Kemarin aku masih sempat berpikir bahwa perasaan kamu itu istimewa, namun sekarang aku benar benar menyesalinya. Menyesal mengetahui perasaan yang kamu sembunyikan itu.
April menjauhinya, itu pilihan April. Dua pekan ini bahkan gadis itu tidak menjenguk Galih sama sekali. Dia takut pada perasaannya, semakin kesini hatinya semakin terombang ambing. Antara dia mencintai Mei atau Galih? Dia bahkan tidak paham dengan kemauan hatinya itu.
Mungkin sebagian dari kalian berpikir, jika April menjauhi Galih, maka artinya dia memilih Mei? Namun sepertinya tidak juga, karena sekarang April juga tengah menghindari pacarnya.
Dia merasa bersalah pada Mei, itu yang membuat dia merasa tidak pantas saja ketika dia harus bahagia bersama cowok itu. Mei berhak mendapat yang lebih baik. Karena dia begitu buruk, dia takut selama ini dia mempermainkan dua perasaan.Hubungannya dengan Mei memang tengah merenggang akhir akhir ini. Bukan hanya dirinya yang menghindar, tapi begitu juga Mei. Berbeda dengan beberapa hari sebelumnya, pesan Mei yang selalu menanyakan kabarnya seperti tenggelam dan tak lagi terlihat bermunculan. Seperti kata Gisel waktu itu, dia mungkin menyakiti Mei tanpa sadar.
Flashback on*
Pagi itu seperti biasa April sudah berada didalam kelas. Tidak banyak siswa yang berada di kelas saat itu, beberapa dari mereka belum berangkat, dan sebagiannya keluar karena merasa bosan. Untuk mengisi waktu luangnya dan berhenti memikirkan kejadian kemarin, dia memilih untuk membuka buku dan membaca pelajaran biologi. Pelajaran kesukaannya.
Gadis itu mencoba fokus berharap hal hal yang mengacau pikirannya segera pergi. Namun hal itu tidak bertahan lama saat dia menyadari seorang masuk ke kelasnya. Dia sangat mengenali wangi parfum ini, dia pikir saat itu Mei mendatanginya, namun ternyata cowok itu tidak ada.
Matanya beralih pada Gisel yang berjalan melewatinya, gadis itu mengernyit karena seharusnya Gisel duduk disebelahnya seperti biasa.
"Sel.. Ka-"
"Put, gue duduk di bangku lo! Lo gantiin tempat gue!" Ucap gadis itu saat dia mendengar suara April yang akan menanyakan nya. Dia malas mendengar suara April, muak dengan perkataan gadis yang selalu terlihat polos, namun nyatanya tidak. Itu menurutnya, karena dia merasa April mempermainkan perasaan Mei. Bukan hanya itu, dia juga mempermainkan persahabatan mereka. Ingin sekali dia marah pada April, namun dia masih berusaha menahannya.
"Kenapa Sel?" Tanya Putri namun sepertinya dia tidak menolak karena dia segera beranjak di bangkunya.
"Lagi males sama dia" jawab Gisel jujur. Kerutan di dahi April semakin terlihat. Dia paham maksud 'males sama dia' yang Gisel ucapkan tadi. Kata 'dia' yang Gisel ucapkan merujuk pada gadis itu. Sedang disini, April tidak paham kenapa Gisel marah dengannya.
"Oh oke.." Putri tidak banyak bertanya, Putri tipikal cewek kalem yang tidak berani menanyakan 'kenapa?' Sedang saat itu wajah Gisel terlihat sangat jutek.
April ingin beranjak dan bertanya kenapa Gisel seperti ini. Namun belum sempat beranjak, Gisel sudah memanggilnya.
"Gue mau ngomong sama lo" ucapnya dingin.
April hanya diam dan mengangguk mengiyakan. Dia mengikuti Gisel yang membawanya ke depan perpustakan. Disini cukup sepi, jadi tidak takut apabila ada seorang yang akan mendengar ucapan mereka nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pieces Hurt [Tamat]
Novela JuvenilRank=> 8-bertepuk sebelah tangan (140619) 9-bertepuk sebelah tangan (250619) Sebuah Kehidupan SMA yang sebenarnya. Ceritanya sedikit terdengar *klise* sama kehidupan asli. Bukan dalam cerita sastra. Bukan tentang badgirl atau badboy at...