3-To Something New

426 22 3
                                    

Sore hari ini tak banyak yang April lakukan selain berkecimpuh dalam dunia perbukuannya. Menurutnya itu adalah prioritas. Mungkin hal ini menjadi alasan kenapa selama sepuluh tahun sekolah belum pernah merasakan cinta, dia terlalu kaku. Hatinya tertutup rapat hingga terlampau beku.

Hingga bunyi ring tone dari handphone miliknya, sempat membuat otaknya yang sedang berkecimpuh dengan berbagai rumus fisika sekejap saja buyar. Entah siapapun itu pasti sama, ringtone hp memang alarm terbaik sepanjang masa.

April segera membuka handphonenya, terlihat ada pesan dari teman barunya itu, Gisel. Ah, sebenarnya mereka ada janji untuk bertemu malam ini disebuah cafe dekat dengan rumah April. Dia mengiyakan karena pada dasarnya gadis itu berusaha untuk menjadi orang baru disini. Setidaknya dengan ini, mungkin dia bisa mempunyai banyak teman.

Anda : Aku izin dulu ke ayah, ya, tunggu

Send! Pesannya terkirim. Segera dia turun kebawah dan menemui ayahnya di kamar bawah.
Saat sampai di depan pintu kamar ayahnya, segera dia mengetuk pintu kayu itu. Memanggil nama ayahnya beberapa kali. "Ayah..ayah.. Ini April, boleh masuk?" Ucapnya seraya membuka knop pintu kamar yang ternyata tidak terkunci.

Seperti biasa, orang yang di panggil ayah adalah orang sibuk. Dani -ayah April- sedang berkutat dengan laptopnya. Gadis itu melangkah beberapa kali, "April mau keluar sebentar sama temen Yah, " ucapnya.

Dani masih asik dengan pekerjaannya, orang itu tak menjawab pernyataan April. April hanya mendengus pelan, kadang sikap dingin ayahnya memang cukup menyakitkan.

"April pergi, April bakal pulang jam delapan malam, Assalamualaikum," pamitnya seraya menarik gagang pintu.

Barusaja anak gadisnya pergi, Dani menatap pintu itu sebentar. Entah apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka. Terkadang dia memang ingin berbicara dengan April layaknya anak dengan ayah, tapi masih dalam ego yang sama dia merasa enggan. Ada perasaan rindu, juga ada perasaan kesal. Dengan tatapan acuh, Dani melengos dari pintu dan kembali menatap pada laptopnya.

Sedang disisi lain, April yang sudah kembali ke kamarnya, kembali turun dengan buru-buru. Gadis itu menerima pesan jika Gisel sudah berada di depan rumahnya.

Sesampainya di sana, April menerima helm dari Gisel, " Maaf ya lama" ucapnya sambil mengenakan helm.
Gisel mengedikan bahu, "sante aja, gue juga baru kok" timpalnya yang kemudian melaju.

Dua gadis itu mulai memasuki ruang cafe dengan senyum sumringah. Mereka duduk diantara beberapa kursi didekat panggung kecil, sengaja karena mereka tau akan ada sesuatu yang tampil menghibur mereka kali ini.

Gisel melambaikan tangannya memanggil seorang waiter, wanita cantik dengan rok dibawah lutut mendekati mereka, seraya menyerahkan buku menu, wanita itu menanyakan pesanan dengan sopan. "Pesan apa mba?" Tanyanya dengan senyum yang mengembang.

Gisel menunjuk beberapa makanan di buku menu itu. "Chiken rice sama green tea, lo mau pesan apa Pril?"
April menoleh," samain saja," ucapnya dibalas anggukan Gisel.

"Dua ya," ucap Gisel lagi. Waiter itu mengangguk di sampingi menulis pesanan mereka pada blocknote kecil berwarna hitam. Dia mengulang pesanan Gisel guna memastikan. Gisel hanya mengangguk, lalu waiter itu pergi meninggalkan mereka.

"Disini nyaman ya Sel, tempatnya enak, pelayannya juga ramah ramah, "

"Emang iya, sebenarnya tempat ini juga bestcamp gue sama anak band. Kita kadang juga sesekali manggung disini, "
"Serius Sel? Hebat banget?"
"Haha, hal biasa Pril, kita cuma cari kesenangan yang gak sia-sia kok, selain dapat senengnya, kita juga dapat uang, ya walaupun dibagi lima anak ke jatah dua puluh ribu doang si, tapi ya mending lah, "

Pieces Hurt [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang