11-Sadar dan Sandaran

225 16 1
                                    

Sejatinya kau selalu ada,
Hanya saja aku baru sadar setelah dia menghilang dan kau datang?

.
.

Setelah hari itu semua mulai membaik. Kanza dan April kembali berteman. Entah apa yang terjadi diantara Galih dan Kanza. Bahkan mereka kini juga terlihat sering bersama, mungkin keadaanya memang sudah benar benar membaik.

April pun sudah lama tak berlari dari kenyataan perasaannya. Dia tidak lagi menangisi perasaan tak mengenakan hatinya itu, karena memang hatinya kini sudah tertata lebih rapi. Mungkin perasaan sesaat itu diberikan Tuhan kepadanya hanya untuk menjadikan April agar lebih kuat. Agar jika dia merasakan jatuh cinta yang kedua kalinya dia tidak akan seburuk itu. Atau karena cinta yang kedua ini justru akan lebih rumit dan akan menyita banyak hati? Entahlah, biarlah Tuhan yang menatanya dengan rapi, kita hanya tinggal menuruti takdir.

"April?" Mei melambaikan tangannya didepan wajah April yang masih lekat menatap kepergian Kanza dengan Galih.

Ah, Mei tau rasanya terbakar cemburu seperti yang April rasakan, karena saat ini dia juga merasakan hal yang sama.

Baru saat April sadar dan menaikan alisnya seolah bertanya apa? Cowok itu memberikan helm yang biasa dipakai April.
"Pulang" ucapnya. April mengangguk, lalu menaiki motor Mei.

Mereka memang sering pulang bersama, bahkan terkadang Mei menjemput April di depan rumahnya saat akan berangkat sekolah.

Saat mereka berada dijalan tidak terjadi percakapan seperti kemarin kemarin. April diam pun juga dengan Mei yang diam. Hingga akhirnya Mei yang lebih dulu memecah keheningan.
"Lo masih kepikiran Galih?" Ucapnya.
"Ha? Ngga kok,"
"Serius?"
"Kayaknya" jawab April seadanya.

Mei tak lagi mengucapkan apapun, mungkin perasaannya masih tidak bisa biasa dengan hal seperti ini. Tapi kenapa harus sampai saat ini? Dia butuh sedikit penyemangat dan pemberi rasa tenang. Dia ingin April bisa ada untuknya dan, kini dia sedang egois untuk perasaannya sendiri. Entahlah, mengapa juga salah satu tangan Mei mengambil kedua tangan April dan melingkarkan di perutnya, memeluknya.
"E-eh?"
"Cuma sebentar Pril," ucapnya seolah memohon.

April diam tak bergeming, dia tak menolak lagi. Sedang, jantung April kembali berdebar. Bodohnya dia tak paham, kenapa ketika dekat dengan Galih ataupun Mei harus berdebar seperti ini. Entah perasaan apa lagi yang sedang dia rasakan.  Gadis itu juga mencoba menyandarkan kepalanya di punggung Mei, merasakan kenyamanan yang sudah lama tiada.

Setelahnya, keduanya sudah sampai didepan rumah April. April turun dari motor Mei, lalu mengembalikan helm yang tadi dia kenakan.
"Makasih" ucap April seraya tersenyum.

Mei mengangguk, lalu saat April akan masuk dia berpesan.
"Jangan terlalu larut hanya karena satu cowok Pril, masih banyak yang mau perduli sama kamu" nasihatnya.
April lagi lagi tersenyum sambil memamerkan deretan giginya. "Iyaa," ucapnya sambil mengangguk.

Malam ini setelah selesai  belajar. April merebahkan tubuhnya.  Gadis itu menghela nafasnya perlahan, sembari mencoba menutup mata.
Belum lama, April kembali membuka matanya saat handphone nya bergetar. Gadis itu beranjak saat melihat nama yang tertera pada layar handphone.

"Hallo?" Ucap orang dari sebrang.
"Hallo? Iya, udah lama banget Galuh, kamu kemana aja? Gak bisa di hubungin juga"
"Sibuk"
"Masih nulis?"
"Iyaa,"
April mendengus. "Sibuk nulis taunya gak berani di terbitkan, sok sibuk kali" canda April hangat. Ah ya, dia hanya bisa bersikap hangat pada Galuh.
"Kamu apa kabar?" Tanya Galuh mengalihkan pembicaraan.
"Baik kok, kamu gimana?"
"Gak ada yang lebih baik selain bertemu Tuhan di surga"
Untuk kedua kalinya April mendengus. "Galuuh?"
Galuh tak menggubris ucapan April, dia selalu mencari jalan bicaranya sendiri."Kamu dan Galih apa kabar?"
April diam sebentar, kenapa juga Galuh menanyakan hal ini? "Ah, aku kan baik? Galih kayaknya juga baik."
"Kalian gak baik baik saja?" Tebak Galuh.
"Baik kok, kenapa jadi kesitu sih? Haha"
"Pril.." panggil Galuh yang membuat tawa hambar April mereda. "Aku udah sempet ngehubungin Galih kaya mau kamu, banyak yang kita ceritain Pril, termasuk soal kamu"
April tertegun, belum lagi menimpali, Galuh sudah bertanya yang membuatnya bungkam seribu bahasa. "Kamu dekat dengan Cowok Pril?"
Lama April menjawab, "yaa, ada, kita teman, "
"Dia baik?"
"Baik kok,"
Terdengar suara helaan nafas dari sebrang, lalu terkekeh hambar.
"Persahabatan cewek cowok itu susah, akan ada banyak hal yang kalian pikir terbuka ternyata rahasia. Karena Gak ada persahabatan diantara mereka, tanpa salah satunya menyimpan rasa suka, "

Pieces Hurt [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang