Pt.42; Missing You

1.9K 332 90
                                    

Happy Reading!

.

.

.

Menghabiskan akhir musim dinginnya di Osaka memang sesuai dengan rencananya. Berkumpul bersama keluarga besarnya di sana selama tiga hari lalu ke Tokyo di mana tempat tinggal sang ibu. Bahkan ia tidak sendiri ke sini, Namjoon mengusul setelah dirinya pergi dari Osaka dsn  menuju Tokyo, laki-laki itu datang ke Jepang lalu mengekorinya seperti anak ayam mengikuti induknya.

Jimin banyak menghabiskan waktu dengan kakeknya yang sudah berumur dengan bermain Shoji saat di Osaka. Kakeknya tidak lagi bisa menjadi teman duel kendonya, Jimin cukup sedih dengan fakta itu karena sejak kecil ia diajari kendo dari dasar oleh sang kakek.

Namun sekarang kakeknya itu hanya bisa menontonnya yang berduel dengan sang paman.

Bicara tentang Namjoon, Jimin tidak tahu apa yang diinginkan sahabatnya yang satu itu, menjadi tuan rumah yang baik dengan menyediakan kamar yang layak untuk laki-laki asal Ilsan itu menjadi hal yang mesti ia lakukan.

"Kau mau lanjut sekolah di mana hyung?"

Mereka sudah lulus dua Minggu yang lalu. Mereka bukan lagi anak sekolahan yang labil dan banyak melakukan sesuatu yang tidak penting. Jimin sendiri, sebagai pelaku yang bertanya, sejujurnya tidak memiliki jawaban untuk dirinya sendiri.

"Entahlah. Aku pikirkan nanti kalau di militer" Namjoon menjawab

Namjoon datang ke Jepang untuk menghindari kicauan ayahnya yang ribut. Tentang Universitas mana dan jurusan apa yang pas untuk putra sulungnya. Padahal Namjoon sendiri masih tidak memiliki gambaran akan masa depan. Masih sama seperti satu setengah tahun lalu.

Jimin mengangguk paham. Pilihan sahabatnya itu tidak berubah ternyata. Masuk militer setelah lulus. Jimin sendiri masih bimbang haruskah ia pergi ke militer? Sepertinya tidak perlu, meraih medali emas dalam sebuah turnamen internasional sudah cukup untuk melepaskan kewajiban warganegara tersebut. Jimin sudah melakukannya tahun lalu. Lagipula, dirinya lahir dengan dua kewarganegaraan, dan Jimin tidak sama sekali berniat memilih salah satu.

"Kau sendiri bagaimana?" Namjoon balik bertanya

"Entahlah. Mungkin aku akan menuruti kaa-san untuk masuk ke Universitas Tokyo. Dia ingin aku tinggal di Jepang"

"Ohh" Namjoon mengangguk paham

Lalu mereka berdua kembali larut dalam lamunan masing-masing.

Namjoon sibuk memikirkan Seokjin dan restu yang belum ia raih dari ayah gadis itu.

Memang benar sekali, Namjoon pernah menemui orang tua Seokjin sekali. Dalam rangka mempertegas penolakan perjodohan yang dilakukan Seokjin jauh-jauh hari. Saat itu, dirinya baru naik ke tingkat akhir di Seiran. Dengan keberanian dan tekad, Namjoon mengunjungi rumah gadis bermarga sama dengannya itu.

Hasilnya? Penolakan tentu saja.

Usia menjadi faktor utama, lalu disusul akibat dari faktor usia itu sendiri.

Namjoon kesal tentu saja, ia hanya lebih muda lima tahun dari Seokjin!

Namun pak tua yang sayangnya adalah target mertuanya bersikap seolah Seokjin adalah gadis dewasa, sedangkan dirinya masih remaja labil.

Hm.. tidak sepenuhnya salah juga sih.

Namun dari situ pula Namjoon jadi punya motivasi untuk belajar lebih serius jika di bangku kuliah nanti. Ia sadar selama ini dirinya terlalu santai, maka dari itu Namjoon berniat berubah.

Mengambil double degee misalnya.

Rencananya begitu, tapi Namjoon masih tidak tahu jurusan apa yang akan dirinya ambil.

Un_Lucky [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang