Cuma Itu

1.5K 108 5
                                    

Selamat membaca

Terima kasih untuk yang sudah berkenan menekan ikon bintang

"Jo ... semalem Pak Bayu nyariin lo," ucap Robby. Dia dan Joanna, tengah menunggu sesi wawancara eksklusif dengan salah satu pejabat daerah. Beliau yang bersangkutan masih ada rapat yang harus dirampungkan terlebih dahulu.

Joanna gusar, ada perasaan aneh yang mengganggunya sejak tadi. Mendadak kedua telapak tangan berkeringat, pun duduknya mulai tak nyaman. Padahal, pendingin ruangan di ruangan tunggu dirasa cukup dingin oleh Robby.

"Jo, lo kenapa?" tanya Robby. Dia menyadari gelagat tidak biasa terjadi pada Joanna yang duduk di samping kirinya.

Joanna yang menyandarkan kepala pada tembok menoleh ke kanan seraya tersenyum, "Gue nggak apa-apa. Lama banget ya, Rob."

Joanna berdecap kala melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan kanannya. Sudah hampir satu jam mereka menunggu, sang narasumber meluangkan waktunya untuk memberikan keterangan. Perihal, dugaan adanya pejabat kantor yang berada di bawah wewenang beliau tidak lagi netral, kabarnya ikut kampanye terselubung.

"Iya nih. Mana gue mulai laper, kita tinggal dulu apa?" usul Robby.

"Jangan deh! Takutnya Beliau ada waktu senggang, kitanya malah nggak ada," tolak Joanna sembari memijit pelipisnya.

"Lo sakit apa gimana? Dari tadi kelihatan aneh tahu nggak," cerca Robby. Dia mengenyahkan tangan Joanna, lalu menyentuh dahi wanita itu pelan. "Lo nggak enak badan lagi?"

"Nggak kok. Agak pusing aja nih, tiba-tiba mikirin banyak hal," dalih Joanna.

"Tentang?"

Joanna lantas membenak tentang topic yang akan dia kulik. Mendekati pemilihan umum seperti sekarang, banyak sekali kegaduhan yang terjadi di masyarakat luas. Berbagai isu menyeruak ke permukaan, tidak jelas apa yang terjadi dan apakah isu itu benar terjadi. Beberapa isu 'mungkin' memang sengaja dibuat untuk menciptakan kondisi yang diinginkan, lalu dimanfaatkan pihak tertentu untuk mengambil keuntungan.

Keresahan masyarakat bukan cuma karena adanya isu, ditambah lagi dengan banyaknya berita hoax yang beredar di media cetak juga digital. Kemudahan mengakses informasi yang kita rasakan saat ini, agaknya mulai menimbulkan dampak yang kurang baik. Seperti berita-berita tidak benar, yang menurut pemikiran Joanna sangat mempengaruhi sudut pandang masyarakat terhadap satu peristiwa.

"Jo, kok malah diem sih." Protes Robby yang sedari tadi menunggu jawaban Joanna.

Belum sampai Joanna menjawab, tiba-tiba seorang perempuan muda keluar dari ruang rapat. Pegawai kantor itu menghampiri Joanna dan Robby yang masih setia duduk di kursi tunggu.

"Mbak Joanna dan Mas Robby dari Alpha TV?" tanya perempuan untuk tadi memastikan siapa orang yang duduk berjejer di depannya.

"Iya benar," jawab Robby yang sontak bangkit dari duduknya, "kenalkan, saya Robby Nugroho, kameramen dari Alpha TV."

Joanna memutar bola mata ketika melihat Robby dengan jurus modusnya, mengerling sambil mengulurkan tanga pada perempuan yang berdiri di depan mereka. Yang dimodusin tak kalah centil lagi. Perempuan muda itu menunjukkan respon tersipu yang sangat kentara.

"Penting apa Rob, ngambil kesempatan di jam kerja? Lo nggak tahu apa kepala gue rasanya mau pecah," gerutu Joanna dalam hatinya.

Joanna pun berdiri lantas bertanya, "Apa kami sudah bisa bertemu dengan Beliau?"

"Oh ya, Mbak. Silakan masuk. Anda dan Mas Robby sudah ditunggu."

"What the hell! Manis kali dipanggil Mas." Joanna menghentakkan langkah kakinya menuju ruang rapat Pak Narasumber. Terbetik perasaan tidak suka melihat sikap Robby yang selalu tebar pesona di segala kesempatan. Dasar tipe laki-laki yang nggak mau rugi dan nggak mau buang kesempatan yang ada. Kadang Joanna merutuk, kenapa dia harus dekat dengan Robby yang seringkali membuatnya jengkel.

DiurnariiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang