41.

586 90 80
                                    

Jangan lupa vote comment yaa, karena itu bisa bikin mood aku baik dan bisa cepat update wkwk.

Jangan memaksa gue untuk merebut dia kembali.

Kalau lo sayang, jangan sakitin dia, bikin dia nangis bahagia, bukan nangis memohon di lepaskan.

****

Zaky menggendong tubuh Zidny keluar dari mobil, busa putih itu masih saja tak berhenti keluar dari mulut Zidny, gadis itu mengalami kejang yang makin membuat Zaky dan Gilang khawatir.

"Sus! Tolong brangkarnya!" teriak Gilang lebih dulu masuk.

Setelah brangkar itu tiba, barulah Zidan segera di bawa ke ruang gawat darurat.

"Kalo Zidny kenapa-napa, mati lo!" geram Gilang menunjuk tepat di depan wajah Zaky, sebenarnya ia sangat ingin melonggarkan rahang Zaky dengan tinjunya namun ia urungkan karena sekarang yang paling penting adalah keselamatan Zidny.

Ini yang kedua kalinya Zaky berada di ruang tunggu UGD menunggu kabar baik dari dokter tentang Zidny.

Tiga puluh menit berlalu, lampu dari ruang UGD berubah jadi hijau, Zaky tersenyum legah karena ini pasti kabar baik.

Dokter keluar dan langsung di sambut dengan berbagai pertanyaan oleh Zaky dan Gilang.

"Gimana dok? Keadaan Zidny baik-baik aja kan?"

"Dia nggak kenapa-napa kan, dok?"

"Saya boleh masuk dok?"

"Saya juga dok"

Tanya mereka berlomba-lomba. Dokter itu pun mengangguk, tak ada yang tahu ekspresinya ini menandakan ada kabar buruk ataukah kabar baik.

"Kalian beruntung membawanya ke rumah sakit dengan segera.. "

Ucapan dokter itu membuat dua cowok itu menghelah napas legah, itu artinya Zidny baik-baik saja.

"tapi, kabar buruknya.. "

"Loh kenapa dok?" tanya Zaky dan Gilang bersamaan.

"Sepertinya adik kalian, mengalami amnesia parah"

Perkataan dokter itu langsung membuat Zaky dan Gilang saling bertatapan sejenis, lalu memicingkan mata.

Adik? Gue calon suaminya?

Zaky yang kakak, gue calon pacarnya.

Tak mau berdebat, pikiran itu di buang jauh-jauh oleh Zaky dan Gilang, kemudian fokus pada apa yang di katakan dokter tadi.

"Maksud dokter apa ya?" Gilang angkat bicara, karena Zaky sudah tahu Zidny akan kehilangan ingatannya tapi bukan se parah yanh dokter katakan.

"Sepertinya ia mengonsumsi obat penghianat ingatan jangka pendek, tapi dosisnya terlalu banyak sehingga membuat memori di otak adik kalian jadi kacau"

"Dok, dia bukan adik saya" ucap Zaky dan Gilang bersamaan, lagi. Sepertinya mereka risih di anggap kakak Zidny.

"Loh? Jadi kalian siapa?"

"Pacar! / Suami!" sahut Gilang dan Zaky, membuat dokter itu menggeleng.

"Kita boleh masuk, dok?"

"Silahkan, mungkin dia sudah siuman" tutur dokter itu mempersilahkan dua cowok itu masuk, membuat mereka saling dorong mendorong.

"Anak jaman sekarang, sukanya ngaku-ngaku" gumam dokter itu melihat tingkah laku Zaky dan Gilang.

______

Double Z Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang