09-Pertemuan yang Kebetulan

1.6K 56 0
                                    

Di rumah Albert

Albert PO'V

"Fadilah"ucapku sambil menutup mataku dan menikmati angin malam meniup wajahku. Di balkon kamarku sendiri yang sedang menikmati pemandangan kota Makasaar dan angin malam yang begitu sejuk. Masih teringat saat bersamaku dengan Fadilah tadi sore. Dimana saar Fadilah yang di tabrak motor dan marah-marah nggak jelas, padahal dia sendiri yang salah karena nyebrang kok nggak lihat kiri kanan dulu sih?

"Hm, Fadilah"ucapku kembali, sambil menatap bangunan-bangunan pencakar langit yang ada di kota ini.

"Apa? Kak Albert menyebut nama siapa? Fadilah?"ucap tiba-tiba seseorang yang berdiri di belakangku dengan suara yang familiyar yang biasa aku dengar

Aku yang tersadar dari pikiranku sendiri dan merasa namaku di panggil kemudian melihat ke sumber suara tersebut.

"Eh, ternyata kau Adri, sejak kapan kau disini?"tanya Albert

"Sejak kau menyebut nama Fadilah"ucap Adri acuh, kemudian duduk di sofa yang tidak jauh dari tempatku berdiri.

"Kenapa Adri seperti kesal saat dia tau, kalau menyebut nama Fadilah"ucapku membatin. Aku masih ingat kejadian kemarin, saat Adri menggigau menyebut-nyebut nama Fadilah, seakan-akan dia sangat merindukan dan tidak mau berpisah dengan Fadilah apa bila dia bertemu lagi dengan Fadilah.

"Ada apa? Tumben kau ke sini?"tanyaku pada Adri sambil ikut duduk di sampingnya

"Nggak ada apa-apa kok"ucap Adri sambil melihat cahaya bulan purnama. Ya, pasti sedang marah, karena terlihat sekali di matanya, rahangnya yang mengeras sambil mengepalkan tangannya. "Kak, aku harap kau tidak menghianatiku cuma gara-gara 1 wanita"lanjut Adri dengan sorot mata yang lebih tajam dari pada elang.

Aku hanya mendengar dan mencerna perkataan Adri, pun mengerti tentang arah pembicaraan Adri.

"Oh, ternyata Adri juga meraruh perasaan kepada Fadilah"tebakku membatin

"Apa kau menyukai Fadilah, Adri?"tanyaku pada Adri tanpa menatap Adri

"Iya"jawab singkat Adri

"Lalu bagaimana dengan Anasya?"tanyaku kembali, yang kini sudah menatapanya, namun Adri masih tetap melihat bulan purnama.

Prang

Adri sengaja menyenggol minuman alkohol yang berada di atas meja kemudian melangkah keluar dan membanting pintu kamarku dengan keras. Aku tahu, pasti dia sedang marah, tapi apakah pertanyaanku salah?

Author PO'V

Adri melajukan mobilnya dengan kecapatan di atas rata-rata dan penuh emosi sampai di rumahnya karena mengingat terus pertanyaan Albert tentang pernikahan Adri dan Anasya. Adri yang baru sampai di kamar apartemannya langsung membanting barang-barang yang ia gapai.

"Aaaa!!PERNIKAHAN, PERNIKAHAN, PERNIKAHAAAN!!"teriak Adri menggema di kamarnya.

Flasback on

Adri yang rindu dengan ibunya akhrirnya pulang ke Indonesia, karena ibunya Adri, lebih memilih untuk di makamkan di Indonesia yang lebih tepatnya di Bandung.

Tak lupa pula, Adri mengajak Albert dan Albert pun memang mau ke Indonesia, karena Albert mau membuka cabang perusahaannya di Indonesia, yang bertepatan di kota Makassar. Kerena Albert meningat tentang kota Makassar adalah kota yang strategis dalam urusan dunia bisnis.

Adri seorang arsitek, merancangkan gambar bagunan untuk perusahaan cabang Albert. Adri yang merasa bosan di Makassar akhirnya memilih untuk pergi jalan-jalan ke kabupaten dan desa-desa.

Farmasi dan CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang