Kamu Suka Padaku

1.4K 87 12
                                    

Selamat membaca
Jangan lupa klik ikon bintang
Terima kasih

Selepas magrib di masjid umum dekat taman, Mandala menawarkan tumpangan untuk Joanna. Sang layouter ingin memastikan Joanna aman dan selamat, sampai tiba di rumah. Tak ada alasan bagi Mandala untuk membiarkan seorang wanita pulang sendirian, apalagi wanita yang ingin diantarnya adalah Joanna. Sadar atau tidak, Mandala diam-diam mendekatkan jarak dengan istri Rizki.

"Kamu mau makan apa?" tanya Mandala kala mereka keluar Masjid.

"Apa aja boleh. Kali ini aku yang traktir ya?" pinta Joanna sembari merapikan anak rambut yang bergerak-gerak diterpa angin. Dia tersenyum pada Mandala sambil mendekap lipatan mukena.

"Kamu pernah makan di angkringan? Atau warung makan di trotoar gitu?" tanya Mandala hati-hati. Tak ingin salah bicara, apalagi sampai membuat kesan tidak menyenangkan untuk Joanna.

"Aku bisa makan di mana aja. Btw, nggak keberatan juga kalau kamu maunya makan di resto. Tetep aku bayarin kok," jawab Joanna seraya melangkahkan kaki menuju mobil Mandala.

"Bukan gitu, aku ada temen buka angkringan. Kalau kamu mau, kita bisa makan di sana. Setelah itu kuantar pulang. Boleh?" cecar Mandala, ingin memastikan jawaban Joanna soal tawaran pulang bersama. Bagi Mandala sebuah senyum tipis dari Joanna masih meragukan untuk diartikan sebagai kata 'iya'.

"Aku nggak bakal berdiri di sini kalau menolak tawaranmu, Di!" tegas Joanna. Wanita mengangkat alisnya beberapa kali, menunjuk mobil Range Rover hitam milik Mandala.

Mandala terkekeh menahan malu. Gegas, dia berlari menghampiri Joanna yang sudah berdiri di samping mobilnya. Sekejap kendaraan yang mereka tumpangi berderap pelan meninggalkan pelataran Masjid.

"Di sini?" tanya Joanna saat mobil Mandala berhenti di sebuah rumah makan sederhana bertema pedesaan.

"Iya, yuk turun," ajak Mandala.

Keduanya masuk ke rumah makan, yang Mandala sebut angkringan.

"Ini sih bukan angkringan," benak Joanna kala mengamati sekeliling. Terdapat gubug panjang yang disekat-sekat menjadi beberapa bagian, kalau orang sunda meyebutnya saung. Atapnya terbuat dari rumbia, namun diberi lapisan asbes di bagian dalam, tentu diharapkan tidak bocor saat turun hujan. Setiap sekat berbentuk persegi empat dengan panjang sisi sekitar kurang lebih tiga meter. Terdapat satu meja kecil dan pendek di tiap sekat kecil tersebut.

"Aku sudah pesan menu pas kita di jalan tadi. Semoga kamu suka," kata Mandala ketika melihat Joanna membuka buku menu yang ada di meja. Keduanya lesehan di karpet, duduk saling berhadapan.

Joanna membelalak, kaget mendengar pernyataan Mandala yang sudah mempersiapkan semuanya.

"Oh ya, semoga pilihan menunya cocok di lidahku," sela Joann seraya menutup buku menu, lalu mengembalikan ke tempatnya semula.

"Jo, kamu masih tidak mau cerita apa-apa padaku?" tanya Robby kemudian.

"Cerita apa, Di? Aku nggak ngerti maksudmu," kilah Joanna. Dia bukannya tidak mengerti, namun sengaja menghindari obrolan yang menjurus ke ranah pribadi.

Joanna beranggapan, baik buruknyaa sebuah hubungan, hal itu tidak selayaknya diceritakan pada orang lain. Pada Robby pun tak serta merta Joanna membongkar semua kehidupan pribadinya. Wanita itu hanya menceritakan hal-hal yang dia rasa boleh diketahui Robby.

Joanna tak membeberkan pula pertengkaran yang sering terjadi antara dia dan Rizki. Tidak ada yang tahu tentang selisih paham mereka selain orang tua kedua belah pihak. Walaupun orang tua tahu, tak lantas ikut campur dengan masuk ke kehidupan rumah tangga Joanna dan Rizki.

DiurnariiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang