03-Fadilah

2.3K 77 0
                                    

Author PO'V

Dirumah Anasya

"Assalamu alaikum"ucap Fadilah di depan pintu rumah tante Leny, ibu dari Anasya

"Wa alaikumussalam, eh, Fadilah, masuk nak"jawab tante Leny dengan lembut kepada Fadilah

"Ini, ada bingkisan dari Umi tercintaku, tante"ucap Fadilah sambil memberikan rantang kepada tante Leny dan tak lupa dengan senyuman manisnya. Tante Leny pun, menerima rantang tersebut dan mengucapkan terimakasih

Fadilah memasuki rumah tante Leny.

"Anasyaaa"ucap Fadilah semangat

"Eh, Fadilah, kapannya kamu pulang dari Makassar?"tanya Anasya

"Oh, kemarin Anasya. Ohya, apa kabar? Murid-muridnya nggak nakal kan? Kalau mereka nakal, langsung tongjok aja Anasya"jawab Fadilah yang dengan berakhir pertanyaan

"Alhamdulillah aku baik kok, tapi ih, Fadilah, jangan begitu"jawab Anasya dengan memukul ringan lengan Fadilah. "Mereka itu harus pintar masak, supaya jadi istri yang baik untuk suami, hehehe"lanjut Anasya dan di akhiri cengiran khasnya

"Iya, iya, colan istri idaman"jawab Fadilah dengan menyenggol ringan lengan Anasya

"Ya, udah, silahkan duduk"ucap Anasya yang mempersilahkan Fadilah duduk di salah satu sofa yang di tunjuk Anasya

Fadilah langsung mendaratkan bokongnya dengan keras di sofa. Tanpa Fadilah sadari ternyata dia duduk tepat di samping seorang pria tampan dengan pakaian formal yang memakai jas dan tinggi 180cm, bermata biru namun sorot mata yang tajam dan rambut klimas yang rapi, yang tidak lain adalah Adrian Yudriansa Colabs

Fadilah melirik kesamping kanannya, karena Fadilah mencium aroma farmun maskulin.

"Aroma farmum maskulin?"ucap Fadilah dalam hati.

"Astagfirullah, sungguh engkau membuatku terkaget dan membuat jantungku berdetak tak karuan, karena engkau begitu tampan"ucap Fadilah yang seakan-akan bersyair dan memegang dadanya dan dada pria itu

Ya, Fadilah memang orang yang agak sedikit nekat, melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya, tapi tetap melihat lingkungan sekitar, karena dia tidak mau cuma karena ulahnya, orang lain yang kena akibatnya. Dia juga orangnya lebay:'v

"Eh, jangan sentuh-sentuh calon menantuku"ucap pria paruhbaya yang bernama Sahir

"Eddeh, itu cuma gerak refleks paman"bela Fadilah sambil menarik tangannya dari dada Adri

"Sudah-sudah, ini rantangmu nak, maaf ya, isinya kosong"ucap tante Leny yang mengembalikan rantang Fadilah

"Hehehe, tante apa-apaan sih? Emang aku pergi barter apa?"ucap Fadilah dengan senyuman manisnya. "Ya udah deh, aku pulang dulu ya, assalamu alaikum"lanjut Fadilah dan melenggang untuk pulang ke rumahnya.

"Wa alaikumussalam"ucap mereka serempak, kecuali Adri yang tidak menjawab salam Fadilah.

"Gadis yang manis"ucap Adri dalam hati.

Entah apa yang ada di pikiran Adri.

"Sepertinya seru juga untuk di ajak bermain"lanjut Adri membatin dengan senyuman misteriusnya.

Dirumah Fadilah

"Umi, ini rantangnya"ucap Fadilah sambil berlari pergi

"Eh, mau kemana kamu?"ucap Umi

"Nontonlah Umi"ucap Fadilah yang terus berlari ke ruang keluarga

Fadilah memang sangat manja. Ditambah lagi dia anak bungsu. Fadilah lahir dari keluarga yang terbilang berkecukupan. Di usianya sekarang yang mengijak 23 tahun dan karirnya yang menuntutnya untuk jauh dari keluarganya, bukan berarti Fadilah jauh dari orang-orang yang dia sayang. Seminggu dalam sebulan Fadilah pulang untuk menemui kelaurganya di kampung halaman. Fadilah bekerja sebagai apoteker dan dosen di kota Makassar. Fadilah juga memiliki apotek dan klinik kecil di rumahnya, namun Frans dan Nadia yang mengurus apoteknya. Frans dan Nadia tidak lain kakak dari Fadilah dan mereka seorang kepala labolatorium di salah satu rumah sakit di kabupaten mereka.

Fadilah anak desa, namun desa mereka tidak jauh dari kota.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung

Farmasi dan CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang