Adri Po'v
Setelah aku kehilangan jejak Fadilah, kamudian langsung ke apartemen kak Albert."Kak Albert!" Teriakku langsung masuk ke apartemennya
"Kak, kakak. Kak Albert" panggilku berteriak
Tak lama kemudian kak Albert datang kepadaku dari arah dapur
"Eh Adri, ngapain kamu di sini?" Tanya kak Albert sedikit kaget akan kedatanganku
"Hah?" Heranku. Tak biasanya kak Albert bertanya seperti ini kalau aku datang. Apa ada sesuatu yang kak Albert sembunyikan?. Tapi aku tidak ambil pusing soal itu
"Eh gini kak, tolong bantu aku untuk mecari keberadaan Fadilah" pintaku pada kak Albert
"Cari Fadilah? Memangnya dia kemana? Bukannya dia terus bersamamu?" Tanya kak Albert
"Ah, nggak usah banyak tanya. Sekarang bantu aku cari Fadilah. Nanti aku jelaskan semuanya" jawabku
"Bukannya kamu pasang pelacak pada cincin pernikahan kalian? Kenapa nggak lacak lewat situ saja" tanya kak Albert lagi
"Fadilag lepas cincinnya. Dia marah ke aku kak!" Jawabku kesal. Dari tadi kak Albert bertanya terus
"Kakak bisa bantu aku cari fadilah sekarang kan kak?" Tanyaku mulai dingin
"Hmm, bisa kok" jawab kak Albert ragu
"Sebaiknya nggak usah, aku akan cari Fadilah sendiri!" Jawabku dingin meninggalkan kak Albert
"Adri, kakak bisa bantu kamu" ucap kak Albert menyusulku
"NGGAK USAH KAK!" bentakku emosi. Kemudian aku aku masuk ke mobil dan pergi meninggalkan kak Albart.
Aku sangat marah dan kecewa pada sifat kak Albert saat ini. Kenapa dia seperti itu? Seperti ada yang kak Albert sembunyikan dariku.
Tapi saat ini, yang paling penting adalah menemukan Fadilah. Aku langsung pulang dan menyuruh para bodyguard ku mencari Fadilah sekarang dan menemukannya malam ini.
Fadilah Po'v
Saat ini aku sedang berada di masjid sebuah desa yang lumayan jauh dari kota. Jam sudah menunjukkan pukul 2.30 pagi. Tapi aku sama sekali belum mengantukKuputuskan untuk menghadap pada rabb ku untuk mengadu akan segala keluh kesahku selama ini
"Hiks... ya Allah kapan akan masalahku selesai? Aku tau ini semua cobaan dariMu agar imanku lebih kuat terhadapku" tangisku dalam doa setelah melaksanakan 2 rakaat sepertiga malam
"Kalau aku mengingat akan kenikmatan di masalaluku, saat aku hidup bahagia dengan keluargaku, karirku melambung tinggi, berdoa agar di sandingkan dengan lelaki yang bisa membimbingku ke jalanMu. Namun apa sekarang? Semuanya berubah" ucapku menangis
"Aku sama sekali tidak menyangka kalau Anasya akan mengkhianatiku sedalam ini. Menikah dengan orang asing yang tidak pernah kulihat bersujud kepadamu. Jauh dari keluargaku. Karirku hancur" lanjutku
"Ya Allah, kapan semua ini akan berakhir? Aku percaya ada hikmah dari setiap cobaanMu. Namun kapan akan berakhir ya Allah?" Lanjutku
"Kak Adri, apa salahku ke kakak sampai-sampai kakak menyiksaku terus?. Anasya, kenapa melakukan semua kepadaku? Apa salahku ke kamu?" Tanyaku pada diriku sendiri
Ya Allah, kenapa tidak ada seorangpun yang mempercayaiku agar aku bisa membersihkan nama baikku? Agar aku bisa keluar dari masalah ini? Hampir 3 tahun aku bersabar menghadapi cobaan ini ya Allah hiks..." lanjutku menangis
Aku terus menangis dan ku lihat jam dinding di masjid sudah menunjukkan pukul 4.00 pagi. Sebentar lagi akan memasuki subuh. "sebaiknya aku ke mobil dan menenangkan perasaanku" pikirku kemudian mengakhiri sepertiga malamku dengan doa
"Ya Allah, ringankanlah semua cobaanmu kepada hamba. Berilah hamba kesabaran dalam menghadapi cobaanmu. Hamba yakin, cobaanmu ini akan mengangkat derajat hamba. Lindungilah keluargaku. Termasuk suami hamba, kak Adri" ucapku dalam doa mencoba menahan tangis saat menyebut nama kak Adri.
Setelah selesai berdoa, aku pergi kemobil dan mengaji untuk menunggu waktu subuh. Aku tidak mau menunggu di masjid, karena orang disini pasti akan heran.
Bersabarlah akan cobaanmu yang menimpamu. Yakinlah semua cobaan pasti ada hikmahnya dan bisa kau jadikan pelajaraan yang berharga dalam hidupmu
~Fadilah Yulianda
KAMU SEDANG MEMBACA
Farmasi dan CEO
RomansaPROLOG "Aku pastikan, kau pasti menjadi milikku selamanya" -Adrian Yudriyansa Colabs "Aku menyesal, karena telah bertemu denganmu, tapi aku bahagia, karena telah mencintaimu" -Fadilah Yulianda