PROLOG
"Aku pastikan, kau pasti menjadi milikku selamanya"
-Adrian Yudriyansa Colabs
"Aku menyesal, karena telah bertemu denganmu, tapi aku bahagia, karena telah mencintaimu"
-Fadilah Yulianda
"Halo, maaf ini dengan siapa?" Jawabku saat mengangkat telepon rumah
"..."
"Iya, saya sendiri" Jawabku
"...."
"Apa!?" Tanyaku kaget
"..."
"Iya, saya segera kesana" Jawab lalu menutup telopon.
"Pak Udin" Setengah teriak mencari pak Udin
"Iya nak, ada apa?" Tanya saat berada di belakangku
"pak Udin kemana sih?" Tanyaku sedikit kesal
"Maaf nak, tadi bapak ada di belakang tadi nak, makanya bapak nda dengar kamu" Jawabnya
"Ohya sudah, sekarang antar saya kerumah sakit sekarang" Ucapku sambil melenggang pergi kekamar untuk mengambil tasku
"Untuk apa nak?" Tanyanya
"Kak Adri lagi di Rumah sakit sekarang pak" Jawabku geram
"Astagfirullah, ya sudah, mari saya antar nak" Ucapnya lalu melenggang pergi
>>Skip
Rumah sakit
Saat ini sedang di rumah sakit, sebelumnya aku meminta tolong ke pak Udin untuk pulang ke rumah dan meminta tolong ke bu Amor untuk mempersiapkan semua kebutuhan saat berada di Rumah Sakit.
"Suster, dimana suami saya, atas nama Adrian Yudriansa Colabs?" Tanyaku pada suster yang sedang mengawas.
"Oh, ada di lantai 1, ibu terus saja berjalan lewat sini, kemudian belok kanan, nanti ibu akan melihat UGD disana" Jawab suster mengarahkan
"Iya, terimakasih, suster" Ucapku
"Sama-sama Bu" Balasnnya
Setelah itu, aku segera mencari UGD yang di maksud oleh suster tadi.
"Pasti ini yang di maksud" Ucapku saat berada di depan pintu UGD
Ceklek. Subhanallah, istri siapa yang tidak sakit hati saat melihat ada wanita lain yang menyuapi dengan mesrah suami kita.
"Assalamu alaikum" Ucapku di ambang pintu
"Walaikumussalam, eh Fadilah" Jawab Anasya yang terus menyuapi kak Adri
"Ngapain kamu disini?" Tanya kak Adri sinis
"Aku tadi dapat telpon dari pihak rumah sakit, katanya..." Ucapku terpotong
"Lebih baik kamu pulang, sudah ada Anasya disini" Ucap kak Adri tanpa melihatku, namun beralih memegang tangan Anasya lembut
"T-tapi kak Adri...."
"kalau aku bilang kamu pulang, ya kamu pulang" Ucapnya dingin
Tanpa satu kata pun, aku langsung meninggalkan tempat itu dengan air mata yang berlinang.
Di taman
"Ya Allah, kenapa cobaanmu seberat ini?, hiks, kalau kak Adri tidak menyukaiku, kenapa dia tidak menceraikanku saja. Hiks, apa salahku?, aku tidak membantu Anasya kabur dari pelaminan. Hiks, hiks.. Kak Adri" Ucapku lirih
"Nggak usah menangis, semua akan baik-baik saja" Ucap seseorang laki-laki dari belakang
"Kalau kau mau, kau bisa ikut aku kok" Lanjutnya menawar
"Siapa kamu?" Tanyaku melihatnya
"Kamu nggak perlu tau siapa aku, yang terpenting, kalau kau mau, kamu ikut aja, gampang kan?" Ucapnya sambil berdiri di sampingku, sementara aku hanya menatapnya heran.
"Ohya, ambil ini" Ucapnya memberiku bunga kemboja
"Untuk apa? Bunga inikan melambangkan bunga kematian?" Tanyaku heran namun aku tidak mengambilnya
"Berikan pada Adri, dan ini untukmu, Fadilah" Ucapnya sambil memberikanku juga bunga mawar merah
"Maaf, bukannya aku tidak mau menerimanya, tapi setahuku, bunga mawar merah melambangkan cinta yang dingin, sedangkan bunga kemboja melambangkan kematian" Ucapku menjelaskan, namun dia hanya tersenyum.
"Tunggu aku" Ucapnya dengan senyum misteriusnya, kemudian pergi sambil membawa kedua bunga tersebut
"Tunggu, siapa kamu? dan dari mana kamu tau namaku dan kak Adri?" Tanyaku saat dia akan memasuki mobil sport hitam kemudian melajukan mobilnya, tanpa menjawab pertanyaanku.
"Siapa dia? dan untuk apa dia memberikan bunga itu?" Tanyaku se diri. . . . . . . . . . Jangan lupa baca cerita aku yang berjudul Aku Bukan Psikopat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dukungan kalian adalah penyemangatku dalam berkarya . . . . . Bersambung