35-Melawan

724 27 4
                                    

Author Po'v

Siang hari rumah Adri

Karir Fadilah sudah benar-benar hancur. Fadilah sudah mendapatkan semua surat yang sebelumnya di bicarakan oleh Ina dan ternyata disimpan oleh Adri. Tempo waktu keringanan yang di berikan kepada Fadilah sudah jatuh sebulan yang lalu. Tentu saja hal itu sangat membuat Fadilah marah akan perbuatan Adri, sedih mengingat perjuangan Fadilah untuk mendapatkan semua ini, kecewa akan dirinya sendiri yang terlalu lemah tidak bisa melawan, dan masih banyak lagi.

"Kurang ajar kau Adri!" Teriak Fadilah di tengah- tengah tangisnya

Prang prang...
Alat make up serta kamar Fadilah buat berantakan bahkan foto pernikahannya dengan Adri dia jatuhkan. Kamarnya dengan Adri sangat berantakan sekarang.

Hotel...
Sementara di lain sisi Anasya tengah berbicara dengan seseorang di sebrang sana

"Apa? Karir Fadilah sudah hancur sekarang?" Tanya Anasya kepada seseorang di sebrang sana

"Iya, puas kamu sekarang?" Jawab seseorang di sebrang sana

"Hahaha inikan yang kamu inginkan? Ingat ya, aku tidak mau apabila aku terlibat dalam permainan rendahanmu ini!" Lanjutnya dengan menekan sambil mematikan telpon sepihak.

"Fadilah, maafkan aku dan Ina" ucap Anasya dalam keterpakuannya.

Adri Po'v

Malam hari, kantor Adri

"Akhirnya urusan kantor sudah beras" ucapku senang mengingat sekarang urusan kantorku sudah beres

"Adri, kurasa kau harus kurangi-kurangi permainan curangmu ke perusahaan lain" jawab kak Albert tersenyum

"Ayolah kak, ini hanyalah permainan yang menyenangkan. Siapa yang berkuasa maka dia yang menang" jawabaku tersenyum licik

"Hahaha, kau memang adikku yang terbaik serta licik" senang kak Albert

Setelah berbicara ringan dengan kak Albert tentang aku yang berhasil menyelesaikan urusan kantor dengan cepat walaupun aku harus curang terhadap perusahaan Jaya Prima, aku kemudian pulang ke rumah. Ya, malam ini aku berniat untuk tidak pergi ke clubnight.

Author Po'v
Adri kemudian pulang kerumah dengan mengendarai mobilnya dalam kecepatan sedang. Sementara Albert sudah pamit duluan untuk pergi menemui temannya.

Sesampainya Adri di rumah, dia mencari keberadaan Fadilah

"Fadilah" ucap Adri yang mencari Fadilah

"Bi Amor, apa bi Amor melihat Fadilah?" Tanya Adri saat melihat bi Amor kembali setelah menutup pintu utama

"Tidak tuan, tadi saya pergi ke pasar dan sampai sekarang tidak melihat nak Fadilah" jawab bi Amor

"Tumben Fadilah tidak ikut bi Amor?" Tanya Adri.

Memang Adri belum mengizinkan Fadilah untuk keluar rumah, namun kalau di dalam rumah Fadilah selalu ikut ke bi Amor.

"Mungkin nak Fadilah lagi ada dikamar" tebak bi Amor

Adri langsung ke kamar karena tidak biasanya Fadilah seperti ini.

Ceklek... pintu kamar dibuka oleh Adri dan..

"Fadilah, kamu kenapa? Kenapa kamar berantakan seperti ini?" Tanya Adri mendapati kamar mereka yang berantakan ditambah lagi Fadilah tiduran di kasur sambil memeluk boneka yang di belikan oleh Adri.

"Apa salahku ke kak Adri?" Tanya Fadilah menatap langit-langit kamar

"Apa maksud kamu Fadilah?" Tanya Adri sambil berjalan pelan mendekati Fadilah karena beling yang berserakan dimana-mana

"..." diam Fadilah

"Hei, kamu sakit? Atau ada yang menyakitimu?" Tanya Adri lembut

"..." Fadilah diam kembali

" Hei, ada apa?" Tanya Adri lembut sambil mencium puncuk kepala Fadilah yang tidak ditutupi jilbab

"..." Fadilah masih dalam diam

"Ohya, tumben tidak memakai jilbab? Padahal rambutmu tidak basah?" Tanya Adri kembali lembut sambil menyandarkan kepalanya di kepala Fadilah

"Karirku kak, karirku hancur gara-gara kakak. Namaku tercemar gara-gara Anasya dan tidak yang mempercayaiku sampai sekarang. Kak Adri terus menyiksaku walaupun itu hanya kesalahan kecil bahkan tanpa kutau kesalahanku. Sekarang aku sudah sangat jauh dari keluargaku" ucap Fadilah dengan tatapan kosongnya

"Kak Adri tau? Hidupku langsung berubah 360 derajat setalah kejadian itu. Kejadian saat dimana aku harus menggantikan posisi Anasya untuk menikah dengan kak Adri" Lanjut Fadilah membayangkan masalalunya

Hati Adri langsung tersayat mendengar kalimat yang di lontarkan oleh Fadilah. Sakit, sangat sakit rasanya hati Adri mendengar itu semua

"Hem, jadi itu yang membuatmu seperti ini? Membuat kamar ini berantakan? Bahkan menjatuhkan foto pernikahan kita? Iya?" Tanya Adri yang sebelumnya sudah duduk di samping ranjang

Tanpa menjawab, Fadilah turun dari ranjang dan mengambil sebuah kertas lantai dan kemudian meleparkannya kepada Adri.

Adri membaca surat itu, dan hanya tersenyum kecut

"Jadi kenapa kalau karirmu hancur?" Tanya Adri berdiri berhadapan dengan Fadilah

Plak! Satu tamparan dari Fadilah mendarat sempurna di pipi Adri. Adri kaget, karena sebelumnya Fadilah tidak pernah seperti ini. Dan hari ini, Fadilah berani memporak-porandakan kamar dan menampar Adri.

"Kamu..." ucap Adri menggantung

"Iya, kenapa? Marah? Mau memukul? Pukul, pukul aku sekarang! Bila perlu bunuh aja sekalian! Toh selama ini aku juga sudah sangat menderita hidup dengan kak Adri. Sifat kakak yang begitu dingin, cuek, kasar, tidak menghargaiku bahkan kakak tidak mau mengerti aku, kalau aku sangat ingin bertemu dengan keluargaku. Kakak sadar nggak sih? Kalau selama ini kakak sudah menjauhkan aku dengan keluargaku. Kakak sadar nggak sih dengan sifat kakak selama ini ke aku?!!!" Ucap Fadilah yang mengeluarkan keluh kesahnya yang selama ini dia pendam

Plak! Plak! Dua tamparan dari Adri mulus mengenai pipi Fadilah

"Hahaha, kenapa kakak berhenti? Tampar lagi! Tampar aku sampai aku mati kak!" Teriak Fadilah

"Maafkan aku Fadilah, maafkan aku". Ucap Adri sambil memeluk Fadilah

Fadilah mendorong Adri, kemudian mengambil pacahan kaca yang besar dan  mengarahkannya ke Adri

"Bunuh aku" ucap Fadilah dingin

"..." Adri mematung heran dengan sifat Fadilah yang sekarang tiba-tiba berubah

"Kalau kak Adri tidak membunuhku sekarang, maka aku yang akan membunuh kak Adri sekarang!" Ucap Fadilah dingin

"Fadilah..." ucap Adri heran. Adri tidak mungkin melakukan hal yang diucapkan oleh Fadilah barusan

"Heh, jadi kakak mau aku bunuh sekarang?" Tanya Fadilah dingin

Saat Fadilah maju satu langkah, dia langsung pingsan. Tapi Adri dengan cepat menangkapnya kemudian membuang pecahan kaca yang di pegang oleh Fadilah.

"Fadilah, bangun Fadilah" ucap Adri menguncang pelan tubuh Fadilah

Saat Fadilah tidak bangun dan mimisan, Adri langsung mengendong Fadilah kekamar sebelah dan menelpon dokter.










Lemah, boleh saja kamu lemah
Namun, ada saatnya kamu harus melawan!
Dunia ini bukan hanya milik dia yang ber uang, bukan hanya milik mereka yang bangga akan dirinya yang sekarang. Dunia ini milik kita semua!
Karena pada hakikatnya, tidak ada orang miskin, tidak ada orang kaya. Karena kehidupan itu merupakan roda yang berputar

Farmasi dan CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang