Big Job

2.3K 171 30
                                    

Dear pembaca. Teruntuk siapa aja, kamu yang suka dan ngikutin cerita ini, jangan lupa klik bintang ya ... biar Joanna dan emaknya ini semangat berjuang.

Terima kasih

Selamat Membaca

"Siang ini, pukul 12.30. saya harap kalian bisa datang ke rumah makan di seberang jalan sana."

Joanna termangu memandangi layar tablet milik Robby.

"Ya ampun, ada apa dengan Pak Bayu," benak Joanna.

Joanna dan Robby bersitatap. Keduanya punya tanda tanya besar, kenapa dan untuk apa Bayu mengundang mereka bertiga? Tidakkah yang sikap Bayu itu aneh dan tidak wajar. Dalam hati, keduanya menyimpan banyak kemungkinan juga prasangka buruk, apa niat Bayu sebenarnya.

"Ada apa ini?" hardik Bayu. Dia keluar ruangan setelah mendengar suara gaduh dari kubikel staf lapangan. Ternyata, memang ada perseteruan antara Joanna dan Silvi, Bayu sudah tak heran lagi dengan kelakuan mereka.

Sepuluh orang yang terbagi menjadi lima tim peliput di satu ruangan itu terdiam seketika, termasuk Joanna, Robby, dan Silvi. Mereka pura-pura sibuk dengan persiapan tugas dan naskah masing-masing. Ada pula yang bergidik ngeri, sebab takut kena amukan pak redaktur.

"Apa gue bilang," bisik Robby seraya menendang kaki kiri Joanna.

Joanna tak menanggapi ledekan Robby, matanya tertuju pada layar datar 19" di depannya. Baru saja dia membuka email yang dikirim Bayu, isinya ada beberapa esai dari penulis lepas yang harus dia koreksi. Sore ini mesti siap sebab akan dicetak besok pagi.

"Jo, ke ruangan saya. Sekarang!" perintah Bayu sembari berlalu tanpa menunggu jawaban Joanna.

Joanna mendorong kursinya ke belakang sebelum bangkit, lalu mengekori langkah Bayu masuk ke ruangannya.

"Ada apa lagi?" batin Robby ketika memandangi punggung Joanna yang menjauh dan hilang di balik pintu. "Kenapa cuma Joanna yang disuruh ke ruangannya?" Pertanyaan yang sama menggantung di benak para staf peliput yang berada satu atap dengan Joanna dan Robby.

"Rob, lo nggak cemburu tuh?" ejek Silvi dengan suara lantang. Wanita yang seumuran dengan Joanna itu, sengaja mengeraskan suaranya untuk menebar benih gosip. Yang mungkin saja bisa menjatuhkan kredibilitas Joanna sebagai reporter senior.

"Jaga mulut lo, Sil!" gertak Robby.

"Hiii takuut ... Emang lo bisa apa? Lihat tuh dewi cinta lo udah punya yang lebih kece dan berduit," imbuh Silvi. Ucapannya merujuk pada Joanna yang nampaknya mendapat perhatian lebih dari Bayu.

Robby menghela napas panjang, tak ingin mendengar ocehan Silvi yang kurang bermanfaat. Dia menfokuskan perhatian pada video pendek dan foto-foto yang ingin digarap dari tadi, namun terus saja tertunda. Ditepisnya sejenak rasa ingin tahu, kenapa Joanna dipanggil ke ruangan Bayu seorang diri.

"Ada apa Pak?" tanya Joanna yang saat ini duduk di depan Bayu. keduanya duduk berhadapan di meja besar berbentuk oval dengan beberapa buah kursi melingkar. Tempat khusus yang biasa mereka gunakan untuk diskusi antara reporter, redaktur, kameramen, tak jarang pula melibatkan layouter jika perannya dibutuhkan.

"Sebentar, ada karyawan lain yang saya panggil ke sini," ucap Bayu sembari menulis sesuatu di kertas kosong.

Bayu punya kebiasaan mencatat hal-hal penting menggunakan tulisan tangan. Perlu diketahui bahwa menulis dengan tangan sama, dengan menghapal apa yang kamu pikirkan juga apa yang kamu baca, sebut saja mencatat. Mencatat adalah metode untuk meningkatkan daya ingat. Banyak orang percaya kalau seseorang lebih mudah menghapal dengan cara mencatat daripada menghapal saja. Selain ada bukti jelas, yaitu tulisan yang bisa sewaktu-waktu dibaca jika lupa, mencatat pun bisa dikatakan mencetak tulisan di otak kita. Jadi, meskipun kita lupa apa yang kita tulis, sewaktu kita mendengar atau ditanya tentang satu hal yang pernah kita catat. Secara otomatis pikiran kita akan merespon, "Saya pernah mencatat tentang itu." Secara reflek kita akan mencari dan berusaha mengingat apa yang pernah kita tulis sebelumnya.

DiurnariiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang