42 - Kata Hati

32 6 1
                                    

Suara deret koper dan tapak kaki manusia menjadi dominasi di telinga April. Sekarang dirinya tengah berada di Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Mungkin kalian bingung kenapa tiba tiba gadis itu sekarang kembali ke Kota yang tidak pernah membiarkannya sendiri.

Jadi sebenarnya, setelah pergi dari makam Galih dirinya pergi ke Bandara Soe-tta dan melakukan penerbangan hingga Jogja.
Cukup gila memang keputusan gadis itu, tapi yang ingin dia lakukan sekarang hanya menuruti kemauan hati. Berharap dengan ini bisa mengobati.

Gadis itu juga sengaja mematikan handphone nya. Dia tidak mau ada seorangpun yang akan mengganggu me time nya kali ini. Dia ingin egois sekali saja, bolehkan?

Dan sekarang gadis itu memilih pergi ke tempat paling iconic di Jogja. Malioboro. Benar saja sekarang perasaannya mulai sedikit tenang. Gadis itu akhirnya kembali tersenyum.

Dulu, April sering datang kesini bersama Galuh. Apalagi sewaktu sore, Galuh akan mengajaknya memutari Pasar Malioboro tanpa membeli apapun. Dan saat menjelang malam, mereka pasti akan membeli wedang ronde. Angkringan kecil namun satu satunya tempat yang membiarkan gadis itu merasa lebih hidup.

Jika boleh jujur, April merindukam kebersamaan itu. Dia rindu ada seorang yang menunggunya bercerita. Tidak seperti sekarang, dia justru bingung bercerita kemana. Tempat yang dulu dia anggap rumah justru memilih pergi. Pemikiran itu yang semakin membuatnya insecure. Dia semakin merasa dirinya tidak berharga, insecure bukan hanya soal fisik kan? Tapi juga tentang makna keberadaan kita. Atau mungkin dia memiliki kesalahan yang tidak dia sadari? Sehingga pada akhirnya orang orang terdekatnya memilih pergi.

April duduk di kursi panjang dekat gerobak wedang ronde yang masih ditutup. Biasanya memang akan di buka menjelang maghrib, sedang sekarang masih sekitar pukul empat sore. April berniat menunggunya, untuk hari ini saja dia berharap semua nya bisa kembali seperti hari itu. Sebelum dia meninggalkan Jogja.
Hingga entah sudah berapa lama April menunggu, akhirnya Bapak berusia empat puluh an datang dengan motornya. April tersenyum melihat Bapak itu, bukannya sok ramah tapi memang dirinya cukup mengenal Si Bapak.

"Assalamualaikum pak!" Ucap April seraya menyalami tangan Bapak. Sedang Si Bapak terlihat mengerutkan keningnya setengah berpikir.

"April Pak, temannya Galuh ingat gak?" Imbuhnya menjawab pertanyaan dalam kepala Bapak itu.

Sedang saat itu Si Bapak semakin mengerutkan kening mencoba mengingat wajah yang terasa sangat familiar baginya. Hingga akhirnya Si Bapak mengangguk.
"Ohalaah cah ayu.. Bapak kelingan! Ya Allah tambah ayu ae Mba April ki.."

April hanya tersenyum mendengar ucapan Bapak yang kalau diartikan dalam Bahasa Indonesia akan seperti ini,  "owalah anak cantik, Bapak inget! Ya Allah makin cantik aja ya.."

"Tindak mriki kalih sinten nduk? Gak sekolah opo piye?" (("Datang kesini sama siapa Pril? Gak sekolah atau gimana?")) Tanya Bapak itu seraya menurunkan barang-barangnya dari atas motor, dengan sigap April pun membantunya.

"Sendiri Pak, sekarang hari sabtu jadi libur" Jawab April.

"Dewe wani po?" (("Sendiri emang berani?)) Ujar Bapak tak percaya.

April mengangguk. "April kan pemberani pak! Hehe.."

"Haha iyo iyoo, dugi Jogja kapan nduk?" ((Sampe Jogja jam berapa Pril?"))

Pieces Hurt [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang