Kita tidak sendirian didunia ini,
Hanya saja, beberapa orang punya dunia sendiri.
.
.Pagi ini sepertinya langit tak begitu bersahabat, hujan rintik menyambut hari senin membuat para pegiat kerja dan pelajar sedikit mencibir pada alam. Mereka jenuh menunggu kemacetan akibat kendaraan yang tidak bisa melangkah lebih cepat, takut terjadi kecelakaan akibat kabut menyelimuti pandangan. Terlebih saat menatap pada pergelangan tangan kiri, pada arloji mereka yang sudah menunjukan pukul tengah tujuh membuat jalan raya sedikit bising suara klakson bersahutan.
Seorang gadis berlari kecil kecil menuju mikromini yang akan di naiki. Saat dia sudah duduk, dan mendapati kemacetan. Membuatnya menghela nafas sedikit kesal dengan hari pertamanya ke sekolah.
Baru saja tatapannya mengarah pada luar jendela, kini beralih pada bangku belakang. Ada keributan kecil disana, seorang nenek tua meminta duduk pada seorang ibu dengan anaknya yang masih SD. Namun bukan itu yang membuatnya teralih fokus. Tatapannya memerangkap saat matanya melihat orang yang tak asing. Bahkan terlihat sama dengan sahabatnya di Jogja. Cowok berseragam putih abu-abu sedang mencoba meredakan emosi dari dua perempuan tua itu, dengan merelakan kursinya untuk diduduki sang nenek. Cowok itu mirip dengan Galuh, bahkan sangat mirip. Bedanya hanya di penampilannya. Cowok itu terlihat lebih rapi, dengan tatanan rambut yang tidak gondrong seperti Galuh di Jogja.
"Nenek duduk disini saja, biar saya yang berdiri" ucapnya dengan sopan.
Nenek itu melebarkan senyumnya.
"Terimakasih ya nak, terimakasih sekali.. Kamu anak yang baik, " balas sang nenek memuji. Cowok itu mengangguk tak keberatan.Tanpa sadar April tersenyum, dia jadi ingat ucapan Galuh kemarin. Jadi, maksudnya kejutan itu adalah? Dia mengikuti April sampai di Jakarta. Apa jangan-jangan mereka juga kembali bersekolah di tempat yang sama?
April senang, gadis itu ingin melambaikan tangannya, namun belum sempat melambai, segera dia urungkan niat itu. Dia tertawa sendiri dengan jalan pikirannya. Jika Galuh sudah susah payah untuk ke Jakarta hanya karena membuat kejutan, April juga sepertinya akan membuat sebuah kejutan. Dia ingin mengagetkan Galuh setelah ini.
Belum sempat lagi dia menengok kearah Galuh di belakang. Mikromini itu berhenti di depan gerbang sekolah, kernet di sana mengatakan bahwa mereka telah sampai di SMA Generasi Bangsa. Ini sekolah baru April.Gadis itu akhirnya menengok ke belakang. Galuh sudah tak ada, April segera buru-buru turun. Bukannya dia mau mengagetkan Galuh, cewek itu justru kehilangan jejaknya. April mendengus nafasnya kasar, lalu segera masuk ke sekolah.
Tatapannya mencari, hingga akhirnya dia menemukan Galuh sedang menaiki tangga. Dia terlalu senang saat ternyata Galuh ada disini sekarang. April berlari mengikutinya dari belakang.
"Ga,"
Brak!
Belum selesai dia memanggil Galuh, April menabrak seorang dari belakang, gadis itu tersungkur bersama dengan seorang cowok yang ditabraknya. Segera April beranjak,
" a maaf, maaf.." ucapnya meminta maaf."Jalan liat liat dong! Gak liat gue bawa gitar? Kalo gitar gue kenapa-napa gimana? Mahal!" Bentak seorang cowok yang di tabraknya tadi.
April mencoba mengambil gitar yang terjatuh dikakinya, sedang cowok itu segera merebutnya dari tangan April. "Ma, aaf.. Aku ga sengaja, aku ga liat ada orang tadi," pintanya untuk kedua kali. Gadis itu jadi tak enak hati jika gitar itu rusak. Padahal hari ini adalah hari pertamanya sekolah.
"Ga usah pegang-pegang, tambah rusak nanti. " ketus cowok itu seraya menjauhkan gitarnya dari April.
Terlihat cowok itu sedang mengamati gitarnya dengan rinci. Berharap tidak ada kerusakan pada gitarnya yang terbilang cukup mahal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pieces Hurt [Tamat]
Ficção AdolescenteRank=> 8-bertepuk sebelah tangan (140619) 9-bertepuk sebelah tangan (250619) Sebuah Kehidupan SMA yang sebenarnya. Ceritanya sedikit terdengar *klise* sama kehidupan asli. Bukan dalam cerita sastra. Bukan tentang badgirl atau badboy at...