Para pembaca yang baik dan Budiman, aku boleh minta pendapat dari sudut pandang kalian kan? Em jadi gini. Setelah baca bab ini, aku ingin kalian menjawab pertanyaan yang ingin kutahu jawabannya.
Pertanyaan apakah itu? Gampang kok, jawab aja sesuka hati. Semua jawaban, akan menjadi pertimbangan untuk ending cerita ini.
Ini dia pertanyaannya,
1. Siapa tokoh yang paling kamu suka?
Alasannya kenapa?
2. Siapa tokoh yang paling kamu enggak suka?
Alasannya kenapa?
3. Menurut kamu, siapa protagonis dalam cerita ini? Sertakan alasan juga boleh.
4. Siapa pula antagonis dalam cerita ini? Alasan ditulis juga kalau ada.Terima kasih untuk yang mau menjawab. Jangan lupa klik ikon bintang yes.
Selamat membaca
"Pagiii Sayang," bisik Mandala seraya mendekatkan wajahnya ke telinga Joanna.
Joanna menendang kaki Mandala karena gemas. Wanita itu menyapu pandang ke semua orang yang hadir di ruang rapat direksi. Dia takut kalau ada yang mencurigai sikap Mandala yang semakin frontal. Berani bilang sayang dengan mudah, kadang tidak tahu tempat.
"Nggak bisa nanti aja kenapa? Harus gitu, Di. Bilang sayang sekarang. Kamu nyebelin!" benak Joanna sembari menatap Mandala dengan sorot mengintimidasi.
Mandala terkekeh. Laki-laki itu paham maksud tatapan Joanna. Dia sengaja melakukannya agar Joanna tidak lebih asik mengobrol dengan Robby, yang duduk di seberang Joanna. Joanna duduk di tengah antara Robby dan Mandala, dengan alasan mereka satu tim. Satu tim yang mulai tidak kompak karena masing-masing melibatkan perasaan. Antara Bayu, Robby, Mandala, juga Joanna, semuanya berpijak pada profesionalisme palsu.
Setelah berhasil menarik perhatian Joanna, Mandala mengalihkan pandangannya ke depan. Membuka lipatan laptop lalu menekan tombol turn on. Laki-laki yang punya hobi nonton bioskop itu menyingsingkan lengan bajunya, bersiap mempresentasikan desain akhir yang dia usulkan. Hari ini adalah rapat terakhir yang membahas perihal ulang tahun Alpha TV, karena lusa acara besar itu akan dihelat. Oleh sebab itu, sejak pagi semua staff yang bekerja di kantor Alpha TV sangat sibuk.
"Di, kamu tuh ya!" desis Joanna. Dia sebal karena laki-laki yang baru saja bilang sayang padanya itu abai dan seolah tidak terjadi apa-apa.
"Apa?" tanya Mandala sembari tersenyum.
Layouter itu menahan tawa, saat melihat Joanna dengan mimik muka sebal yang baginya lucu. Ya, membuat wanita tangguh itu marah adalah hal yang terbilang langka. Selama ini, kendali diri reporter itu terlalu baik untuk menahan ledakan emosi. Tak jarang Joanna malah tak peduli kalau ada yang membuat masalah dengannya.
"Ih, malah tanya kenapa lagi. Nyebelin banget," gerutu Joanna. Wanita itu bersidekap lalu membuang muka, mengalihkan pandangannya lurus ke dapan.
"Iya ada apa, Jo?" ledek Mandala lagi.
Joanna mengacungkan jari telunjuknya tepat di dada Mandala. "Jangan ngomong yang enggak-enggak kek gitu lagi. Awas aja kalau berani!" ancam Joanna.
"Iya, saya paham Bu Joanna Anggita," kata Mandala sambil menepis telunjuk Joanna, "tapi kalau nggak ada orang, boleh dong," tegas Mandala seraya menaik-naikkan alisnya.
"Kamu tuh ya, rese banget sih."
Mandala tergelak. Tawanya sontak menjadi perhatian banyak pasang mata yang ada di ruang rapat. Dia sudah membuat gaduh dan mengalihkan perhatian orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diurnarii
RomanceSampai kapan seseorang bisa memegang komitmen, apabila berdiri di persimpangan antara yang benar dan yang diinginkan? Sanggupkah dia menentukan pilihan?