"Baru tahun ini, gue gedeg sama acara ulang tahun kantor!" gerutu Robby.
"Kenapa gitu?" cerca Joanna sebelum meminum kopinya.
Saat ini mereka bertiga tengah duduk di tenda untuk kru panggung. Acara konser telah usai, Robby mengajak Mandala dan joanna bergabung dengannya mengurai penat. Setelah berakhirnya pagelaran besar, tim sering mengadakan selebrasi untuk kerja keras mereka sendiri. Bersyukur apa yang direncanakan telah berhasil dilakukan, masalah hasilnya bagaimana tidak jadi soal.
"Dia nggak dapet cewek cakep mungkin. Makanya gitu!" terka Mandala dengan senyum tipis terukir di bibirnya. Laki-laki itu duduk di kursi panjang dekat deretan kostum yang digantung. Sedangkan Joanna menempati salah satu kursi tunggal di depan meja rias.
Robby tergelak hambar. Dia sudah tahu apa makna kata yang dikatakan Mandala. pembuktian bahwa dirinya berhasil merebut Joanna. Namun, bagi Robby hubungan antara Joanna dan Mandala adalah sesuatu yang salah. Cinta terselubung, meski tak ada pengakuan ataupun diakui. Sedangkan Robby dan Joanna tetap lurus pada komitmen sahabat dan rekan. Sebuah ikatan yang lebih indah dan pantas untuk diperjuangkan. Karena, Robby tahu apa yang diyakininya tak melanggar batasan, berbeda dengan Mandala yang jelas-jelas meniadakan batasan yang seharusnya dijaga.
"Gue nggak mikirin cewek lagi," sanggah Robby sembari melepas lensa kamera. Dia mengamankan benda berharga itu dalam kotak khusus agar tidak rusak. Lalu Robby melipat tripod pribadi yang tadi digunakan. Laki-laki pencinta olahraga futsal itu seolah tak peduli dengan obrolan Joanna dan Mandala.
"Yakin, Rob?" sergah Mandala dengan tawa yang dibuat-buat. Dua laki-laki itu baik dalam menjaga sikap. Namun, aroma persaingan sangat kentara di antara mereka. "Jo, kok diem aja sih? Lihat nih Robby. Sejak kapan si tukang koleksi, nggak mau mikirin cewek?" ejek Mandala.
Joanna berdehem. Bukannya terlalu percaya diri, tapi Joanna tahu kalau dua laki-laki itu sedang sindir menyindir dan saling menjatuhkan. Baiknya Joanna tidak mau terlibat atau dia akan pusing sendiri kalau harus membela salah satu. Sudah tentu Joanna pun sulit menjatuhkan pilihan. Antara Robby dan Mandala, keduanya punya tempat sendiri di hati Joanna. ada kelebihan dan kekurangan yang jadi pertimbangan Joanna untuk tetap mempertahankan hubungan baik dengan dua laki-laki itu.
"Jo, lagi chatting sama siapa sih?" selidik Robby ingin tahu. Sedari tadi Joanna hanya memandangi layar ponsel dengan mimik muka serius. Tak merespon baik saat diajak bicara.
"Gue lagi bingung. Kenapa tiba-tiba ...." Joanna tak melanjutkan kalimatnya sebab di ruangan yang sama dengannya sekarang ini, ada banyak karyawan lain. Beberapa kru pembantu umum masih membereskan peralatan. Tak mungkin Joanna membeberkan isi pikirannya tanpa tedeng aling-aling.
Joanna termangu memandang layar ponsel yang menunjukkan panggilan telepon dari Rizki. Dia bangkit, lalu berjalan keluar tenda. Pandangannya menyapu arena konser yang berangsur-angsur sepi. Penonton sudah bubar satu jam yang lalu, yang tertinggal kini hanyalah sampah berserakan dan para pedagang yang mengemasi lapak dagangannya.
Panggilan pertama terlanjur putus. Joanna mendadak cemas, kenapa Rizki tiba-tiba menelpon tengah malam begini. Wanita itu bergerak menuju tanah kosong dan sepi di belakang sound system. Tak ada orang yang akan menguping obrolannya di sana. Yang lewat paling pegawai lapangan, tentu mereka tak kenal siapa Joanna.
Joanna inisiatif menelpon balik, jangan sampai Rizki marah atau malah memperburuk hubungan mereka yang sudah tidak baik. Beberapa saat menunggu, tapi Rizki tidak mengangkat telpon dari Joanna. Wanita itu semakin gusar, takut ada hal buruk terjadi. Apa mungkin Rizki akan pulang, terhitung sudah tiga minggu dia bertolak ke Kalimantan.
"Haloo assalamualaikum," salam Joanna ketika panggilan tersambung.
"Waalakum salam. Kamu di mana?" tanya Rizki tanpa basa-basi.
Joanna terkejut. Dia menduga-duga, kenapa Rizki bertanya seperti itu? apa mungkin Rizki ada di rumah? Apa mungkin Rizki tahu Joanna sedang bersama siapa? Atau malah Rizki ada di tempat yang sama dengannya saat ini?
Joanna celingukan ke sembarang arah. Mencari sosok Rizki yang mungkin ada di tempat yang sama. Bisa gawat kalau sampai Joanna bohong terus ketahuan.
Setelah memastikan tak ada Rizki di sekitarnya, ragu-ragu Joanna menjawab, "Lagi di tempat konser, Mas. Ini masih beres-beres."
"Sama siapa?" cecar Rizki.
Nah kan, firasat Joanna semakin yakin kalau Rizki sedang menginterogasinya. Joanna pun tak berniat menyembunyikan sesuatu dari Rizki, maka dia menegaskan, "Banyak. Ada Robby dan Mandala juga."
"Kudenger, ada laporan soal artikel politik. Yang mana, kamu sebagai reporter yang bertugas waktu itu, apa bener?"
"Bener. Tadi ...." Joanna urung melanjutkan kalimatnya.
"Tadi kenapa?" sergah Rizki ingin tahu.
"Tadi Pak Bayu baru ngasih tahu, lebih jelasnya aku pun belum paham. Karena, beberapa hari ini nggak fokus ngantor. Banyak tugas lapangan yang harus kukerjakan," jawab Joanna seadanya.
Untuk sekarang, tidak mungkin dia menceritakan ulah Bayu, urusan bisa jadi tambah ribet. Mungkin nanti kalau Rizki di rumah, sebagai istri Joanna tahu hari libur Rizki sudah dekat.
"Kamu nggak lagi sama, Bayu?" tanya Rizki.
Lagi-lagi Joanna terhenyak. Kenapa Rizki terus mengulangi pertanyaan yang sama? Joanna jadi cemas tak menentu. Apakah saat ini juga dia harus menceritakan semua yang Bayu lakukan? bagaimana nanti kalau suaminya malah berasumsi macam-macam. Tentu Joanna tak ingin membuat Rizki berprasangka buruk, tak ingin merusak momen pertama mereka bertukar sapa lewat telpon.
"Nggak kok, Mas. Tadi Pak Bayu emang ke sini, tapi cuma sebentar terus pergi lagi," jawab Joanna jujur.
"Bener? kamu nggak pulang apa, ini udah tengah malem?"
"Apalagi ini? kenapa Mas Rizki tiba-tiba baik dan perhatian gini?" benak Joanna terus menduga-duga.
"Jo, kok kamu malah diem?"
Joanna terkesiap. Betapa bodohnya dia, kenapa malah bengong seperti ketahuan melakukan kesalahan. "Eh, iya ... Mas ... ada apa tadi?" jawab Joanna linglung.
Dasar Joanna, kenapa dia malah membuat kesan tidak meyakinkan. Harusnya dia biasa saja dan tidak perlu banyak khawatir.
"Kamu nggak lagi menyembunyikan sesuatu, kan?"
Benar saja, Rizki malah curiga, bukan? Sebagai laki-laki dia bisa merasa kalau pernyataan yang keluar dari mulut Joanna sungguh tak meyakinkan sama sekali.
"Nggak kok, Mas? Untuk apa aku nyembunyiin sesuatu. Pernah apa?" sanggah Joanna penuh antisipasi.
"Lalu, apa yang barusan kamu lakukan bersama Bayu?"
"Maksud, Mas?" sergah Joanna tidak mengerti.
"Apa yang kamu lakukan pas berduaan di dalam satu ruangan sama dia?"
Bersambung
~~~~~Uhhh tebak-tebakan yuk, Rizki tahu darimana dan apa yang dia ketahui?
Jangan lupa klik bintang ya, love you all.
Salam
Yuke Neza
KAMU SEDANG MEMBACA
Diurnarii
RomanceSampai kapan seseorang bisa memegang komitmen, apabila berdiri di persimpangan antara yang benar dan yang diinginkan? Sanggupkah dia menentukan pilihan?