06-Perbandingan

1.8K 68 0
                                    

Author PO'V

Terangnya cahaya bulan purnama tidak menggambarkan suasana hati seorang gadis berjilbab panjang sepaha dengan warna peach dan baju gamis warna merah maron. Gadis dengan tatapan kosong yang berdiri di taman rumahnya membiarkan angin malam menerpanya. Matanya yang tertutup seakan-akan menikmati angin malam dengan begitu damai ternyata tidak seperti hatinya yang begitu gundah memikirkan akan masa depannya. Pikirannya yang melayang memikirkan pernikahannya dengan seorang billioner's muda yang sebentar lagi akan dimulai. Pikirannya hanya memikirkan bagaimana caranya untuk membatalkan pernikahannya??. Siapa lagi kalau bukan Anasya.

"Hmm, Fadilah akan berangkat ke Malaysia untuk melanjutkan S3nya di sana, dan itu bertepatan dengan waktu pernikahanku"guman Anasya sendiri.

"Lagi memikirkan apa Anasya cantik?"teriak Fadilah dari balkon kamarnya yang membubarkan pikiran Anasya.

Rumah Fadilah dan Anasya memang berdekatan, yang menjadi penghalang hanya pagar rumah Fadilah. Kamar Fadilah yang ada di lantai 2 dapat melihat taman rumah Anasya yang sederhana namun rapi dan enak untuk di pandang. Setiap kali Fadilah bosan, dia sesekali melihat taman rumah Anasya yang terdapat banyak bunga. Berbeda dengan taman rumah Fadilah, yang lebih banyak di tanami tumbuhan obat dan sayur. Maklum saja tanaman obat di taman rumahnya dia rawat sebaik mungkin karena dia membutuhkannya selain untuk pengobatan dan penelitian, keluarga Fadilah juga membutuhkannya untuk obat tanaman herbal *masih ingat pekerjaan Fadilah kan? Dia seorang Farmasi, Apoteker, dan Dosen.

Anasya yang merasa namanya di panggil dan suara memanggil namanya tidak asing di telinganya hanya bisa tersenyum tipis dan memikirkan kehidupannya yang berbanding 360 dejarat dengan Fadilah. Bagaimana tidak? Fadilah dari keluarga yang hidup berkecukupan, punya orangtua yang over projectiv, namun tidak mengkekangnya, hidup Fadilah yang penuh canda tawa, Fadilah yang dimanjakan oleh orangtua dan kakak-kakaknya, pendidikan yang tinggi, dan fasilitas hidup yang nyaman, tapi Fadilah tetap mandiri, salah satunya dia menabung dan membeli mabil sendiri. Berbeda dengan Anasya yang dari keluarga yang broken home, dimana papanya yang menikah lagi, Anasya yang harus bekerja dan menjadi tulang punggung untuk menghidupi ibu dan adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 6 yang sebentar lagi akan lulus dan mau melanjutkan pendidikannya di SMP ternama. Anasya juga tidak pernah merasakan kasih sayang dari papanya, dia hanya merasakan kasih sayang dari ibunya. Ibunyalah yang selama ini menjadi penyemangat Anasya.

Anasya dan Fadilah memang bersahabat dari kecil, dimana ada Fadilah maka di situ ada Anasya. Namun, takdir berkata lain saat mereka melanjutkan sekolah. Fadilah yang memilih untuk melanjutkan sekolahnya di SMP Nusa Bangsa dan dan SMA Nusa Bangsa, yang dimana SMP dan SMA tersebut menjadi sekolah terfavorit, ternama, elit, dan mempunyai fasilitas terbaik. Sedangkan Anasya yang memilih melanjutkan pendidikannya di pondok pesantren, karena dia mau memfokuskan dirinya pada agama untuk tetap kuat menjalani hidup karena dia harus menerima kenyataan pahit saat papanya menikah lagi saat dia masih duduk di sekolah dasar kelas 5 waktu itu. Fadilah dan Anasya pun yang jarang bertemu karena urusan masing-masing, akhirnya persahabatan mereka menjadi renggang. Saat Anasya dan Fadilag bertemu, hanya kebungkaman di antara mereka. Fadilah yang tidak tahan dengan kebungkaman tersebut akhirnya menghidari Anasya.

Seiring berjalannya waktu, Fadilah yang sudah menyandang gelar S1, S2, dan Apt, sedangkan Anasya menyandeng gelar S1 karena Anasya tidak mau melanjutkan gelarnya dengan alasan dia mau fokus bekerja. Saat Fadilah punya libur, dia menghabiskan waktunya bersama keluarganya di malam hari dan menghabiskan waktunya di sore hari bersama Anasya. Alasannya Fadilah mau menghabiskan waktunya bersama Anasya di sore hari karena dia mau memperbaiki persahabatannya dengan Anasya.

"Woi cantik, apakah engkau mendengarku?"tanya lagi Fadilah kepada Anasya sambil bersyair. Fadilah memang suka bersyair saat dia bercanda.

"Iya, aku mendengarmu Fadilah"jawab Anasya sambil tersenyum dan melihat ke Fadilah

"Engkau kenapa diluar rumahmu kawan?, angin malam tidak baik untuk kesehatan lho"tanya Fadilah.

"Nggak ada apa-apa kok Fadilah, aku hanya ingin menikmati angin malam"jawan Anasya

"Hahaha, menikmati angin malam?, itu bukan menikmati angin malam, tapi cari penyakit, Anasya"ucap Fadilah sambil tertawa lepas

"Hmm, kamu bisa aja Fadilah"jawab Anasya

"Ih, aku serius Anasya cantik"ucap Fadilah dengan semangat

"Iya, iya. Ya udah aku masuk deh, nanti kamu berpidato sambil bersyair disana"ucap Anasya sambil melenggang masuk ke dalam rumahnya.

"Nah gitu dong"ucap Fadilah dengan penuh kemenangan.

Akhirnya Anasya dan Fadilah sama-sama kembali ke aktivitasnya masing-masing. Dimana Fadilah menikmati malamnya dengan fasilitas kamarnya yang nyaman, sedangkan Anasya memikirkan bagaimana cara membatalkan pernikahannya dengan Adri.

Di rumah Adri

Terlihat seorang pria yang duduk di ruang mini bar-nya, dia sedang menikmati minuman haram tersebut. Sudah 3 botol yang dihabiskannya namun dia enggan untuk berhenti menikmati minuman keras tersebut.

"Aku pastikan, kau pasti menjadi milikku selamanya"ucap pria tersebut sambil meneguk kembali minuman keras tersebut.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung

Farmasi dan CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang