27-Kebersamaan

1.3K 47 0
                                    

Author PO'V

Rumah Adri, Bandung

Setelah dokter memperbolehkan Fadilah untuk pulang, Adri hanya terus menyuruh Fadilah tinggal dikamar. Tidak boleh keluar kamar, apalagi keluar rumah. Adri masih mengingat jelas akan mimpinya 2 bulan yang lalu

"Kak, kenapa sih, aku nggak boleh keluar kamar?" Tanya Fadilah setiap kali bertemu di kamar *Ya, dimana kalau bukan di kamar, Adri hanya terus menyuruh Fadilah tinggal di kamar😅

"Kalau aku bilang kamu dikamar saja, ya kamu dikamar saja" Jawab Adri jengkel

Hanya itu jawaban yang di berikan oleh Adri kepada Fadilah. Fadilah juga tidak bisa keluar kamar, karena Adri menguncinya dari luar dan yang memegang kunci hanya Adri dan bi Amor.

Fadilah selalu memohon kepada bi Amor untuk membiarkan Fadilah keluar apabila tidak ada Adri di rumah. Namun, bi Amor tidak memperbolehkan Fadilah, karena Adri sudah mengancam bi Amor dan ancaman Adri selalu serius

Fadilah PO'V

"Ih, bosan banget aku dikamar terus" Ucapku sendiri, yang hanya berbaring di tempat tidur terus

"Bagaimanapun caranya, aku harus keluar dari kamar ini" Ucapku semangat kemudian duduk di tepi ranjang

"Handphone, tv, leptop, air minum, buah, semua ada, tapi aku bosan banget, aku mau main di halaman belakang rumah" Ucapku malas mengingat ada ayunan di sana dan kemudian kembali berbaring

"Kak Adri, aku mau keluar, aku mau bermain di halaman belakang, aku sudah baik-baik aja, leherku sudah nggak sakit lagi" Ucapku sendiri dan mengingat bahwa aku sudah menjalani oprasi Amandel

Ceklek. Kak Adri memasuki kamar dengan tampilannya yang berantakan. 2 kancing atas kemeja putihnya terbuka, lengan kemejanya digulung sampai siku, rambutnya klimasnya berantakan dan memperlihatkan poni samping kanannya, dasinya yang di longgarkan, dan jasnya di taruh di bahu kirinya. Namun bagiku, penampilan kak adri yang seperti itu, sangatlah seksi.

"Kakak sudah pulang?" Tanya pada kak Adri yang melemparkan jasnya ke sofa

"Hmm" Jawab kak Adri kemudian berjalan ke lemari untuk mengambil handuk

"Kak Adri mau mandi ya?" Tanyaku kembali

"Iya" Jawab kak Adri acuh

"Aku siapin air ya" Ucapku berjalan ke kamar mandi

"Nggak usah, aku bisa sendiri, kamu istirahat saja sana" Balas kak Adri dingin

"Baiklah" Jawabku memelas. Jujur, kalau Adri bersikap dingin, aku merasa terpojokkan olehnya, dan aku sangat takut padanya

Saat kak Adri sedang mandi, aku tak sengaja melihat kunci yang berada di atas meja yang ada di samping ranjang

"Aku ambil aja deh kuncinya, lagian juga aku hanya sampai di taman belakang" Ucapku sambil meraih kunci

"Tapi kalau, kak Adri marah, gimana ya?" Pikirku ragu

"Apa yang pegang?" Tanya kak Adri tiba-tiba

"Ah, astagfirullah, kakak sudah mandi?" Tanyaku kaget

"Aku tanya, apa yang kau pegang?" Tanya kak Adri kembali

"Anu, eh, pulpen, iya pulpen" Jawabku lambat dan menyembunyikan kunci tersebut di genggaman tangan kananku sambil tersenyum kaku

"Coba aku lihat" Pinta kak Adri yang mengulurkan tangannya

"Mati aku, bisa-bisa kak Adri marah kalau sampai dia tahu kalau aku mau keluar kamar" Ucapku membatin

"Fadilah" Panggil kak Adri tiba-tiba

"Eh, aduh kak, leherku sakit" Ucapku pura-pura memegang leherku dengan tangan kiriku

"Obat, iya, obat, aku belum minum obatku" Ucapku pura-pura dan terduduk lemas dilantai

Kak Adri langsung mengambilkan obatku yang berada di laci riasku. Walaupun aku mempunyai meja rias, tapi aku tidak pernah menggunakannya, karena selain aku tidak pandai bermake up, aku juga tidak suka dengan bahan kimia yang menempel di wajahku. Dan sengaja juga aku simpan obatku di dalam laci, karena aku biasa menyenggol obatku yang apabila berada di atas meja

Saat kak Adri sibuk mengambilkan obatku, aku langsung cepat-cepat menyimpan kunci tersebut kembali di tempatnya

"Ini obatmu" Ucap kak Adri memberikan obatku yang sebelumnya kak Adri mendudukkanku di sofa

"Terimakasih kak" Ucapku, jujur, aku sudah meminum obatku

"Ohya kak, boleh aku minta air hangat" Ucapku setengah berbisik tanpa memandang kak Adri

"Hmm" Balas kak Adri kemudian beranjak mengambilkanku air hangat

Saat kak  Adri mengambilkanku air hangat, aku langsung memasukkan obatku kedalam saku pyamaku, memang aku biasa pakai baju pyama kalau berada di rumah dan tidak peduli bawahannya, baik itu celana ataupun rok, yang penting auratku, tertutup, karna lagipula, inikan hanya di rumah, ya walaupun ada laki-laki di rumah ini selain kak Adri, yang tidak lain adalah para bodyguard.

"Ini" Ucap kak Adri yang menyedorkan air hangat untukku, kemudian duduk disampingku

"Makasih kak Adri" Ucapku sambil menerima air hangat yang di berikan oleh kak Adri

"Mana obatnya?" Tanya kak Adri karena tidak melihatku memasukkan obat namun aku sudah meneguk air terlebih dahulu

"Eh, anu, aku sudah memasukkannya tadi, sebelum kak Adri memberikanku air" Jawabku kaku dan berbohong

"Oh" Kak Adri hanya ber'oh' ria dan berdiri mengambil baju dan masuk kemar mandi

Skip>>
"Kak, aku bosan dikamar terus" Ucapku saat aku  sedang menonton tv, sedangkan kak Adri sibuk dengan handphonenya. Sekilas kak Adri menatapku

"Aku mau ke halaman belakang, buat main ayunan" Pintaku memelas

"Ya udah, ayo, tapi hanya sebentar, oke?" Tanya  kak Adri

"Oke, hore, makasih kak Adri" Ucapku  semangat, kemudian berlari kecil untuk menuju halaman belakang, sementara kak Adri mengikutiku dari belakang dengan berjalan dengan santainya






Bersambung

Farmasi dan CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang