Hey kamu, semua orang tahu tentang rasaku, rasaku sederhana tolong jangan dibuat rumit dengan ketidak ingin tahuanmu
Seluruhnya tahu, matahari milik langit sepenuhnya. Namun matahari di renggut oleh awan gelap saat dirinya membutuhkan matahari bersamanya. Namun di tengah kegelapan malam, bulan selalu memenuhi janjinya untuk datang meski tak seutuhnya.
-langit mendung-
Setelah kekesalannya pada mantan Zaky, Zidny memilih tak ke rumah sakit lagi dan beralasan pada bundanya yang tak lain dan tak bukan adalah bunda Zaky sendiri bahwa dia sedang fokus menghadapi ulangan harian bulan ini, padahal kebiasaan Zidny hanya membuat pelampung alias contekan untuk ulangan, melihat Zahra yang akrab dengan mantan Zaky membuat matanya panas jadi lebih baik dia di rumah saja. Dan ini hari keempatnya tak ke rumah sakit menjenguk Zaky.
_____
Di lepasnya kaos kaki putih beralaskan warna hitam itu sembarangan, lalu ia berlari menuju dapur.
"Bun, Bang Danu mana?" Zidny pulang dengan wajah kusut.
"Tumben kamu nyari abangmu," Amara melirik sekilas ke arah Zidny yang panik,
"Duhh bunda, buku catatan Zee ke bawa sama tasnya bang Danu" Zidny mengacak-acak rambutnya karna dia pulang membawa penat sehabis di hukum oleh ibu PKN. Itulah sebutan Zidny untuk guru-gurunya. Akibat lupa membawa catatan, dia harus di jemur lagi di bawah sinar matahari.
"Abangmu mau nginap di rumah temennya" Amara masih sibuk memotong bawang sambil merespon putri bungsunya itu.
"Apa?!! Aduhh ergghh.." mulutnya komat-kamit mengumpati Danu, ia mengambil tasnya lalu menyeretnya menuju kamar. Amara pun hanya geleng-geleng melihat sikap Zidny yang tak berubah.
Setelah sampai di kamar, dia melemparkan tubuhnya ke kasur empuknya. Deringan handphone dari kantong bajunya membuatnya terlonjak kaget. "Eh copot! Kampret!!" Segera Zidny membungkam mulutnya, takut di dengar oleh Amara. Sebab dia akan dapat masalah jika sampai Amara mendengarnya.
"Halo?"
"Bisa keluar bentar nggak? Gue ada di depan rumah lo" terdengarlah suara Gilang, Zidny sempat kaget dan bingung, tumben Gilang menelfonnya.
"Ha?? Ngapain?"
"Keluar aja, gue mau ngomong sesuatu yang penting!"
Zidny langsung mengambil langkah seribu setelah memastikan Gilang benar-benar ada di depan rumahnya yang ia lihat dari balkon kamarnya. Amara bahkan kaget mendengar suara sendal Zidny yang menggemah.
"Lo ngapain di sini?" Ucap Zidny to the point tanpa basa-basi.
"Gue...aduhh gimana cara bilangnya ya" ucap Gilang bak orang bingung.
Dia membuat Zidny bingung dengan ucapannya."Apa sih Lang?"
Drrrtttt drrttt....
"Duh siapa lagi sih?" Kesal gadis itu karena lagi-lagi teleponnya berdering. Mata bulatnya membesar ketika melihat nama bunda Zaky di layar handphonenya.
"Waalaikumsalam tante?" Berubahlah suara Zidny menjadi anggun, sambil tersenyum ia menjawab salam bunda Zaky.
"Akting lo jelek" ucap Gilang menggelengkan kepalanya dan langsung mendapat lirikan tajam dari Zidny. ZHIINGGG! 😬
"Apa?! Zaky udah sadar?"
"Baik bunda, Zidny segera ke sana!" Ucap Zidny excited.
Dengan secepat kilat ia masuk dan meminta izin pada Amara. Kemudian keluar menemui Gilang, dengan bersikap manis meminta agar di antar ke rumah sakit, serta mengandalkan jurus puppy eyes nya, Gilang pun tak bisa menolak permintaan seorang gadis, apalagi dia itu Zidny.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Z
Teen Fiction• BELOM DI REVISI GUYS • [Comedy Sad Romance] SILAHKAN BACA BLURBNYA JIKA INGIN JATUH CINTA PADA CERITA INI ;) "Bagaimana bisa aku jatuh cinta pada pria yang lebih pendek dariku?" - Zidny Feradita Anjasmara. 4 thn kemudian. "Bagaimana? Masih ingin m...