
Apa sekarang ia berdosa jika terlihat bahagia saat kedatangan malaikatnya lagi? Entah apa yang Zidny rasakan sekarang, tapi sepertinya ia memang sangat menunggu kedatangan Zahdan.
Gilang tersenyum miris, sampai kapan pun, gue nggak akan bisa dapetin lo Zid. Zaky adalah orang yang lo cintai, dan Zahdan adalah orang yang paling lo butuhin. Entah apa gunanya gue di hidup lo.
Rena menarik Gilang untuk keluar, seperti tahu kalau tontonan itu tak seharusnya Gilang lihat, "temenin gue sebentar"
Tbc.
Next? Komen!
Vote jangan lupa!⭐⭐⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Z
Teen Fiction• BELOM DI REVISI GUYS • [Comedy Sad Romance] SILAHKAN BACA BLURBNYA JIKA INGIN JATUH CINTA PADA CERITA INI ;) "Bagaimana bisa aku jatuh cinta pada pria yang lebih pendek dariku?" - Zidny Feradita Anjasmara. 4 thn kemudian. "Bagaimana? Masih ingin m...