Kopi Pengakuan

1.8K 118 16
                                    

Saya mengucapkan selamat tahun baru 2019. Semoga kita menjadi manusia yang lebih baik lagi di tahun berikutnya, dimudahkan segala urusan dan diberikan kesehatan untuk terus menebar kebaikan.

Terima kasih untuk semua dukungan. Sekecil apapun apresiasi kalian, saya sangat menghargainya. Terima kasih.

Marilah kita menyambut tahun baru esok dengan banyak belajar,

Belajar mencintai, memaknai, mensyukuri, mengerti, memahami, berempati, berbaik sangka, menjaga ucapan, tulisan, berusaha lebih keras lagi, mempererat silaturahmi, pun belajar mendekatkan diri pada sang pemilik raga kita yang fana ini.

Jangan lelah belajar.

HIDUP KITA ADALAH PROSES BELAJAR TANPA AKHIR

Robby mengekori langkah Joanna dengan enggan. Mau bagaimana lagi? dia tak punya pilihan lain. Menjadi rekan dan sahabat baik, itulah dalih yang digunakan Robby untuk selalu mengikuti Joanna. Di mana dan sedang apa saja yang dilakukan Joanna, Robby selalu ingin memastikan wanita itu baik-baik saja.

Seperti sekarang ini, ketika Robby tak diundang Mandala untuk minum kopi bareng sepulang jam kantor. Robby tetap ngotot mau mengantar Joanna dan ikut bergabung, meski tak diharapkan hadir. Laki-laki itu tak sampai hati membiarkan Joanna pergi sendiri.

"Itu DL!" seru Joanna sembari menunjuk laki-laki berseragam lengan panjang yang menjadi ciri si desainer grafis. Pernah sekali Joanna iseng bertanya, kenapa Mandala suka pakai seragam lengan panjang? Jawabannya, karena tak perlu pakai jaket kalau tugas lapangan. Oleh sebab itu, Mandala minta, semua seragamnya dibuatkan lengan panjang.

Mandala melambaikan tangan seraya tersenyum menyambut kedatangan Joanna dan Robby.

"Ayo Rob." Joanna menarik lengan Robby. Laki-laki itu memutar bola mata, dia malas melangkahkan kaki masuk ke dalam coffeeshop langganan yang letaknya tak jauh dari kantor.

"Jo, gue balik ke kantor aja deh?" rengek Robby.

"Ih, ngapain? tadi katanya mau nemenin gue. Ayo cepet! nggak enak ditungguin sama DL," bisik Joanna sembari mengulas senyum untuk Mandala dari kejauhan. Robby menurut saja digeret oleh Joanna untuk masuk ke dalam kafe.

"Kita lama ya?" tanya Joanna ketika duduk di sebelah kanan Mandala. "Rob, ngapain berdiri aja di situ?"

Robby tak sengaja menangkap pemandangan yang lebih menarik. Nampak ada tiga karyawati dari bagian pemasaran sedang bercengkerama di meja paling pojok kafe tersebut.

"Rob, lo ngelihatin apa sih?" Joanna mendorong lengan Robby yang masih berdiri, pandangannya tidak fokus pada Joanna.

Laki-laki itu mengerjap, sadar bahwa Joanna sedang mengajaknya bicara.

"Jo, gue ke sana dulu. Kalian silakan ngopi berdua," ujar Robby yang terburu-buru pergi menghampiri cewek incarannya.

Joanna menghela napas. Dia tak heran lagi dengan tingkah Robby yang suka tebar pesona.

"Ngomong-ngomong, selera Robby nggak terlalu buruk," celetuk Mandala dengan senyum mengejek.

Joanna tertawa kecil sebelum berujar, "Kamu pasti udah dengar julukan yang disematkan untuknya?"

DiurnariiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang