"Aku ada latihan marching Lih, kamu pulang duluan aja ngga papa kok," ucap Kanza sambil mengayunkan kedua tangan mereka.
"Ah gitu ya? Ya udah gue balik duluan, hati-hati yaa" timpal Galih sambil mengelus puncak kepala Kanza.
Mereka berdua sedang di depan kelas Kanza sekarang, yang artinya kelas April juga. Dan ya, tanpa sengaja gadis itu juga melihat mereka. Bagaimana lagi? Mereka berdiri di depan pintu, dipastikan juga April akan melewatinya karena ini jam pulang sekolah. Entah kenapa perasaan April jadi tidak senang sekarang.
Saat gadis itu akan keluar bersamaan dengan teman lainnya, Tio yang notabene nya sebagai si jantan tukang lambe turah itu segera memiringkan senyumnya. Dan tepatnya April berjalan di belakang Tio, dipastikan gadis itu mendengar dengan jelas ucapan Tio. Walau jujur saja, sebenarnya dia juga tidak ingin mendengarnya.
"Elah buk, pacaran aja mulu, ngga toleran amat sama yang jomblo di sekitar saya"
Deg. April sedikit tertohok dengan kalimat di sekitar saya yang terlontar dari mulut Tio. Gadis itu berusaha melewati keduanya dengan tenang. Hingga akhirnya, sebuah panggilan yang tidak ingin dia dengar membuatnya terpaku. Mau tidak mau April menoleh di belakang ke arah Galih.
"Iyaa?"
"Pulang bareng ya, ada yang mau gue omongin soalnya," ucap Galih.
"Eh ta-pi?"
"Aku ada latihan marching band, kalian duluan aja" timpal Kanza.
April mengangguk lemah, "um, okee" gumamnya sambil tersenyum.
"Gue balik dulu ya Za," ucap Galih akhirnya.Kanza mengangguk seraya tersenyum. Sambil menatap mereka pergi, dia memikirkan sesuatu yang membuat janggal tadi. Senyuman April berbeda, juga tatapannya yang sama dengan tatapan Kanza pada Galih. Gadis itu menghela nafasnya pelan.
"Gak gak Kanza, pasti bukan kaya gitu." Batinnya yang kemudian pergi.Disisi lain, April dan Galih sudah duduk di kursi bus bersebelahan. Gadis itu menatap jendela kearah luar untuk menetralisir degupan jantungnya. Selama ini jika berdua dengan Galuh dia bisa bersikap biasa, tapi entah kenapa sekarang berbeda.
"Pril, gue rasa, Galuh gak mau angkat telepon gue karena dia tau kalo itu gue"Gadis yang merasa di ajak bicara itu mengerutkan keningnya.
"Ya, selama ini juga nomer hp gue gak pernah ganti, dia mungkin tau kalo itu gue, cuma dia gak mau terlibat lagi sama gue dan mama lagi, dia masih kecewa sama gue, mungkin. " jelas Galih tanpa berani menatap kearah April. Cowok itu menghela nafasnya pelan.
"Gue, mau minta bantuan lo" sambung Galih lagi. April menoleh kearah Galih, cowok yang tengah menatap kedepan itu juga menatap kearah April.
"Apa?"
"Gue, pengen lo bantuin biar hubungan gue sama Galuh bisa kaya dulu, emang kemungkinannya susah, tapi pril gue,"
"Em, iya, aku mau kok Lih"Galih tersenyum kecil, "makasih ya" ucapnya sambil tersenyum tulus.
Deg. April ikut tersenyum lalu memalingkan wajah. Ada perasaan hangat menjalar dalam dadanya. Tidak biasa.
.........
Tuut Tuuuuttttt
April menghela nafas pelan. Untuk yang kedua kalinya, sambungan teleponnya dengan Galuh belum juga di terima. Sambil melempar tubuhnya di atas ranjang, gadis itu menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya teralih akan satu hal, membuat gadis itu tanpa sadar tersenyum dengan sendirinya.Memang baru kali ini dia merasakan gejolak itu, hatinya yang tiba tiba menghangat karena senyum orang itu, ataupun bibirnya yang tak henti tersenyum melihat wajah tampan orang itu. Yang pernah jatuh hati, pasti mengerti.
Jika dulu dia dan Galuh bisa sedekat itu tanpa perasaan. Namun, sekarang sepertinya berbeda cerita, rasanya kehadiran seorang Galih menjadi matahari sekaligus api yang melelehkan. Dia rasa begitu, walau otaknya selalu memaksa berkutat dalam pengetahuan, namun pikirannya tak pernah lepas sendiri dari perasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pieces Hurt [Tamat]
Novela JuvenilRank=> 8-bertepuk sebelah tangan (140619) 9-bertepuk sebelah tangan (250619) Sebuah Kehidupan SMA yang sebenarnya. Ceritanya sedikit terdengar *klise* sama kehidupan asli. Bukan dalam cerita sastra. Bukan tentang badgirl atau badboy at...