26.

750 116 20
                                    

Beberapa minggu setelahnya..

Kabar bahwa Zaky akan segera melangsungkan pertunangan menyebar cepat dalam waktu singkat, bahkan sebelum orang-orang tahu, Zidny sudah menebak bagaimana akhirnya nanti.

Sakit? Sudah jelas.

Waktu berlalu cepat seakan tak ada yang istimewa, kini Zidny menyesal telah mengenal Zaky, ia bahkan menyesal satu sekolah dengannya, kalau saja dulu Zidny tak menggubris pernyataan cinta bocah laki-laki yang sangat pendek itu, ia mungkin tak harus mengalami sakit hati seperti ini.

Bel berbunyi tanda semua pelajaran hari ini telah usai, seperti biasa ia akan menunggu bus di halte.

Kalau kalian mencari kabar Zahdan, mungkin hanya ada satu hal yang Zidny ingin katakan, "aku sudah tidak mengenalnya"

Penyesalan demi penyesalan yang harus Zidny tanggung karena ulahnya sendiri, karena waktu itu....

___________

Flashback.

Hari itu Zahdan datang ke rumah ku, ia menahan bang Danu agar tidak gegabah, karena saat itu bang Danu sudah kehilangan akal sehatnya, ia hampir bunuh diri dengan menggores nadinya dengan kaca, namun Zahdan datang pada waktu yang tepat, aku sudah menyerah mencoba mendobrak pintu kamarnya tapi karena Zahdan lah bang Danu berhasil di selamatkan.

Pada hari itu juga Zahdan menyatakan hal yang mengejutkan untukku, ia menyatakan perasaannya, sebenarnya aku sempat berpikir untuk menerimanya dengan meminta waktu agar aku bisa memikirkannya matang-matang lalu menjawabnya esok, 

namun ada hal yang sangat membuatku tidak menyangka.

Keesokannya, aku turun dari kamar ku yang berada di lantai 2 menuju pintu depan, dengan wajah berseri menebak kalau yang datang itu Zahdan, tapi sayangnya....

bukan Zahdan, melainkan Rena.

Aku benar-benar bingung mengapa dia yang datang bukan Zahdan, di pikiran ku mungkin ini hanya kebetulan dan aku mencoba mengabaikan Rena yang bersikeras ingin berbicara padaku.

Pada akhirnya bunda membiarkan ia masuk, aku memperingatkannya agar tak mengganggu bang Danu lagi, namun ternyata bukan bang Danu niatnya datang ke rumahku tapi ... aku, ia ingin memberi tahu ku sesuatu.

"Lo nggak usah terima Zahdan, gue peringatin"

Itu kalimat awal yang begitu membingungkan bukan?

"Lo gak berhak masuk dalam keluarga gue"  lantangnya terdengar tak sopan.

"Maksud lo apa?"

"Ck, lo gak tau apa kalo gue sama Zahdan sepupuan?"

Deg! Aku tidak percaya dengan perkataan Rena, aku sangat yakin ia berbohong.

"Lo gak usah merusak hubungan sodara yang seharusnya gak pernah terpecah

Lo tuh murahan banget tau nggak, lo bikin Zaky jatuh cinta sama lo, sedangkan di sisi lain lo bermesraan dengan Zahdan!! Dan parahnya lagi...

Lo bikin Gilang sakit hati!!!"

"Maksud lo apa sih, gue nggak ngerti! Lo nggak usah ngarang ya!"

"mungkin lo bakal nggak percaya tapi yang gue bilang ini fakta.." ucapnya mengeluarkan sebuah foto di mana Rena bersama Zahdan dan Gilang di dalam foto itu.

"Coba lo pikir.. Kenapa hubungan gue menjadi buruk padahal dulu gue sama mereka akrab? Bahkan sekarang mereka menganggap gue itu orang asing.."

"Yap bener, Zahdan pernah suka sama gue dan..." lanjut Rena dengan senyuman menggantung.

"CUKUP!" suara dari arah pintu langsung menyita perhatianku dan Rena. Di sana berdirilah Zahdan dengan wajah memerah, ia langsung masuk dan menarik Rena keluar.

Gelagat Zahdan membuatku curiga, aku yang awalnya sama sekali tak percaya dengan perkataan Rena kini hanya bisa tersenyum miris, berarti apa yang di jelaskan Rena tadi semuanya benar.

Saat mereka sedang berdebat di depan pintu rumah ku, aku mendengar semuanya dari dalam dan akhirnya aku keluar, dengan berat hati aku menolak Zahdan, karena aku tak mau berhubungan dengan Rena lagi.

Ini sangat menyakitkan, yang menambah keperihannya karena rasanya Rena mengambil semua apa yang berharga bagiku. Dia perempuan yang baru aku kenal, merebut semua kebahagianku dalam sekejap.

"Udah kak, jangan salahin kak Rena" ucapku melerai mereka, aku berusaha agar tak menangis namun entah kenapa rasanya aku benar-benar kasihan pada diriku sendiri.

"Maaf aku nggak bisa nerima kakak, jadi aku mohon jauhin kehidupan aku kak" jelasku, membuat keduanya terdiam, tapi detik berikutnya Rena terlihat tersenyum penuh kemenangan.

Aku mungkin tak sopan karena setelah mengatakan itu aku langsung menutup pintu rumahku lalu berlari ke kamar.

Aku berteriak meluapkan semuanya dengan mengigit selimut, meredamkan suaraku. Aku tidak mau bunda mengkhawatirkanku. Dia sudah sangat depresi dengan kelakuan bang Danu, apalagi kalau tahu aku bersedih seperti ini.

.

.

_______________

Zahdan  di pindahkan magang ke sekolah lain, mengetahui kabar itu Zidny mencoba untuk bersikap biasa saja namun Dian dan Sarah tak berhenti mengkhawatirkan keadaan Zidny.

Tiap hari ia begitu lesu tak bersemangat, lingkaran hitam di matanya membuatnya terlihat tak sehat,

Tahun keduanya di sekolah terasa sangat hampa, walau Jidan dan Dante sudah mulai akrab lagi dengan nya.

Zidny pulang seperti biasa, berjalan menuju halte, menunggu, lalu naik bus, dulu ia akan sangat bersemangat melihat cowok-cowok dambaannya lewat, salah satunya pasti juga akan menawarinya pulang bersama.

Yang Zidny maksud adalah Zahdan, dan Zaky, juga kadang Gilang yang selalu menemaninya.

Oiya Gilang, ia masih menjadi teman baik Zindy, tapi tak seperti dulu lagi, ia berubah setelah tahu Zidny menolak Zahdan.

Ini benar-benar membuat Zidny muak, seharusnya ia memang tak mengenal orang-orang itu.

.

.
Tbc.

Double Z Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang