April pulang sendiri kali ini, dia membiarkan Mei pulang lebih dulu. Bukan karena dia ikutan marah, ataupun karena dia malas bertemu dengan Mei. Hanya saja, gadis itu memilih membiarkan Mei sendiri dulu sampai marahnya selesai. Setidaknya dia tidak mencoba untuk menuntut Mei supaya memaafkan April. Itu bukan April sekali.
Tapi gadis itu sudah mengirimi Mei pesan supaya dia hati hati saat di jalan. Gadis itu mengiriminya pesan saat melihat Mei di parkiran tanpa mengajaknya untuk pulang bersama. Dan April paham akan itu.
April ikut masuk ke dalam bus dengan beberapa siswa siswi yang lainnya, dan saat matanya sedang menatap kearah sekitar, dia melihat Kanza yang juga tengah menperhatikannya saat itu. Mereka saling melepar senyum.
Saat tengah duduk Kanza memanggil nama gadis itu untuk duduk bersebalahan dengannya. "Sini Pril, duduk sini" ucapnya sambil menepuk nepuk bangku di sebelah.
April hanya mengangguk lalu mengikuti arahan Kanza untuk duduk di sebelahnya."Tumbenan nge-bis?" Tanya Kanza basa basi.
"Iya, gak papa" jawab April dengan tersenyum ramah. Hingga gadis itu menyadari satu hal, keningnya saling bertaut tipis memandang sekitar kemudian kembali menatap kearah Kanza.
"Bukannya bis kamu bukan jurusan ini ya Za? Galih juga gak keliatan"Kanza hanya tersenyum tipis, tipis sekali entah menyiratkan apa. Gadis itu melempar tatapannya ke jendela sebelum menjawab pertanyaan April dengan kembali menatapnya. "Owh Kamu belum tahu ya?"
"Tahu.. Tahu apa?"
"Eh engga, aku kira Galih udah ngomong sama kamu, tapi.. Kalaupun kamu tahu, kamu kan juga punya kehidupan sendiri, apalagi kamu selalu nyibukin diri sama Mei kan akhir akhir ini?"Kening April semakin mengerut penuh tanya karena ucapan Kanza tadi, memang apa yang dia tidak tahu?
"Soal apa Za?"
"Kalau aku yang cerita, takutnya gimana.. "
"Gimana gimana?" April semakin penasaran, memang apa yang sudah dia lewatkan?
"Enggak ah, nanti juga kamu tahu sendiri, "
"Kok gitu sih Za.. Emang sekarang kamu mau kemana? Ke rumah Galih? "
"Ke rumah sakit"April terdiam sebentar mencerna ucapan ucapan Kanza tadi. Namun sebelum bibirnya saling bertanya, Gadis di sebelahnya ini sudah menjawab pertanyaan pertanyaan dalam benak gadis itu.
"Galih sakit Pril, udah dari lama sih, satu pekan ini dia gak berangkat sekolah, tepatnya setelah ketemu sama kamu di mall waktu itu."
Mendengar itu yang ada dalam benak April adalah perasaan bersalah. Dia masih ingat dengan jelas saat itu lebih memilih untuk pulang dengan Mei dan membiarkan Galih pulang sendiri. Padahal, Galih sudah menemaninya setengah hari saat itu. Jadi, Apa Galih sakit karenanya?
"Boleh ikut?"
Kanza terdiam sebentar sebelum akhirnya mengangguk dan tersenyum. "Galih pasti bakal senang karena ada kamu nanti,"
:-)
Bibir Kanza terus mengembang, berbeda dengan matanya yang menerawang dengan tatapan yang menyiratkan kesedihan. Entahlah, April menangkapnya seperti itu. Perasaan gadis itu semakin bersalah jika hal ini terjadi karenanya. Terlebih, Galih sudah sakit cukup lama. Apa penyakit Galih separah yang ada dalam pikirannya? Dia... Khawatir. Bagaimanapun juga, Galih.. Sosok itu pernah menjadi alasannya tersenyum sewaktu dulu. Rasanya, jika benar ada apa apa dengan Galih karenanya, dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Dia.. Tidak mau kehilangan sosok yang pernah ada dalam kehidupannya. Bahkan jika waktu mengajarinya secara perlahan, di saat yang telah di tentukan dia tidak akan pernah benar benar siap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pieces Hurt [Tamat]
Teen FictionRank=> 8-bertepuk sebelah tangan (140619) 9-bertepuk sebelah tangan (250619) Sebuah Kehidupan SMA yang sebenarnya. Ceritanya sedikit terdengar *klise* sama kehidupan asli. Bukan dalam cerita sastra. Bukan tentang badgirl atau badboy at...