Satu

520K 28K 4.5K
                                    

P E M B U K A A N

P E M B U K A A N

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Daddy!"

"Papa!"

"Papi!"

"Abi!"

"Bapak!"

Begitulah suara-suara yang memanggil Juan saat pria itu baru saja turun dari mobilnya setelah melakukan perjalanan bisnis selama tiga hari ke Singapura. Kelima anaknya memang kerap memanggil dengan sebutan berbeda-beda pada waktu tertentu. Di antara lima panggilan itu, Juan paling tidak suka dengan panggilan Daniel.

Bocah 17 tahun memanggilnya Abi Sholeh Alhamdulillah. Panggilan seperti itu semacam sindiran. Juan sangat yakin jika anak paling bengalnya itu memang tengah meledeknya. Untung Juan masih sabar.

Shella dan Angel langsung berlari ke arah Juan. Mereka adalah putri Juan. Shella berumur dua belas tahun tahun dan Angel si bungsu baru berumur tiga tahun. Keduanya adalah anak yang manja, apalagi Angel yang memiliki senjata ampuh yaitu menangis. Jangan ditanya bagaimana Angel saat menangis. Biar Juan saja yang tahu.

"Kangen," ujar Angel yang sudah digendong oleh Juan.
Anak itu menciumi sekujur wajah ayahnya. Sesekali terkikik geli saat wajahnya bersentuhan dengan jambang di dagu Juan. Juan memang belum membabat habis bulu di dagunya.

"Sekangen apa sama Daddy hm?" tanya Juan seraya menggesek gemas hidung minimalis milik putri bungsunya dengan hidung mancungnya.

"Kangeeeeeennya banget. Nggak ada Daddy di lumah nggak enak. Kak Kudanil nakal. Semuanya nakal. Cuma Daddy yang baik," adu Angel lalu mengalungkan kedua tangannya di leher Juan. Wajahnya tenggelam di caruk leher ayahnya yang sudah ia rindukan.

Juan mengulas senyum sinis melirik Daniel yang tengah menyandarkan tubuhnya di pilar. Tak kalah, Daniel pun juga melirik ke arah ayahnya lalu terkekeh sendiri.

"Daniel! Daddy udah bilang berapa kali? Kamu itu paling tua, harusnya jagain adik kamu. Bukan malah jahilin," ujar Juan begitu berdiri di hadapan Daniel.

"Yang paling tua itu Damian, Abi."

"Daddy! Bukan Abi! Panggil Daddy! Dad dy!"

"Hehe iya Daddy." Daniel nyengir. Cengiran menjengkelkan yang selalu menjadi andalan bocah itu.

"Tiap hari nakal tuh Dad, buang aja!" celetuk Angel menatap ke arah kakaknya. Tangannya siap mencakar wajah Daniel namun cowok itu sigap untuk menghindar.

"Nggak kena wleeee. Bocah kecil seupil kayak kamu mana bisa lawan kakak."

"Daddy," panggil Angel lembut.
Juan sudah tahu apa yang harus ia lakukan.
Putri bungsunya menginginkan bantuannya.

"Daniel uang saku kamu turun, nggak ada main PS kalau bukan hari libur, dan kamu nggak dapat oleh-oleh dari Daddy."

Angel menjulurkan lidahnya ke arah Daniel. Bocah itu sangat puas melihat ekspresi kakaknya yang kesal.

Incredible JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang