Makan Siang Bareng

1.8K 142 25
                                    

Halooo selamat membaca buat kamu yang nunggu updatean cerita ini. jangan lupa klik bintang sebagai bentuk dukungan buat Joanna, dan Emaknya biar semangat nulis.

Terima kasih

Tengah malam, setelah Rizki bertengkar dengan Joanna, dia tidak balik ke rumah. Dibiarkannya Joanna pulang seorang diri naik taksi online. Dibujuk pun tidak akan berhasil, kalau wanita itu sudah merajuk.

Di sinilah Riski sekarang, duduk di meja dekat pintu masuk sebuah kafe bergaya klasik, seorang diri. Namun, tak lama lagi dia akan kedatangan teman lama yang dia undang untuk bertemu di tempat itu, setelah lima tahun tak pernah bersua. Terakhir kali mereka bertegur sapa, kala wisuda S2. Lalu, keduanya berpisah untuk mengais rejeki di kota orang, sesuai jurusan masing-masing. Rizki Sarjana Pertanian, sedang temannya lulusan fakultas Bahasa Indonesia.

Selang lima menit setelah kopi yang dia pesan terhidang, sebuah mobil mewah memasuki area kafe tempat Rizki berada. Dialah teman yang sedari tadi Rizki tunggu.

"Sudah lama, Ki?" sapa orang itu seraya mendaratkan pukulan kecil ke punggung Rizki.

"Dateng juga lo," jawab Rizki. Dia bangkit, lalu mereka beradu jotos. Salam yang kerap dilakukan oleh laki-laki saat bertemu temannya.

"Duduk. Pesen sendiri kalau mau makan minum, gue yang bayarin," kata Rizki.

"Gaya lo, Ki. Mentang-mentang udah jadi investor."

Sebelum duduk bersama Rizki, laki-laki itu sudah lebih dulu memesan kopi pada barista kafe.

"Masih kalah keren kalau dibandingin sama lo. Punya mobil mewah," sanggah Rizki merendah diri. Meskipun terbilang mampu beli, Rizki tak ingin menghamburkan uangnya untuk membeli barang mewah. Tanggung jawab sebagai anak laki-laki tertua, menjadikannya harus siap badan menggantikan sosok orang tua untuk dua adik perempuannya. Juga, perlu cukup tabungan untuk membahagiakan Ibu dan Bapaknya yang kini tak lagi menghasilkan rupiah, karena faktor usia.

"Biasa, kemauan istri gue, dia suka nagih ini itu. Beruntung lah jadi lo, istri nggak minta macem-macem. Setahu gue, ke kantor pun Joanna jarang bawa mobil sendiri." Laki-laki itu mengangkat cangkir kopi, dihirupnya aroma kopi yang khas seperti bau tanah, pun saat kopi itu disesap pelan, keunikan rasa kopi Toraja menjalar di indra pengecap laki-laki tiga puluh dua tahun itu.

"Itu bedanya istri gue, sama bini lo. Pergaulannya pun beda. Jujur aja kalau gue lebih suka istri yang minta sesuatu untuk dibelikan. Selama gue mampu pasti gue turuti, ngerasa lebih jantan jadi laki," sanggah Rizki.

"Emang bener, apa yang lo bilang. Tapi wanita tangguh seperti Joanna itu jarang, Bro. Bukannya gue gimana-gimana, yang gue lihat dia nggak banyak menuntut. Mandiri. Lo pasti tahu dia mudah bergaul. Banyak yang suka sama dia, dalam artian akrab. Bukan 'suka' yang lain." Lawan bicara Rizki menggerakan jari telunjuk dan tengah, mengisyaratkan tanda kutip untuk kata 'suka'

"Gimana dengan makan siang bareng tadi," selidik Rizki. Itulah tujuan utama Rizki mengajak temannya bertemu, untuk mendengar cerita langsung, bukan obrolan pesan singkat yang garing antar sesama laki-laki.

"Apa lagi yang pengen lo tahu. Menurut gue sih mereka biasa aja," jawabnya yakin.

"Lo nggak lihat ada yang aneh antara Joanna dan Robby?" Rizki masih tak percaya kalau mereka tidak ada hubungan khusus di belakang layar. Beribu kali dia mencoba percaya pada istrinya. Namun, fakta yang ada, membuatnya selalu ragu untuk meletakkan rasa percaya pada pernikahan yang sedang dijalaninya.

"Gue udah bilang ke lo. Percaya aja sama Joanna."

"Bayu ... Bayu. Lo nggak tahu gimana dongkolnya jadi gue. Punya istri yang suka jalan bareng sama cowok lain," bantah Rizki.

DiurnariiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang