19- Temaram

182 16 1
                                    


April mengaduk aduk makanannya dengan tatapan kosong, pikirannya masih menerawang kejadian tadi pagi. Dani berdeham kecil membuat gadis itu segera sadar dan menatap kearahnya.


"Makanannya dimakan, dari tadi pagi perut kamu kosong loh," ucap Dani dengan nada lembut.

Gadis itu kembali menunduk menatap makanannya, dia tidak nafsu. April meletakan sendoknya lagi. Lalu beranjak dan meninggalkan ayahnya. Dani segera memanggilnya.
"Pril?"

April berhenti dan membalikkan tubuhnya. Dani ikut beranjak dan melangkah kearah April. "Mulai besok kamu gak usah sekolah, cuma tinggal classmeet kan? Udah gak penting. "

April diam tak percaya dengan ucapan ayahnya, sedang Dani hanya mengedikan bahunya seakan itu adalah keputusan terakhirnya yang sudah tidak dapat dinegoisasi.

"Liburan kali ini kamu harus tetap dirumah, hp kamu ayah sita, ini hukuman." Tukasnya seraya memperlihatkan benda gepeng itu yang tak lain adalah Handphone milik April. Dani memasukkannya kedalam saku, lalu segera pergi.

Gadis itu tercengang mendengar ucapan ayahnya yang sedikit-gila? April segera mengejar Dani.
"Ayah gak bisa kaya gitu dong!" Ucapnya setengah berteriak.

Dani membalikan tubuhnya, kini keduanya saling berhadapan. "Ini keputusan ayah."
"Tapi ayah-"
"Gak ada tapi, kalo kamu masih lapar makan, kalo udah gak, balik kekamar, ayah mau istirahat." Tandasnya seraya pergi dan masuk kekamarnya.

April masih tak percaya dengan sikap ayahnya. Dia segera pergi menuju kamarnya. Ya kali, mood gadis itu benar benar hancur. Gadis itu merebahkan tubuhnya sedang menenangkan pikiran. Air matanya merembas begitu saja, ayahnya memang benar benar tega. Apa yang akan dia lakukan selama liburan ini? Mei pasti akan mengkhawatirkannya. Dia jadi merasa bersalah pada Mei karena sudah menyeretnya pada masalah ini.

Gadis itu menangkup wajahnya dengan bantal. Suara isakan mulai terdengar diantara kamarnya. Biarlah, biar perasaannya tenang sedikit.

______

Dua pekan telah berlalu, hidup April seperti batu. Keras. Begitulah, Dani-ayahnya masih saja suka marah marah. Entah karena apapun itu, tapi semenjak hari itu, Dani lebih sering emosi, mungkin tepatnya, kembali pada Dani yang dulu. Terlebih karena perhatiaannya yang tidak bisa dihargai oleh April. April seakan mengacuhkan sekitarnya, ya itu yang dirasa Dani. Gadis itu bahkan tidak pernah makan lebih dari satu kali sehari. Tidak menonton tv, ataupun keluar kamar. Dani khawatir, namun dia juga merasa kesal, karena bukannya membuat April sadar justru gadis itu semakin kaku.

April menutup lembar terakhir novel yang entah sudah berapa kali dia baca. Dalam waktu dua pekan ini dia hanya membaca satu novel yang pernah dia baca sebelumnya. Satu satunya novel yang dia miliki pemberian dari Galuh. Katanya "tidak ada hubungan persahabatan, tanpa salah satunya memiliki perasaan". Jika diingat lagi, perkataan itu juga berlaku pada hubungannya dengan Mei. Mungkin itu alasan dia tidak pernah bosan dengan novel pemberian sahabatnya itu.

Krrrittttt....

Pintu kamar April terbuka dan melihat Dani disana. April segera menbuang muka. "Makan," sepatah kata itu yang keluar dari mulut Dani. April mengabaikannya lagi.

"Dari kemarin kamu tidak makan dengan benar, cepat turun ke bawah." Ucap Dani lagi.
"April gak lapar." Tukasnya.

Dani menghela nafasnya kasar mendengar ucapan April barusan. "Nanti sakit, yang penting isi perut kamu dulu"

April mendengus kasar lalu beranjak dari duduknya membuat Dani segera mengulum senyum lega. Gadis itu berjalan kearah Dani. Kemudian saat Dani keluar dari kamar April, bukannya ikut keluar, justru April mengunci pintu kamarnya rapat rapat. Ah ya, dia masih tidak ingin di ganggu.

Pieces Hurt [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang