20-Untuk Rindu

190 15 1
                                    

Dua kali April mencoba menelphon Mei, tapi lagi lagi bunyi tuut itu tidak kunjung berubah menjadi suara yang sudah melangitkan rindu. Sudah tiga hari setelahnya, Mei tidak bisa dihubungi. Dia seperti hilang dari jejaknya, ah April masih berharap dia tidak hilang dari hidupnya.

April kembali membaca beberapa pesan yang tidak sempat dia balas itu. Pesan yang selalu menanyakan kabarnya beberapa pekan lalu. Mungkin ini balasan karena sudah membuat khawatir Mei saat itu, hingga sekarang dia yang mengkhawatirkan Mei. Keadaan berbalik. April mendengus lalu melempar handphonenya kesebelah kasur, matanya menatap langit langit kamar. Ada perasaan menceklit di ulu hatinya, dia takut terjadi apa apa pada Mei.

"Huuuft." April menghela nafasnya kasar, dia mencoba menutup matanya yang mulai terasa kantuk. Besok adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas. Ah ya, dia bisa bertemu Mei besok. Walau sebenarnya ada yang di takutkannya saat hari esok. Bagaimana jika besok dia harus memulai semuanya dari awal. Dia takut segalanya yang sudah dia lewati akan berubah seketika. Dia takut untuk kehilangan karena perubahan. Dia belum siap menghadapi itu dalam hidup, untuk kedua kalinya.

____

Keesokan harinya saat istirahat sekolah. April masih menunggu kabar dari Mei ataupun sahabatnya. Gisel tidak berangkat saat ini, dan itu benar benar membuat April begitu khawatir. Dua orang yang selalu bersamanya itu entah kemana sekarang.

Bel istirahat berbunyi, April segera beranjak dari tempatnya. Mungkin Gisel memang tidak berangkat hari ini, tapi mungkin Mei ada dikelasnya bukan? April keluar dari kelasnya dan berlari ke gedung sebelah tanpa memperhatikan sekitar, orang gugup selalu begitu kan?

"Eh?" April berhenti saat berada didepan kelas Mei dan hampir menabrak orang.
"Maaf Lih, aku gak sengaja, aku lagi buru buru"
"Sante aja kali Pril, kaya sama siapa, lagian kan gak nabrak juga kan?"
"Eh iya"
"Btw Lo udah sembuh?"
"Eh iya, udah lama sembuhnya, kamu?"
"Ya kaya yang lo liat hari ini"
"Syukurlah, waktu itu kamu pucat banget"
"Hehe, tumben kamu kesini? "
"Ohiya, aku cari.. "

April melangkah mencoba mengabaikan Galih. Dan saat didepan pintu, dia berhenti. Sedang Galih membalikan badannya menatap punggung April. "Cari Mei?"

April menoleh pada orang dibelakangnya. "Dia gak di kelas?"

"Tepatnya gak masuk kekelas"

April menaikkan satu alisnya, tidak masuk kelas artinya? "Dia gak berangkat, " jelas Galih.

"Kenapa?" Tanya Gadis itu.

"Gak tau, gak ada kabar. "

April tertegun mendengar jawaban Galih. Ah yang pasti dia merasa sedikit kecewa? Gadis itu menggigit bibirnya. "Gisel juga gak berangkat"

"Gisel juga gak berangkat? Mereka masih liburan kali" ujar Galih. "Kalau boleh tau, emang kenapa?"

"Gak apa apa kok, cuma mau tanya. Ah emang gak ada kabar sama sekali ya?"

"Gak tau, " mendengar itu April tertunduk lesu, dia memandang jari jarinya yang sedang bermain sendiri.
"Ucapan gak papa tadi kayanya bohong, lo ada masalah?"

April menggeleng seraya menatap Galih. Perasaan kecewanya terlalu menguasai hati, dia tidak bisa menahan emosi. Dia benar benar takut terjadi sesuatu yang tidak mengenakan pada Mei.
"Gak papa, gue cuma pengen ketemu sama Mei, "

Pieces Hurt [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang