08-Pertemuan Singkat Antara Albert dan Fadilah

1.7K 51 0
                                    

Author PO'V

Di taman kota

"Aku tahu Adri, pasti kau merasa iba pada Malik setelah mendengar penuturannya, ya, Malik memang mengambil uang perusahaan untuk membiayai penyakit anaknya, kalaupun aku memberitahukanmu, kamu pasti hanya tetap mengunci hatimu, walaupun kamu mau menolongnya"guman Albert pada dirinya sendiri, yang kini sudah duduk di taman kota.

Adri memang selalu mau membatu seseorang, Adri juga memiliki sifat yang sangat penyang, namun Adri tidak mau mengakui sifatnya tersebut, karena bagi Adri, sifat-sifat tersebut hanya membuat orang menjadi lemah.

Brukk

"Astaga, sakit tau, kau bisa nggak sih bawa motor, hah?"caci maki gadis dengan jilbab syar'i putih dan baji gamis biru laut.

"Maaf dek, saya tidak sengaja"ucap pria yang menabrak gadis tersebut dengan motor maticnya.

Albert yang melihat hal tersebut, menghampiri gadis yang di tabrak tadi.

"Fadilah? Kamu Fadilah kan?"ucap Albert yang membantu gadis yang di tabkrak tersebut dan tidak lain adalah Fadilah. Sementara Fadilah yang di bantu berdiri langsung menoleh ke arah orang yang telah membantunya.

"Kamu kok tau namaku?"tanya balik Fadilah sambil berdiri dan di bantu oleh Albert. Sedangkan Albert hanya tersenyum tipis kepada Fadilah.

"Ohya, lain kali kamu harus hati-hati bawa motor, gimana kalau sampai ada korban jiwa, ini masih mendingan karena ini cuma kecil doang"ucap Albert kepada pria yang menabrak Fadilah.

"Iya pak, sekali lagi saya minta maaf"ucap pria itu sambil membungkuk sedikit.

"Eh, maaf kau bilang, sakit nih kaki aku, pokoknya kamu harus ku laporkan ke polisi"ucap Fadilah seraya mengancam.

"Apa? Polisi? Perasaan itu cuma luka ringan? Ngapain harus di bawa-bawa kepolisi sih?"ucap Albert membatin sambil melirik ke Fadilah yang memegang lengan Albert, karena Fadilah tidak bisa berdiri seimbang.

"Maaf dek, tolong jangan dek"mohon pria yang menabrak Fadilah

"Sudah dek, nggak usah kau dengerin nih orang, dia cuma bercanda, sebaiknya kamu lanjutin perjalanan kamu, hati-hati ya"ucap Albert tiba-tiba

"Makasih pak, saya permisi"ucap pria tersebut kemudian melajukan motornya meninggalkan Fadilah dan Albert. Sementara Fadilah hanya bisa melongo melihat pria yang menabraknya melanjutkan perjalanannya karena di suruh oleh Albert.

"Kamu kenapa suruh  dia pergi, trus kaki aku gimana coba? Sakit banget tau kaki aku ini gara-gara tuh orang nabrak aku"ucap Fadilah kesal

"Sudah, sudah, aku yang bakal ngantarin kamu kerumah sakit. Lagian itu juga orang nggak sengaja nabrak kamu, dan lagian juga kakimu hanya terkilir kan?. Itu juga, aku lihat kamu sendiri yang salah, nyebrang kok, nggak liat-liat kanan kiri dulu?"tanya Albert panjang lebar

"Iya sih, aku langsung main nyebrang aja, tapi itu orang nabrak aku tau"jawab Fadilah kesal

Albert hanya memijat pelipisnya saja saat mendengar jawaban Fadilah.

"Udah, ayo, kamu mau aku anterin ke rumah sakit nggak nih?"tawar Albert

"Nggak, aku nggak mau ke rumah sakit, nanti teman-teman aku ngejekin aku, gara-gara aku di tabrak karena aku nyebrang dan nda lihat kiri kanan dulu"ucap Fadilah sambil melihat kakinya yang sakit akibat di tabrak dan tetap pada posisi yang sama dimana dia memegang lengan Albert

"Baguslah, kalau kamu sadar diri, kalau kau itu memang salah, nyebrang kok, nyebrang kok, nggak liat-liat dulu?"ucap Albert membatin.

"Ya udah, itu ada klinik, kamu mau di situ aja?"tanya Albert

"Ya udeh, gak apa-apa, dari pada di rumah sakit"jawab Fadilah

Akhirnya Albert membawa Fadilah ke klinik yang dekat dekat dengan lokosi dia di tabrak dengan menggunakan mobil. Sebenarnya mereka bisa saja jalan kaki, tapi mengingat kondisi Fadilah, akhirnya Albert menggunakan mobil sport miliknya.

Klinik

Setelah dokter menangani Fadilah lalu keluar ruangan untuk mengambilkan Fadilah obat, kini tinggal Fadilah dan Albert yang di ruangan tersebut. Dimana sekarang ini Fadilah yang duduk di ranjang pasien dan Albert yang duduk di kursi ranjang pasien, sebenarnya ada sofa di ruangan itu, tapi karena Fadilah yang meronta-ronta saat di tangani oleh dokter, akhirnya Albert membantu dokter tersebut.

"Kamu apa-apaan sih tadi?, kamu mau, kaki kamu itu bengkok?"tanya Albert yang masih kesal gara-gara tingkah Fadilah saat di tangani oleh dokter, setelah dokter itu pergi

"Ih, sakit tau, makanya aku meronta-ronta"bela Fadilah

"Terserah"jawab Albert dengan menekan kalimatnya.

5 menit berlalu, hanya keheningan di antara mereka, karena Albert hanya sibuk dengan smartphonenya, dan Fadilah hanya menatap pelafon klinik tersebut, karena Fadilah mengingat HPnya mati.

"Hmm, kamu tau namaku dari mana? Dan siapa namamu?"tanya Fadilah yang memecah keheningan

"Soal dari mana aku tau namamu itu, tidak penting. Dan namaku Albert Alfonso, kau bisa memanggilku Albert"jawab Albert yang tidak mau memberi tahukan dari mana dia tau nama Fadilah. *di part selanjutnya bakal Author kasih tau deh:'v

"Oh, ya sudah. Oh namamu Albert kan? Oh hai Albert"sapa Fadilah dengan senyuman manisnya.

Albert hanya menatap Fadilah kemudia tersenyum tipis kepadanya. Tak lama kemudian, dokter datang membawakan obatnya Fadilah dan Albert pun membayarkan biaya pengobatannya Fadilah. Sebenarnya Fadilah mau membayarnya sendiri namun, Albert tetap bersikukuh mau membayarkan biaya pengobatannya Fadilah. Akhirnya, Fadilah pun mengiyakannya.

Setelah semuanya beres, Albert mengantar Fadilah pulang ke rumahnya dan langsung pulang walaupun Fadilah sudah mengajak Albert untuk mampir terlebih dahulu.

Rumah Fadilah

Fadilah pun memasiki gerbang rumahnya.

"Siapa dia, nak?"tanya Umi saat melihat Fadilah yang di antar pulang oleh orang asing yang tak lain adalah Albert

"Oh, dia hanya temanku, Umi."jawab Fadilah jujur. Uminya pun hanya membalasnya dengan senyuman lembut

Fadilah pun memasuki rumahnya dan langsung ke kamarnya yang ada di lantai 2. Walaupun cara jalan  Fadilah sedikit pincang, namun dia tetap berjalan cepat ke kamarnya sebelun Uminya melihat dia berjalan.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung

Farmasi dan CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang