April masuk ke dalam kelas, seperti biasa hanya ada beberapa anak disini, karena memang hari ini dia datang lebih pagi. April tak perduli itu, dia langsung duduk di kursinya.
Hari ini dia berangkat seorang diri naik bus, dia sengaja menolak tawaran Mei yang ingin mengantarnya. Entah karena perasaannya yang labil, atau karena alasan lain. Dia hanya ingin menjadi siswi SMA biasa. Menurutnya polos soal cinta lebih baik dari pada harus kenal perasaan itu. Ini mangganggunya, takut takut hal itu juga akan menurunkan prestasinya.
Gadis itu kembali sibuk dengan buku bukunya. Hingga beberapa saat, waktu terus berjalan dan Giselpun baru memasuki kelas. Gadis itu duduk di sebelah April, tak biasanya Gisel berangkat sesiang ini, dengan keadaan yang menurutnya tidak baik baik saja.
April segera menyenggol lengan Gisel dan membuat gadis itu menoleh. "Kamu baik baik aja?" Tanya April.Masih diam, Gisel hanya mengangguk kan kepala. April merasa Gisel sedikit berbeda. Gadis yang biasanya selalu mengajak dia mengobrol bahkan tidak menjawab pertanyaan nya kali ini.
"Kamu ada masalah? Atau marah pada seseorang?"
Gisel menelan salivanya. Dia ingin mengatakan semua unek unek dalam perasaannya, namun ada kata hati yang seakan mencegahnya bercerita. Gadis itu lagi lagi menggeleng lemah.
"kamu keliatan ngga baik baik saja Sel, serius kamu ngga ada masalah?"
"gak semua masalah bisa di ceritakan kan Pril? "
"Umm, Iya sih, tapi kita kan sahabat? Kamu bisa cerita dan aku siap mendengarkan nya kok Sel, "
Gisel mendengus kesal dengan ucapan April barusan,
"sahabat? Hanya karena kita bersahabat semuanya harus gue ceritakan? Lo aja lebih memilih cerita ke Mei dari pada ke gue kan?"
April menghela nafasnya pelan, dia baru ingat, memang selama ini dia tidak pernah menceritakan masalahnya dengan Galih pada Gisel."Maaf Sel, " ucapnya seraya menunduk.
Gisel tak menghiraukan ucapan April, gadis itu pergi begitu saja. Perasaannya tidak bisa biasa saja, itu alasan kenapa dia memilih untuk pergi. Ya, itu lebih baik dari pada nantinya dia harus keceplosan dan marah marah di depan April.
Bel istirahat berbunyi, sedari tadi Gisel tak lagi menampakan wajahnya. Dia tidak masuk ke kelas. April jadi merasa bersalah, dia berniat mencari Gisel. Gadis itu beranjak, dan keluar dari kelas.
Sebenarnya dia tidak tahu harus mencari Gisel dimana. Selama ini dia juga jarang pergi dengan Gisel entah ke kantin ataupun ke tempat yang di sukai mereka. Ya, mereka hanya dekat di tempat duduk mereka.
Namun April tetap berusaha mencari.Pertama, gadis itu mencari ke ruang UKS, ya, siapa tau Gisel memang sedang tidak enak badankan? Dan hasilnya nihil, Gisel tidak ada di ruang UKS. Setelahnya April pergi ke kantin, siapa tau Gisel ada di sana kan? Tapi lagi lagi gadis itu tidak menemukan Gisel. Dan setelahnya hanya ada satu tempat lagi yang berkemungkinan ada Gisel di sana, ruang band. April tak yakin Gisel ada disana, namun walau ragu, April tetap kesana. Siapa tahu, Gisel sedang berlatih.
Gadis itu berjalan ke ruang band, dia benar benar khawatir dengan Gisel karena sikap Gisel yang menurutnya aneh. Sesampainya di ruang band gadis itu masuk dan ada beberapa anak band yang memang ada di sana. Mereka semua teman satu band Mei, dan yang pasti teman Gisel juga.
Fahmi yang melihat kedatangan April langsung bertanya.
"Eh ada April? Cari Mei Pril? Dia engga ada, ngga tau kemana" seloroh Fahmi setelah April masuk dan mengucapkan salam.April segera menggeleng. "Bukan kok, aku lagi cari Gisel, kalian liat dia dimana?" Tanya April akhirnya.
Fahmi menggeleng, sedang Brian justru mengangguk menimpali April. "Iya, tadi gue liat dia ke rooftop, emang kenapa? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Pieces Hurt [Tamat]
Fiksi RemajaRank=> 8-bertepuk sebelah tangan (140619) 9-bertepuk sebelah tangan (250619) Sebuah Kehidupan SMA yang sebenarnya. Ceritanya sedikit terdengar *klise* sama kehidupan asli. Bukan dalam cerita sastra. Bukan tentang badgirl atau badboy at...