Kedua sejoli yang telah menghabiskan waktu seharian itu, kini sudah berada didepan gedung apartemen yang ditinggali April sekarang. April turun dari motor Mei, dan Mei dengan telaten melepaskan helm yang dikenakan gadis itu. Kemudian dia mengusap rambut April gemas.
"Mei ih! Kebiasaan" erang April sembari melepaskan jemari jemari Mei pada rambutnya. Namun pacarnya itu tidak mendengarkan, dia tetap mengusap rambut gadis itu bahkan lebih keras sengaja merusak tatanan rambut April.
"Meeeiii!!" Bentak April kesal namun Mei justru tertawa keras karenanya.
"Males ah mau pulang"
April berbalik dengan tatapan cemberut. Dan saat melangkah dengan sigap Mei turun dari motornya kemudian menarik tangan April membuat gadis itu berbalik dan menabrak dada bidang Mei. April berusaha melepaskan namun Mei justru semakin mengeratkan pelukannya.
"Mei.. Ih malu diliatin orang" ucap April masih berusaha melepaskan pelukan pacarnya.
"Bodo"
April hanya mendengus membiarkan Mei berlaku sesukanya. Hingga akhirnya Mei mulai mengendurkan pelukannya berganti memegangi kedua lengan April. Mereka saling bertatap, April dengan tatapan kesal sedang Mei menatapnya dengan senyum yang lebar.
"Senyuuuum" ucap Mei sambil menarik sudut bibir gadis itu ke atas.
"Hmmm" April menampilkan senyum paksanya yang lagi lagi membuat Mei tertawa. Hingga tawa itu habis, Mei kembali mengambil tubuh April kedalam dekapannya. Kini, lebih tenang. April menutup matanya sebentar, merasakan kehangatan yang mengalir dalam darahnya. Merasakan ketenangan yang Mei coba berikan lewat pelukan mereka.
"Kamu harus semangat" ucap Mei kemudian. April hanya mengangguk lemah, dia mengerti 'maksud' dari ucapan Mei tadi. Bahkan sepanjang mereka berjalan jalan tadi, Mei selalu menatapnya teduh dan mengucapkan kata kata yang intinya meminta agar gadis itu tetap bertahan dengan keadaannya sekarang. Mei sangat mengkhawatirkan nya, walau April sudah kesekian kali mengatakan bahwa dirinya 'baik baik saja'.
"Kamu masih punya aku, ya?"
"Iya Me.."Mei melepaskan pelukan mereka, Mei menatap April dengan tatapan khawatir dan.. kasihan? Entahlah justru tatapan Mei saat ini membuat gadis itu justru tidak nyaman. Dia sengaja tidak membalas tatapan Mei-nya dengan mengalihkan ke sekitar.
"Pril.." panggil Mei membuat April mau tak mau kembali menatap Mei.
"Aku gak papa Mei, kamu gak perlu khawatir, semuanya akan berlalu kok.. Aku yakin bisa melewatinya"
Mei mengangguk dengan tersenyum. "Iya, kamu harus bisa, kamu harus yakin bisa lewati ini semua"
April melepaskan tangan Mei di lengannya, kini gadis itu menunduk menatap sepatu mereka yang saling berhadapan.
"Mei.. Maaf, bukan gak menghargai perhatian kamu, tapi.. Aku gak suka dikhawatirin kaya gini, seolah.. Kamu gak percaya kalau aku bisa melewati semuanya, aku.. Cuma butuh kamu percaya sama aku, "Mei terdiam sebentar mencerna ucapan April. Mencari kalimat tanggapan yang sekiranya tidak menyinggung perasaan gadis-nya.
"Maaf, kalau aku berlebihan.."April mendongak, "gak papa kok, khawatir wajarkan? Sekarang kamu cuma harus yakinin diri kamu sendiri, kalau aku bisa melewatinya, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pieces Hurt [Tamat]
JugendliteraturRank=> 8-bertepuk sebelah tangan (140619) 9-bertepuk sebelah tangan (250619) Sebuah Kehidupan SMA yang sebenarnya. Ceritanya sedikit terdengar *klise* sama kehidupan asli. Bukan dalam cerita sastra. Bukan tentang badgirl atau badboy at...