Aku Nyaman

1.4K 91 5
                                    

Selamat membaca
Jangan lupa tekan bintangnya ya,
Terima kasih

"Kamu udah mendingan?" tanya Mandala.

Dia dan Joanna duduk di satu kursi panjang taman kota. Keduanya menatap lurus ke depan, terdapat pemandangan kolam ikan buatan yang mengalir bak sungai.

Joanna tersenyum sinis lantas menjawab, "Emang aku kenapa, Di?"

Joanna balik bertanya sambil mengayun-ayunkan kaki. Dia berusaha bangkit dari keterpurukan. Apa yang Joanna lihat di bandara tadi sungguh di luar dugaan. Wanita itu tak lantas menyimpulkan sebelum tahu kebenaran dan penjelasan dari Rizki. Namun sebagai istri, tentu tak akan mudah menerima kenyataan, bahwa suaminya ditemani wanita lain sebelum berangkat keluar kota. Yang mereka lakukan di tempat umum sungguh tidak pantas. Membenak tentang apa yang dilihatnya, semakin menjalar pula nyeri yang Joanna rasakan.

"Nggak usah boong, Jo. Berlagak lupa tadi menangis di depan siapa?" ledek Mandala.

Layouter itu melirik Joanna yang tertunduk dengan kedua tangan bertumpu pada dudukan kursi. Laki-laki bodoh manapun pasti tahu, jika alasan wanita menangis itu hanya ada dua sebab, tersakiti atau terlalu bahagia.

"Aku pura-pura lupa. Kalau bisa ingin benar-benar lupa dengan apa yang terjadi dan yang kulihat hari ini," jawab Joanna. Teringat kembali obrolannya di telepon dengan Rizki tadi siang di ruang kerja Mandala.

"Mas udah di bandara. Pesawat yang berangkat pukul empat delay."

"Jadi, Mas berangkat jam berapa? Aku bisa nyusul sekarang juga."

"Jam dua ini, kamu nggak perlu ke sini."

"Kenapa Mas? Aku ajak Celyn sekalian nanti, aku pesen taksi online aja ya."

"Tidak usah, buang-buang waktu dan uang. Lagipula, sebulan ke depan mas ingin kita sedikit menjaga jarak."

"Maksud Mas?"

"Tidak perlu sering komunikasi atau lebih baik hening sementara waktu-"

"Untuk apa Mas? Kenapa?"

"Biar kita bisa saking introspeksi diri. Mas nggak yakin juga, kamu bakal ngerasa RINDU."

"Mas ngomong apa sih? Nggah lucu tahu."

"Kenyatannya sulit percaya lagi pada semuanya, Jo!"

"Mas, kita udah janji bakal saling ngerti dan memperbaiki semua ini. Sekarang, apa lagi yang Mas permasalahkan sekarang?"

"Nggak ada, Jo. Mas harap, kamu berubah jadi lebih baik dan menjaga diri baik-baik sebagai seorang istri dan Ibu selama kita jauh. Assalamualaikum."

Joanna tidak tahu apa yang dipikirkan Rizki sampai mengambil keputusan sepihak. Awalnya mereka baik-baik saja, sudah saing mencoba paham dengan kondisi masing-masing. Namun, secara mengejutkan Rizki ingin menjeda komunikasi. Apa menjeda komunikasi? untuk apa? Bukankah jarak yang memisahkannya dengan Joanna hanya bisa dikikis oleh komunikasi. Lalu, kenapa jarak itu malah diperlebar dan sengaja dibuat?

Bayangan tentang Rizki bersama wanita itu terulang di benak. Joanna kecewa, marah, ingin mengumpat sejadi-jadinya. Namun saat ini, Joanna hanya bisa diam, mencoba tegar dengan segala prasangka yang menyergap pikiran.

Rasa-rasanya, Rizki tak pantas mempertanyakan sebuah kesetiaan dan kepercayaan pada Joanna. Sebab kini, Joanna pun tak sepenuhnya percaya pada Rizki.

DiurnariiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang