34 - Misi Manusia

89 6 1
                                    

Misi manusia adalah menjadi kuat setelah melewati masalahnya.

" Bagaimana perasaan kamu saat orang tua kamu pisah?"
Entah bagaimana Galih ingin menjawabnya. Perasaannya? Dia tidak tahu dulu sesakit apa karena sekarang dia merasa baik baik saja. Semuanya sudah masalalu, dia tidak ingat apa yang begitu menyakitkan dulu. Karena semua rasa kecewanya sudah tergantikan dengan kehangatan keluarga barunya sekarang. Dia juga merasa ini lebih baik daripada terus menerus disatu keluarga yang hampir setiap hari mempermasalahkan hal-hal kecil seolah itu adalah masalah paling besar.

Dia merasa sakit ketika mendengar orang tuanya saling melontarkan kata kata yang seharusnya tak pantas dia dengar diumurnya. Dia benci mendengarkan nada tinggi yang ujung-ujungnya dia dan Galuh akan menjadi bahan pilihan. Itu alasan kenapa saat ibunya mengatakan bahwa dia akan mempunyai keluarga baru, dia senang. Dia benar benar berharap yang terbaik dengan keluarga barunya. Berharap semua yang pernah dia rasakan dulu, tidak terulang lagi. Sampai akhirnya dia melupakan saudara kembarnya, melupakan janji mereka yang ingin menyatukan orang tuanya kembali. Karena jujur dalam hati, dia tidak menginginkan itu.

"Semuanya.. Menyakitkan, gue pikir itu adalah hal paling menyiksa selama gue hidup, gue gak tahu saat Mama dan Papa gue tanya gue harus pilih siapa diantara mereka, gue sayang sama keduanya.. " jawab Galih yang kini membuat April hanya tersenyum kecut.

"Sekarang aku semakin gak tahu harus gimana"
Galih mengerti, Galih paham bagaimana perasaan April sekarang. April menunduk, mungkin menyembunyikan air matanya yang lagi lagi terjatuh.
"Bahkan kemarin, mereka membiarkanku memilih dan kamu tahu Lih? Ternyata itu lebih sulit daripada menjadi pilihan, antara aku harus memilih tinggal sama ayah, atau mama, aku gak bisa milih diantara mereka, tapi.. Aku juga gak bisa tinggal sama mereka kalau ujung ujungnya mereka bakal berantem, aku gak tahu, tapi semua pilihan itu terlihat salah"

"Semuanya akan berlalu kok Pril, sama kaya gue... Dulu gue ngerasa gue pengen berhentiin semuanya karena gue gak sanggup, tapi.. Ya lo bisa liat sekarang, gue masih disini yang artinya gue bisa melewati itu semua"
"Dan gue yakin lo bisa.." tambah Galih lagi. Dia membantu mengusap pipi April yang sudah basah. Sedang April berusaha menenangkan dirinya.

"Aku yakin aku  bisa.. Hanya saja aku gak tahu harus gimana nyikapin semuanya, aku gak tahu kenapa Tuhan harus ngasih masalah yang aku sendiri gak tahu gimana cara nyeleseinnya, "

"Lo salah. Tuhan justru ngasih masalah karena Tuhan tahu lo bisa lewatin itu semua, lo cuma belum tau jawaban buat masalah lo"

April diam, tangisannya memang sudah berhenti. Namun entah kenapa perasaannya justru semakin gelisah. Padahal kemarin dia sempat mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia baik baik saja, dia mampu lewatin itu semua. Tapi sekarang berbeda, karena dia tidak bisa mendapat jawaban yang dia inginkan.

"Gue gak lagi ngebandingin rasa sakit lo sama gue pril, hanya saja saat lo ngerasa punya masalah, sebenarnya lo gak pernah sendiri, karena didunia ini yang punya masalah bukan cuma lo, bukan cuma gue, ataupun Galuh, semua manusia punya masalahnya masing-masing kan? dan hampir semua masalah obatnya adalah mengikhlaskan, ikhlas sama semua yang terjadi hari ini, karena itu yang terbaik buat kita, terbaik buat lo, terbaik buat orang tua lo, "

Kini, tatapan April beralih pada cowok yang sudah menunggu April menegakan kepalanya. Saat tatapan mereka bertemu Galih tersenyum, juga dengan April. Setidaknya sekarang dia merasa lebih baik. Setidaknya sekarang dia mendapat jawaban dari masalahnya, yaitu mengihklaskan keadaan.

Pieces Hurt [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang