44 - Awal dibagian akhir. (tamat)

66 6 1
                                    

Mei mengantarkan April sampai ke rumahnya. Walau dia merasa ada yang disembunyikan dari gadis itu, dia tetap lega karena akhirnya mereka bisa bertemu lagi.

Mei ikut turun setelah April turun dari motornya lebih dulu. Selain untuk bertemu dengan Dani ayah April, dia juga ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan gadis itu. Tidak apa apa kan?

"Aku langsung masuk, makasih Me" ucap April.

Sedang Mei tak jadi melangkahkan kakinya lebih lanjut, cowok itu hanya mengangguk memahami makna tersirat dari ucapan April yang seolah meminta cowok itu segera pergi.
Dan setelahnya, April tidak mengatakan apapun langsung masuk kedalam rumah. Memastikan April memasuki rumahnya, Mei pun, pulang.

April membuka pintu rumahnya, pemandangan pertama yang dia lihat adalah ekspresi khawatir Mamanya yang juga tengah menekan nekan ponsel.

"April?" Ucap Anggi seraya memastikan apakah yang dia lihat itu benar benar putrinya atau bukan. Anggi melangkah menuju gadis itu berdiri, segera Anggi mengambil tubuh April memeluknya.

"Ya ampun sayaang, kamu dari mana aja? Mama sama Ayah kamu khawatir sayang.. Kamu gak apa apa kan?" Anggi menelisik setiap tubuh April takut ada luka. Dan setelahnya terdengar kalimat syukur karena sepertinya April pulang dengan selamat.

"Mama takut kamu kenapa kenapa, jangan bikin Mama khawatir lagi ya?" Ucap Anggi tulus, wanita itu menundukkan pandangan saat air matanya jatuh dan segera mengusapnya.

"Mass! April pulang!" Teriak Anggi untuk memberi kabar melegakan ini.

Mendengar teriakan Anggi, Dani segera keluar dari kamar menuju ruang tamu. Melihat April benar benar kembali, Dani langsung menghampiri gadis itu dan PLAK!!

Dani menampar April. April memegang pipinya yang terasa panas, air matanya jatuh walau gadis itu sudah menahan supaya dia tidak menangis sekarang.

"Dari mana aja kamu?!"

"Mas, tenang dulu, kamu apa apaan sih main nampar aja?! "Ucap Anggi berusaha menenangkan.

"Ini urusan aku sama anak aku! Kamu bisa pergi"

"April anak aku juga! Aku gak terima ya kamu main tangan kaya gini!" Ucap Anggi seraya menarik April menjauh dari Dani dan menyembunyikan gadis itu di belakang tubuhnya.

"Kamu gak papa sayang?" Tanya Anggi mencoba melihat pipi April namun April mencegahnya.

"Seharusnya kamu paham situasi dong mas! April baru pulang dia capek, dia butuh istirahat kan?"

"Emang capek? Habis ngeluyur kemana? Sampe gak pulang dua hari! Gak mikirin perasaan orang tua yang pusing nyariin kamu?! Kalo mau kabur kabur aja sekalian gak usah pulang!"

April menggigit bibirnya seraya memejamkan mata. Dia berusaha menahan kesal karena bagaimanapun ini memang salahnya, wajar jika Ayahnya marah pada gadis itu.

"Habis darimana?!" Tanya Dani lagi.

"Iya Pril, Mama juga pengen tahu kamu dua hari gak pulang kemana? Mama sama Ayah khawatir takut kamu kenapa kenapa" timpal Anggi dengan nada yang lebih halus.

Gadis itu masih diam, gadis itu justru semakin kuat menggigit bibir dalamnya hingga terasa asin karena kemungkinan berdarah.

"Kalo orang tua tanya itu di jawab!" Sentak Dani menarik tangan April lagi.

Kali ini April menatap Dani yang juga tengah menatapnya nyalang. Gadis itu mengusap pipinya yang basah sebelum mengatakan semua hal yang mengganjal dalam hati dan pikirannya selama ini.

"April semalem ke Jogja, kenapa Ayah mau marah? Marahin April lagi? Iya? Tadi Ayah nanyakan apa April gak mikirin perasaan kalian? Sekarang giliran April nanya apa pernah kalian mikirin perasaan April juga? Gak mungkin anak kabur tanpa alasan. April cuma mau nenangin diri apa itu salah?"

Pieces Hurt [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang