6 - Perjuangkan atau lupakan?

314 18 4
                                    

Ada rasa tapi ku harus apa?
Ku yakin dia punya hati, tapi sudah ada yang memiliki.
:"

Sebelum bel tanda pulang sekolah berbunyi, beberapa anak osis memasuki ruang kelas April yang memang saat itu tidak ada guru, mereka sudah diberi tugas hingga jam pelajaran selesai.
Sekelompok osis itu berdiri di depan, hendak memberi pengumuman.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" ucap salah seorang dari mereka.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab semua siswa serempak.

" langsung saja, saya selaku ketua panitia malam keakraban, seperti yang sudah kami umumkan di minggu minggu kemarin, makrab akan diadakan sabtu malam besok, jadi di mohon untuk setiap siswa siswi yang hendak mengikutinya, harap segera meminta izin pada orang tua" ucapnya membuat para seisi kelas April langsung gaduh kegirangan.

"Mohon tenang, " ucapnya lagi sebelum melanjutkan ucapannya.
" Saya lanjutkan, kami disini kembali mengingatkan mengenai SWP, dan memberikan surat pemberitahuan untuk wali murid, jika ada yang berhalangan hadir bisa tanda tangani kolom bawah bagian surat dan serahkan kepada anggota osis secepatnya. Terima kasih"
ucapnya seraya mempersilahkan dua anggota osis yang ikut bersamanya untuk membagikan surat.

Termasuk Kanza yang merupakan anggota osis, lagi lagi tatapan itu yang diberikan pada April. Benar benar membuatnya tak enak hati. Apa kemarin ada kejadian yang tidak ketahui setelah April pergi? Apa ada keributan antara Galih dan Kanza gara gara dia?
  Bagaimana mungkin seorang April bisa menjadi peran antagonis untuk kisahnya sendiri? Benar benar membuat April resah, dia gelisah.
Kejadian kemarin membuat perasaan April tak enak, mengingat saat bersama Galih dan Kanza membuatnya merasa bersalah. Mungkin, gadis itu memang tidak seharusnya berteman dengan Galih. Terlebih saat dia sudah sadar dengan perasaannya, dia ingin menjauh. biarkan dia mengalah, karena memang perasaannya yang salah.
April memutuskan untuk tidak bertemu  Galih setelah ini, takut perasaan yang ingin hilang tiba tiba kembali datang.

Jam pelajaran sekolah sudah selesai, semua anak SMA GB sudah menghambur pulang. Berbeda dengan gadis di sebelah Gisel yang terus terusan menatap jendela sedari tadi.

"Lo ngelamun? Lamunin apa sih lo? Hobi banget?" Tanya Gisel saat sahabat barunya itu memandang keluar jendela dengan tatapan kosong. Gisel menyenggol lengan April supaya sadar dari lamunan.
"Um, ha? Nggak kok hehe"
"Lo, ada masalah? "
"Eh, nggak kok"
"Klise banget Pril. Lo selalu jawab itu setiap gue tanya, lo beneran gak papa? Dari tadi pagi gue liatin lo dan muka lo pasti murung. Lo sakit atau kenapa? Mau ke UKS?"

April menggeleng, lalu tersenyum paksa, membuat Gisel menghela nafasnya kasar.
"Lo bisa cerita ke gue kapanpun, gue mau kok ngedengerinnya.."

April tersenyum mendengar ucapan tulus dari Gisel,
"makasih, tapi kayaknya belum sekarang deh Sel"

"Okee, gue bakal tunggu sampai lo mau cerita, semoga secepatnya ya, nih ya Pril, katanya kalo lo cerita masalah lo ke orang lain, perasaan lo bisa sedikit melega kok, "  April mengangguk.
SetelahnyaGisel mengemas bukunya lalu segera beranjak pergi. Begitu juga April.

Segera mereka melangkah ke luar. April melambaikan tangannya saat akan berpisah dengan Gisel, juga sebaliknya.

Saat April berada didepan gerbang, sesorang dengan vespa biru miliknya berhenti di samping April.

"April?"  Jantung April kembali berdebar saat mendengar suara khas yang keluar dari bibir orang itu, memanggilnya. April diam, tidak berani menjawab panggilan orang disampingnya, gadis itu terus melangkah hingga orang itu mengajaknya bicara untuk kedua kali.

"Mau bareng?" Tawarnya membuat langkah April terhenti.

Tanpa menoleh ataupun segera menjawab, April kembali melangkahkan kakinya semakin cepat. Seorang yang tak lain dengan vespa itu pastilah Galih. Dan, Galih masih membuntutinya dengan laju vespa nya yang menyamai langkah April.

Pieces Hurt [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang