Karena Aku Tahu

1K 63 7
                                    

"Iya, iyaaa, aku bentar lagi berangkat nih. Kalau ada apa-apa, kamu handle dulu napa!" perintah Joanna sembari menyiapkan barang yang akan dibawa ke kantor.

Wanita itu menggunakan earphone bluetooth untuk memudahkan aktivitasnya menggunakan layanan panggilan. Sedang kedua tangannya memasukkan laptop ke dalam tas, buku catatan, voice recorder, pun beberapa make up yang dibutuhkan dia simpan dalam tas terpisah.

"Lo tahu, kan. Gue paling males kalau harus ngomong sama, Bayu," dalih Robby di seberang sambungan.

Joanna memutar bola mata. Dia merasa, sekarang ini Robby semakin manja. "Ya, lo mau gimana lagi. Bayu, kan, redaktur kita," tegas Joanna.

"Iya, sih. Tahu gitu, harusnya gue tadi jemput lo aja. Ngapain coba nurutin kemauan lo yang bakal dijemput sama Mandala," gerutu Robby.

"Eh kok gitu?" elak Joanna. Dia tersenyum kecil mendengar rengekan Robby yang menggemaskan, mirip anak kecil.

"Iyalah. Emang dia siapa? Dari dulu juga gue yang selalu bareng sama lo. Besok-besok gue nggak mau lah nurut sama dia lagi," sanggah Robby.

Joanna celingukan, melirik ke luar kamar yang pintunya dibiarkan terbuka. Samar-samar dia mendengar ada tamu datang. Tetapi, siapa yang bertandang pagi-pagi seperti ini. Apa mungkin Mandala sudah menunggunya, Karena mereka memang sudah janjian akan berangkat ke kantor bersama. Joanna berdiri dari kursi kerjanya setelah semua dirasa beres.

"Jo ... kok diem aja?" tanya Robby ingin tahu.

"Hei, udah dulu, ya. Kayaknya DL udah dateng, sampai jumpa di kantor."

Joanna menutup sambungan telpon lebih dulu. Tanpa melepas earphone yang masih tersumpal di telinganya, wanita itu melangkah keluar kamar, mengunci pintunya lalu menuruni tangga. Dia menyapu pandang ke ruang tamu, tapi tak ada sispa-siapa di sana, sepi. Lalu suara orang masuk rumah tadi siapa?

"Cari siapa, Jo?"

Joanna berjingkat. Dia kaget mendengar suara bariton yang tiba-tiba muncul dari arah belakang. Wanita itu menoleh dengan senyum mengembang di sudut bibir.

"Mas Rizki!" pekik Joanna. Dia menggeletakkan tasnya di sofa lalu berhambur memeluk Rizki.

Apakah Joanna masih merindukan Rizki? tentu saja. Pertikaian yang terjadi antara keduanya tak lantas membuat kasih sayang dan bakti seorang istri bisa luntur. Joanna bukan wanita seperti itu, dia tidak mudah berpaling dari suami yang selama ini mendampinginya. Meskipun Joanna tahu ada rasa yang salah antara dia dan Mandala, hal itu tak lantas membuat Joanna kehilangan pegangan untuk setia pada pasangan.

Tangan laki-laki itu terurai bebas. Dia tak membalas pelukan hangat Joanna yang setulus hati merindu. Apa yang Rizki pikirkan? Tidakkah dia ingin disambut hangat oleh sang istri yang lama tak dia jumpai.

Joanna yang sedari tadi menenggelamkan wajahnya di dada Rizki pun akhirnya merasa ada yang janggal. Wanita itu mengurai pelukannya lantas menatap lekat mata Rizki.

"Mas, kenapa?" tanya Joanna.

"Apa perlu kamu bertanya 'kenapa'?" gertak Rizki.

Joanna beringsut mundur, wajahnya pias. Dia tak menyangka akan mendapatkan respon tidak menyenangkan dari Rizki. Joanna bingung, apa salahnya? Kenapa Rizki yang baru pulang mendadak ketus dan kelihatan tidak senang.

"Aku nggak ngerti apa maksudmu, Mas?" ucap Joanna sungguh-sungguh.

"Oh ya?" Rizki tergelak hambar.

Sedang Joanna masih terus menelusuri kemungkinan apa yang membuat Rizki bersikap seperti ini. Seingat wanita itu, dia tak melakukan kesalahan apapun.

DiurnariiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang