9. Mulai Menerima

645 63 16
                                    

"Bantu aku mencintaimu."

Shakti tersenyum kecil saat mengingat ucapan Radhika satu minggu yang lalu. Tentu saja Shakti akan membantu Radhika dengan senang hati. Itulah yang paling diinginkan Shakti, Radhika mau menerimanya.

Shakti kini tengah berada dibalkon kamarnya, menatap kearah bintang-bintang malam yang nampak bersinar terang. Seterang hatinya yang sedang bahagia.

Shakti merogaoh saku celanannya, mengambil ponselnya. Shakti membuka aplikasi whatsapp nya, kemudian cowok itu mencari nama kontak seseorang.

*****

"Mam, Radhu, udah selesai goreng ayamnya."

Radhika meletakan ayam goreng, nasi goreng, sop, dan rendang keatas meja makannya.

Radhika baru saja selesai membantu sang mama memasak. Walaupun Radhika tomboy, tetapi gadis itu sangat pintar memasak.

Disaat Radhika hendak mendudukan bokongnya kekursi meja makan, ponselnya berbunyi membuat gadis itu mengurungkan niatnya.

Radhika mencari-cari benda yang mengeluarkan suara lagu dil diyaan gallan - lagu favorite Radhika.

Setelah ketemu, Radhika langsung membukanya. Ternyata ada pesan whatsapp dari Shakti.

Shakti

Oh, bintang, sampaikan salam rinduku padanya. Pada kekasih hatiku, pada orang yang ku cinta, pada masa depanku. Disini aku berdiri dibawah langit menatap bintang-bintang diatas sana. Bintang selalu bersinar terang, seperti kamu yang selalu menyinari kehidupanku.
Untuk calon makmumku, calon imammu bilang dia rindu denganmu, sehari tak berjumpa denganmu seperti satu bulan tak bertemu. Mungkin terdengar lebay, tapi itulah kenyataan yang sebenarnya.
Disini calon imammu selalu belajar untuk lebih baik, agar calon makmunnya bisa membuka hatinya untuk calon imamnya.
Sudah ku titipkan hatiku padamu, ku mohon jagalah hati ini. Seperti aku yang selalu menjaga hatiku agar namamu tak akan pernah terhapus dari dalam sana.

Good night calon makmumku, masa depanku, kekasihku.

I Love You Radz.

Pipi Radhika memerah saat selesai membaca pesan yang dikirimkan Shakti untuknya.

Calon makmum? Masa depan? Kekasihku?

Sungguh, Radhika baper sendiri jadinya. Gadis itu tak pernah menyangka, secepat ini Shakti mampu membuka hatinya yang tertutup. Radhika akui, rasa itu mulai perlahan timbul didalam hatinya. Walau Radhika tak tau itu rasa apa, entah rasa sayang atau rasa cinta, Radhika tak tau. Yang Radhika tau, Radhika tak ingin kehilangan Shakti.

"Radh, kok ngelamun? Senyum-senyum lagi?"

Radhika kaget. Gadis itu segera berjalan menuju meja makan. Mendudukan bokongnya disamping sang mama, kemudian mengambil nasi berserta lauknya.

"Gimana hubungan kamu sama Shakti?" tanya Angga, tiba-tiba.

Radhika tersedak makanannya sendiri. Rani buru-buru mengambilkan air untuk Radhika.

"Ya gitu." jawab Radhika, singkat. Kemudian gadis itu kembali melanjutkan makannya yang sempat tertunda.

Mereka makan dalam suasana hening. Hanya terdapat suara dentingan sendok dan piring saat bersentuhan.

"Mam, Pa, Radhu kekamar dulu ya." ucap Radhika pada kedua orang tuanya. Setelah gadis itu selesai makan.

"Tunggu! Ada yang ingin papa bicarain."

Radhika mengangguk. Gadis itu kembali mendudukan bokongnya dikursi. Sebenarnya Radhika heran, papanya itu akan bicara apa? Apa papanya akan membatalkan pertunangan dengan Shakti? Entah kenapa ada perasaan tak rela dalam diri Radhika jika sampai papanya itu benar-benar membatalkan pertunangan mereka.

"Kamu tau kan Papa udah tua?"

Radhika diam, tak tau hendak menjawab apa.

"Papa udah cape, papa mau istirahat. Jadi papa mohon, kamu mulai sekarang yang akan memegang perusahaan kita dan juga sekolah."

Radhika membelalakan kedua matanya. Gadis itu benar-benar kaget dengan ucapan papanya barusan. Omg, Radhika masih sekolah loh. Masih kelas 11 pula. Dan dengan santainya papanya itu meminta dirinya mengelola perusahaan yang besar itu. Dipikir Radhika mampu kali ah?

"Pa, Radhu gak bisa. Radhu gak paham tentang perusahaan." tolak Radhika, halus.

"Belajar dong sayang. Kamukan anak kami satu-satunya, jadi otomatis kamu yang harus menggantikan papa mu ini." timpal Rani, lembut.

"Enggak mam, Radhu gak bisa."

"Okeh, papa buat penawaran untukmu. Kamu dan Shakti yang akan mengelola perusahaan itu bersama."

"Lah tapi kan..."

"Gak ada tapi-tapian." potong Angga, kemudian pria itu meninggalkan meja makan menuju ruang kerjanya.

Radhika mengerucutkan bibirnya, kesal. Matanya memandang kearah sang papa yang tengah menaiki anak tangga.

Tua apanya coba? Orang umur papanya juga baru 48 tahun. Dan umur mamanya 46 tahun.

Rani mengelus pucuk kepala putrinya. "Terima aja sayang, ini juga demi kebaikan kamu." dengan sangat-sangat terpaksa Radhika menganggukan kepalanya. Dia paling tidak bisa menolak perintah mamanya.

*****

Radhika berdiri didepan pagar rumahnya. Gadis itu sesekali mencek kearah gelang jam tangannya. Sudah pukul 7 tepat, tetapi Shakti belum tiba juga. Radhika kini tengah menunggu Shakti yang akan menjemputnya untuk pergi kesekolah bersama. Beginilah sekarang kegiatan Radhika saat berangkat atau pulang sekolah, menunggu Shakti. Mama Radhika memaksanya untuk berangkat dan pulang bareng, dengan alasan agar mereka menjadi dekat. Tentu saja Shakti senang bukan main.

"Maaf lama Radz, tadi gue isi bensin dulu."

Shakti kini berdiri tepat didepan Radhika, dengan tangan yang memegang sebuah helm berwarna hitam untuk Radhika.

"Nih helmnya." Radhika menganggukan kepalanya, kemudian memasang helm itu dikepalanya.

Shakti menghidupkan motornya. Radhika naik ketas motor ninja Shakti. Tangan Shakti terulur kebelakang, menarik kedua tangan Radhika agar melingkar ke pinggangnya.

"Biar bidadari gak jatuh."

Pipi Radhika memerah mendengar ucapan Shakti. Shakti yang melihatnya dari kaca spions hanya tersenyum kecil. Kemudian cowok itu melajukan motornya menuju sekolah dengan santai.















---TBC---

Semoga suka ya
Mohon vote dan comennya

Terima kasih yang udah setia baca cerita ini wkwk

Baarish [SHADIKA] ✅ #DF1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang