27 - Bagian Terindah

140 7 1
                                    

"Pril, lo marah?"
"Enggak"
"Sorry, kalo semisal ucapan gue tadi bikin lo tersinggung"
"Enggak papa"

April tetap berjalan dua langkah lebih cepat dari Galih. Sedangkan Galih masih berusaha menyamai langkah April. Cowok itu hanya khawatir dengan kondisi April sekarang ini. Entah sekalipun April melihat kekhawatirannya atau tidak. Hingga akhirnya langkah April mulai melambat, menyamai langkah Galih. Tatapannya mengarah pada Galih.
"Emang Kanza gak marah ya?"

Galih menautkan kedua alisnya mencoba memahami ucapan April tadi. Dia hanya menggeleng sedang tatapannya masih pada wajah yang kemudian berpaling darinya.

"Kalian bukannya balikan?"
"Ha? "
"Enggak Pril, gue sama Kanza sekarang sahabatan, dan mungkin emang lebih baik kayak gitu, "

April menoleh kearah Galih sebentar lalu kembali menatap kedepan. Tatapannya menyusuri beberapa orang yang berlalu lalang dengan barang belanjaan mereka. Matanya hanya sedang beralibi agar pikirannya tak lagi memikirkan hal yang sebaiknya tidak dia pikirkan. Hingga mata itu terkejut, mendapati sepasang mata yang juga menatap kearahnya, tak suka?

"Mei?"

Langkah April mendekat pada kekasihnya itu. Sedang Galih yang di belakang April, hanya mengikut dari belakang. Tatapan Galih dan Mei saling bertukar pandang, seolah tengah berkomunikasi lewat tatapan keduanya.

"Kamu masih disini?" April mengangguk.

"Aku gak sengaja ketemu Galih tadi. " ucap April mencoba menjelaskan.

"Iya," Mei mengangguk beralih menatap kearah kekasihnya.

"Aku gak tau kamu bakal kesini, "

"Aku ada urusan"

"Belum selesai urusannya?" Mei tersenyum masam lalu menggeleng.

"Bakal lama Pril, kamu pulang bareng Galih aja, dia bakal anter kamu kan?"

April melirik kearah Galih sebentar, lalu kembali menatap Mei. "Aku mau nunggu kamu, pulang sama kamu ya?"

"Kayaknya aku gak bisa,  urusannya bakal lama, kamu pulang dulu gak papa"

April tau Mei bohong. Dia juga tahu Mei sedang memikirkan kenapa sekarang dia bersama dengan Galih. Dia ingin menjelaskananya tapi dia sendiri tidak enak dengan Galih karena sudah menemaninya sedari tadi pagi. Kesannya jadi dia tidak tau diri  jika membiarkan Galih pulang sendirian. Tapi gadis itu juga tidak bisa meninggalkan Mei disini dengan tanda tanya kenapa mereka bisa berdua.

"Kalian searah kan? Pulang duluan aja,"

Suara yang semakin dingin itu membuat April menghela nafasnya. Dia tidak bisa menolak, lagi. Ini yang dia takutkan, dia takut Mei akan salah paham. Walau ucapan Mei menunjukan seolah tidak apa apa, tapi dia tau jelas Mei benar benar tidak suka dengan pertemuan ini. Gadis itu hanya mengangguk kecil, mungkin nanti setelah Mei tenang baru akan menjelaskan, pikir April.

"Aku pulang dulu Me," ucap April akhirnya.

Cowok itu tersenyum tipis, "hati hati" ucapnya dengan menatap kepergian kekasihnya itu dengan laki laki lain, terlebih laki laki yang pernah mengisi hatinya itu. Mei memang bohong, jelas dia cemburu, dia sengaja datang kesini karena beberapa kali teleponnya tidak diangkat. Mei juga sempat datang kerumah April, tujuannya sekedar memastikan bahwa gadis itu baik baik saja. Namun, dua kali datang ke rumah gadis itu, ternyata April selalu tidak di rumah. Ini alasan kenapa dia pergi kesini, dia khawatir terjadi apa apa pada kekasihnya itu. Namun ternyata, keadaannya lebih baik.

"Arrrrgggh" cowok itu menyugar rambutnya kesal, dia menyesal sudah membiarkan April pulang bersama Galih. Tapi dia juga tidak mungkin se-egois itu. Dia cukup tahu diri.

Pieces Hurt [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang