Tidak pernah ada Kita pada jatuh cinta sendirian.
Aku hanya dengan ke-akuan.
Dan kita hanya angan, tanpa kepastian.
^^^Sepertinya langit terlalu cepat mempermainkan waktu. Baru saja kemarin sore April di buat merona dengan sikap Galih. Sore ini April kembali menunggu kedatangan keromantisan itu. Ya bagaimana? Galihnya saja tak terlihat batang hidungnya. Eh, apa tidak berdosa berharap seperti itu?
Bersama Gisel dan anak anak perempuan lain, April menikmati awal malam keakraban angkatannya dengan membantu teman temannya untuk mempersiapkan kelasnya sebagai ruang tidur.
Setelah beberapa menit, mereka selesai. Hampir semua siswi menghambur keluar untuk menunggu acara puncak yang akan dimulai pukul tujuh malam nanti. Gisel terlihat melirik jam tangannya sebentar, pukul tengah tujuh, artinya acara puncak akan diadakan setengah jam lagi. Malam ini dia dan grup bandnya akan perform, dia harus bergegas keruang band.
"Gue ke ruang band dulu ya, persiapan buat nanti"April mengangguk mengiyakan, setelahnya Gisel segera keluar kelas menuju ruang band. April yang sudah menahan haus segera meminta izin pada teman teman lainnya. Dia akan pergi ke kantin, untuk membeli minuman dingin yang semoga saja mampu menyegarkan tenggorokannya.
April segera berjalan cepat menuju kantin. Sesampainya, gadis itu segera menyerobot gagang pintu lemari es. Matanya seperti berbinar saat melihat sebotol air mineral, yang mungkin memang hanya tersisa itu.
Namun, Seorang mengambil air mineral dingin yang sudah menjadi targetnya. Spontan karena kesal, dia menoleh kearah samping. Mencoba mencari tau siapa yang mengambil air mineral miliknya. Cowok yang mengambil air mineral itu segera membayarnya pada ibu kantin. Dengan perasaan sedikit kesal, dia hanya bisa berpasrah. Rasanya tidak mungkin juga jika April mengomel meminta air mineral itu. Entah karena tidak mau mencari keributan, atau tidak berani.Gadis itu duduk sembari menatap ke arah panggung yang masih sibuk untuk gladi bersih.
"Eh?" Gadis itu terlonjak kaget saat tiba tiba sesuatu yang dingin berada di pipinya.
Cowok yang tengah jail itu tertawa kecil.
"Haha, sorry sorry kalo ngagetin, Nih buat lo.. " ucap cowok itu yang ternyata adalah Mei. April menggeleng lemah seolah menolak pemberian Mei."Gak usah malu malu, nih, gue gak bisa minum air dingin, bentar lagi perform takut suara gue serak, ambil" sambungnya melihat penolakan kecil dari April.
Tanpa sungkan, April mengambil air mineral yang Mei sodorkan. Mei tersenyum melihat April meminum air mineral yang diberikannya.
"Ngalamunin apa tadi?"
"Ha? Gak kok, ngga ngalamun"
"Ooo, apa lagi mikirin sesuatu? Pasti mikirin gue ya?"Deg.
Tiba tiba saja degup jantung April berhenti. Mei yang semula menatap kedepan, menoleh kearah April. Membuat si gadis kaku, tak berani bicara, hanya membisu.
"Hei! Gue bercanda kali, ya kali lo polos banget gini ya? Haha" tawa Mei meledak meledek gadis polos itu. April hanya mengalihkan tatapannya karena malu. Kenapa perasaannya jadi mudah berdebar seperti ini? Dia tidak sedang sakit jantung atau apakan?
Disisi lain, cowok yang tengah mengisi hatinya akhir akhir ini harus di pertemukan dalam keadaan yang tidak tepat. Ahya, siapa sangka juga jika April mengalihkan tatapan dari Mei, justru salah menangkap tatapan lain. Melihat Galih dan Kanza yang tengah bercanda diantara kursi pinggir lapangan. Gadis itu menelan salivanya lalu menunduk pasrah. Entah kenapa perasaannya tambah kacau sekarang, seharusnya dari kemarin dia tidak seberharap itu.
Mei yang disebelah April mulai tak paham dengan situasi ini. Dia tidak sedang menyakiti cewek itu, tapi kenapa sekarang suasananya berbeda? Mei mencoba menepuk bahu April hingga membuat gadis yang tengah menunduk itu mendongak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pieces Hurt [Tamat]
Dla nastolatkówRank=> 8-bertepuk sebelah tangan (140619) 9-bertepuk sebelah tangan (250619) Sebuah Kehidupan SMA yang sebenarnya. Ceritanya sedikit terdengar *klise* sama kehidupan asli. Bukan dalam cerita sastra. Bukan tentang badgirl atau badboy at...