4. Kabar Buruk

787 71 37
                                    

Seminggu setelah kejadian yang sangat memalukan bagi seorang Shakti Diren, kini cowok itu tengah duduk sambil memandangi gadis di depannya dengan rasa bahagia.

Bukan Riti, sang adik yang berada di depannya itu. Tetapi Radhika lah, gadis dingin itu kini tengah membaca novel di toko buku.

Sekarang hari minggu, entah dengan cara apakah Shakti mengajak Radhika pergi ke toko buku, berdua.

Catat! Hanya berdua.

Awalnya Radhika menolak, tetapi setelah di paksa oleh Shakti dengan sebuah ancaman. Akhirnya gadis itu mau juga. Walau tadi Shakti menjemputnya di halte bus tidak di rumah gadis itu, padahal Shakti sangat ingin tahu rumah gadis itu. Tapi tak apalah, seperti ini pun Shakti sudah sangat bahagia. Sebuah kemajuan yang cukup baik.

"Lo suka banget novel ya?" tanya Shakti basa-basi.

"Hemm."

Shakti berpikir lagi, apa yang akan dia bicarakan pada gadis itu.

"Oh, kalau lo mau, lo beli aja semua novel yang lo suka, entar gue yang bayar."

"Gak perlu." Shakti mendesah pelan, susah banget ternyata ngajak bicara gadis di depannya ini.

Akhirnya Shakti memilih diam saja. cowok itu tau dia sangat mengganggu Radhika yang tengah membaca novel.

Radhika tiba-tiba bangkit dari kursi yang di dudukinya, membuat Shakti juga bangkit dari duduknya. Shakti mengikuti saja Radhika yang membawa 3 buah novel di tangannya menuju kasir.

Saat Radhika ingin membayarnya, Shakti langsung menahan gadis itu dan menyerahkan 3 lembar uang seratus ribuan kepada tukang kasir itu.

"Ayo." ajak Shakti kemudian menarik tangan Radhika. Radhika yang di tarik hanya diam saja, tidak biasanya dia seperti ini. Biasanya jika ada cowok yang menggenggam tangannya saja dia sudah marah besar, tetapi kenapa tidak berlaku pada Shakti?

Saat sudah di luar toko buku, Radhika menyerahkan 3 lembar uang seratus ribu ke arah Shakti. "Nih, gue ganti." kata Radhika datar.

Shakti tersenyum, cowok itu menolak dengan lembut dan menyuruh Radhika menyimpannya saja. "Gue bayarin lo ikhlas kok, gak minta ganti."

"Gue gak enak." paksa Radhika kembali menyerahkan uang itu.

Shakti menghela napasnya. Dia baru tau selain dingin ternyata gadis itu juga keras kepala. "Lo simpen atau gue cium." ancam Shakti.

Radhika bergegas menyimpan uang itu ke dalam tasnya. Dia cukup takut dengan ancaman yang di berikan oleh Shakti tadi.

Shakti terkekeh. Tangannya terlulur mengelus rambut Radhika dengan lembut. "Ayo naik." ucap Shakti. Cowok itu membantu Radhika menaiki motor ninja hitam miliknya.

"Pegangan Radh, gue ngebut." Shakti menarik tangan gadis di boncengannya ini tampa izin gadis itu.

*****

"Makasih untuk hari ini." ucap Radhika datar. Tetapi tersirat ketulusan yang dia berikan dan Shakti dapat menangkap itu semua.

"Makasih juga untuk hari ini, gue benar-benar bahagia." setelah mengucapkan itu, Shakti melajukan motor ninjanya meninggalkan halaman rumah keluarga Radhika.

Radhika menghela napasnya sebelum melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya. Hari ini adalah hari yang cukup melelahkan baginya. Radhika tak mengerti mengapa dia dengan gampangnya mengizinkan Shakti mengajaknya ke toko buku.

"Assalamualaikum, Radhu pulang."

Hening

"Ma, Pa." teriak Radhika lagi. Radhika mengangkat bahunya acuh, kemudian gadis itu berjalan menaiki tangga rumahnya untuk sampai ke kamarnya.

"Papa yakin sama semua ini?"

Radhika menghentikan langkahnya saat berada di depan kamar kedua orang tuanya. Keningnya saling bertautan mendengar suara sang mama yang nampak gelisah.

"Papa yakin mam, lagi pula umur Radhika bentar lagi 16 tahun kan?"

Rasa penasaran muncul dalam benak Radhika saat sang papa menyebut-nyebut namanya dan umurnya.

"Tapi kan pa, gimana kalau Radhika marah sama kita?" ucap Rani dengan isakannya.

Marah?

Radhika benar-benar tak mengerti dengan pembicaraan kedua orang tuanya itu. Radhika rasanya ingin masuk, tetapi dia berpikir jika dia masuk mungkin saja mama dan papanya tak melanjutkan lagi ucapan mereka tadi.

"Tenang aja sayang, Radhika gak akan marah sama kita. Lagi pula aku ngelakuin ini demi kebaikannya juga kan."

"Tapi, gak dengan cara di jodohin juga."

Radhika tersentak. Gadis itu membulatkan kedua matanya mendengar ucapan sang papa. Di jodohin? Demi apa? Ini sudah 2019 loh dan dia masih sekolah pula.

"Dia juga kan kita jodohin sama anak sahabat aku. Aku yakin hidupnya akan bahagia."

"Baik lah mas." suara Rani terdengar begitu pasrah.

Radhika berlari ke arah kamarnya sambil membekap mulutnya dengan kedua tangannya. Perlahan air mata yang sedari tadi di tahannya menetes juga.

Brakkk

Pintu kamar dia banting sekeras mungkin. Radhika tak perduli lagi, hidupnya hancur mendengar kata perjodohan yang terlontar dari mulut kedua orang tuanya tadi.

Radhika pikir, perjodohan hanya terdapat di novel-novel yang dia baca saja. Tetapi, ternyata itu ada di dalam kehidupan nyata dan sekarang itu terjadi pada dirinya sendiri.

Radhika benar-benar tak habis pikir dengan kedua orang tuanya, kenapa dia harus di jodohkan? Kalau itu cowok baik, ganteng, sholehah mungkin Radhika akan pikir-pikir dulu sebelum menolaknya dengan cara kasar. nah kalau sebaliknya apa kabar? Kasar, tua, jelek. Membayangkan saja membuat perut Radhika mual seketika.

'Apa yang harus aku lakukan?'




---TBC---

mohon vote dan comennya ya

Semoga suka

Baarish [SHADIKA] ✅ #DF1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang