Tempat Kejadian Peristiwa

6.4K 412 40
                                    

"Astagaaa dia bales, Rob!" pekik Joanna. Robby menatap kembali layar tabletnya, sebab ingin tahu siapa yang membalas tulisan Joanna.

"Mampus, Jo. Komen dia badass. Bakal panjang urusannya ini," kata Robby.

"Duh, gue harus takut nggak nih?" Joanna dan Robby sama-sama tergelak membaca kalimat balasan dari Bayu di kolom komentar, "Kamu berurusan dengan saya!!!"

"Lo takut, Jo?" selidik Robby.

"Gue? buat apa takut. Emang dia bakal ngapain, banci lah kalau sampai perkara sosmed dibawa ke kantor."

"Lo emang bener. Tapi misal ...."

"Gue nyinyirin abis dia nanti. Cemen banget kalau gini aja baper. Laki apa lekong?" sanggah Joanna yang kekeuh dengan keyakinannya.

"Lo yakin dia nggak bakal bahayain posisi kita?" sela Robby. Dia khawatir kalau sikap Joanna pada Bayu akan berpengaruh pada etos kerja tim. Misal, terjadi hal yang tidak dinginkan antara keduanya, semua orang dalam tim akan terkena imbasnya.

"Lo kenapa sih, Rob? Nggak usah mikir macem-macem deh. Percaya sama gue," tegas Joanna. Sepercik saja tidak ada pikiran buruk yang terlintas di benak Joanna, baginya kalimat Bayu hanya gertak sambal belaka. "Sore nanti kita mesti ke bandara, Rob," kata Joanna ketika melanjutkan fokus pada map TOR di pangkuannya.

"Oke," jawab Robby singkat. Dia tak menyimak ucapan Joanna, sebab tengah asik menggoda karyawan baru yang diincarnya beberapa hari terakhir. Sesekali senyum sumringah terulas dibibir laki-laki berumur 28 tahun itu, apalagi saat jurus modus dan kata-kata gombalnya dibalas dengan emo menutup wajah oleh si cewek. Sasaran Robby kali ini, anak divisi pustaka dokumen.

"Rob, lo nggak fokus sih! Lagi ngapain coba?" sergah Joanna. Dia memicingkan mata pada Robby yang masih setia memandangai layar tablet. "Berhenti Pak!" perintah Joanna pada Pak Sopir.

"Baik Mba," jawab Pak Sopir sebelum menepikan laju mobil lalu berhenti tak jauh dari pintu masuk Tol. Mereka hampir sampai di lokasi pertama hari ini.

"Loh, kok berhenti?" tanya Robby saat mengalihkan pandangannya dari hape.

Dengan sendirinya, Robby paham akan kondisi Joanna dengan mimik muka tak ramah. Robby segera mengunci layar lalu memasukan tabletnya ke saku jaket yang dia kenakan.

"Oke, jalan lagi Pak!" Kini Robby yang menginstruksi sopir untuk melanjutkan perjalanan mereka.

Suasana di dalam mobil jadi hening. Joanna tidak mau bicara lebih dulu, dia marah karena obrolannya tentang tugas hari ini diabaikan oleh Robby. Sedangkan Robby lebih memilih diam supaya terhindar dari amarah Joanna. Keduanya punya cara sendiri untuk menyikapi keadaan tidak kondusif yang tercipta tanpa sengaja.

Ketika melewati pintu gerbang tol, polisi yang berjaga meminta Joanna menunjukkan kartu identitas dan surat keterangan terlebih dahulu. Penjagaan diperketat, mobil-mobil dari arah Jakarta dialihkan lewat jalur lain. Hal ini dilakukan untuk menjaga kondisi tetap aman tanpa gangguan. Semua, kecelakaan semalam masih dalam proses penanganan. Maka dari itu, reporter pun harus mengikuti prosedur dengan menunjukkan kartu identitas, sebagai bukti kalau mereka benar-benar reporter yang boleh menerobos garis polisi.

Sebelum deadline, Joanna mengumpulkan informasi apa saja yang bisa dia dapatkan. Mulai dari pihak; polisi, petugas pemadam, saksi mata, juga keluarga korban. Di sisi lain, Robby berlalu lalang mengambil gambar, juga foto-foto yang sekiranya berpotensi bisa ditayangkan ketika siaran langsung, pun bisa dia berikan pada media cetak. Selain kameramen, Robby punya alih job lain yaitu pewarta foto freelance. Selama tidak menyalahi kode etik jurnalistik. Hal itu boleh dilakukan, untuk menambah penghasilan di luar gaji sebagai kameramen yang terikat kontrak dengan stasiun tivi. Pewarta foto pun harus tunduk pada kode etik. More, yang mereka berikan pada editor hanya berupa foto atau video, tanpa naskah ataupun informasi terkait gambar yang diambil.

DiurnariiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang