36- Bilangan Hari

74 7 0
                                    

Selepas pulang dari studio, Mei berniat mengajak April kesuatu tempat. Memberikan rekaman pertamanya yang merupakan lagu ciptakan mereka saat itu. Mei sangat antusias soal ini. Walau lagu itu belum sempurna, dia berharap April dapat menyukainya.

Dalam otaknya sudah terbayang bagaimana reaksi April. Wajah itu akan berseri seri dengan senyuman yang selalu menjadi kesukaannya. Membayangkan ini saja jantungnya langsung berdebar.

Cowok itu mengendarai motornya menuju apartemen tempat April tinggal. Dia sengaja tidak memberitahukan pacarnya itu, sengaja karena dia ingin memberikan kejutan. Hingga akhirnya dia sampai, dia menaiki lift menuju lantai tujuh, dia tahu apartemen yang ditinggali April karena gadis itu pernah mengatakan nya.

Mei mencoba menekan tombol bel, dan beberapa saat setelahnya seorang wanita paruh baya keluar dari balik pintu.

"Halo tante, selamat siang" ucapnya seraya menyalami tangan wanita paruh baya itu yang bisa kalian tebak dia adalah Anggi.

"Ooh, pacarnya April ya?" Tebak Anggi yang membuat Mei mengangguk.

"Iya Tante, saya Mei, Aprilnya ada Tante?"

"Eh emang April belum bilang? Udah tiga hari ini dia tinggal sama Ayahnya, "

Mei terdiam, April tidak memberitahukan hal ini. "Tinggal sama Ayahnya berarti dirumahnya ?"

"Iya, kemaren Ayahnya jemput terus pas paginya dia pamit pengen tinggal sama Ayahnya, mungkin karena terburu buru jadi April belum sempat ngabarin kamu,"

"Iya ya.." ucap Mei seraya mengangguk. Benar kata Anggi, mungkin karena gadis itu terburu buru dia tidak sempat memberitahukan hal ini pada Mei.

"Yaudah Tante, Mei pamit dulu ya.. Mei mau ke rumahnya om Dani" pamit Mei.

"Gak Mau masuk dulu?"

"Tidak usah Tante, terimakasih Tan.. Mei pamit yaa,"

Anggi mengangguk. "Hati hati.."

Mei kembali melajukan kendaraannya, kini menuju rumah Dani, ayah April. Pikirannya penuh mengenai gadis itu sekarang. Selain dia takut terjadi sesuatu pada April, dia juga heran kenapa gadis itu tidak memberitahukan lagi tentang masalahnya. Salahkan sifat posesifnya ini, tapi dia ingin menjadi orang pertama yang mengetahui keadaan April sekarang. Dia ingin April berterus terang tentang masalah nya, tentang perasaannya. Dia tidak suka dengan sikap April yang suka memendam masalahnya sendirian.

Mei turun dari motornya saat dia sudah berada didepan gerbang rumah putih itu. Dia memencet bel beberapa kali, dia berharap April yang membukakan gerbangnya. Selama tiga hari ini mereka tidak bertemu, tentu saja cowok itu merindukan April. Tapi di sisi lain dia juga khawatir pada kondisi April sekarang. Semoga tidak terjadi apa apa pada gadisnya itu, walaupun semesta sedang banyak bercanda pada hidupnya.

Mei merogoh ponselnya akan menghubungi April. Belum sempat menelpon, gerbang akhirnya terbuka menunjukan sosok laki laki paruh baya yang sangat Mei kenal. Sayang sekali bukan April, ternyata yang membukakan gerbang adalah Dani.

"Om," sapa Mei sopan seraya mencium punggung tangan orang tua itu.

"Iya, tumben sekali kamu kesini? Sini masuk masuk"

Pieces Hurt [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang