Demi Aku dan Kita

6.3K 127 26
                                        

"Bisakah kamu melakukannya untukku?"

"Apapun untukmu. Untuk kita. Katakan."

Joanna menghela napas. Mempersiapkan hati sendiri untuk berusaha tegar.

"Menikahlah."

Mandala terhenyak. Benarkah yang Joanna katakan tadi. Laki-laki itu tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Di saat dia ingin bertahan, lantas mengapa cinta yang dia kejar malah mendorongnya untuk mundur.

"Jangan bercanda, Jo! Kamu nggak serius kan bilang gitu?" sergah Mandala.

Laki-laki itu berusaha menafsirkan gerak mata, juga air muka Joanna yang sulit diartikan. Dia mencari setiap jengkal kemungkinan, masih adakah cinta untuknya di sana. Atau kehangatan wanita yang dia rasakan beberapa saat lalu hanyalah ilusi semata.

Senyum getir terulas di bibir Joanna. kecewa itu pasti dia rasakan. Pada diri Mandala dia menemukan cinta, laki-laki yang bukan suaminya, hati Joanna berlabuh. Semua terjadi begitu saja. Bahagia semu, sesaat hanyut dalam buai keindahan. Bertemu dengan Mandala bagaikan hidup baru untuk Joanna. Namun, rasa itu tetaplah salah. Cinta yang tidak pada tempatnya.

Rasa kagum dan nyaman yang membawa Mandala juga Joanna saling mengisi kekosongan dalam relung hati mereka. Tiada yang bisa mencegah rasa itu menyebar benih, bersemai dan tumbuh mengakar. Hingga segenap hati keduanya saling memiliki dalam ikatan bias.

"Aku nggak mau menikah. Selain denganmu, Jo. Jadi, jangan katakan hal bodoh seperti itu. Aku akan tetap mencintaimu," tegas Mandala sekali lagi.

"Aku juga mencintaimu, Di. Sangat mencintaimu," balas Joanna.

"Jangan memintaku melakukan apa yang nggak aku mau," tolak Mandala.

Air mata laki-laki itu jatuh berderai. Patah hati telah mencabut paksa mawar duri yang berbunga di hatinya. Joanna, wanita dan pesonanya yang memabukkan. Meniadakan segala kemustahilan akan memiliki. Kenyataan bahwa Joanna tak dapat dia raih, seolah tak nampak di mata Mandala. Yang laki-laki itu tahu, dia telah jatuh dan takluk pada wanita yang dia dekap kini.

Joanna menatap wajah Mandala lamat. Dia pun pernah bermimpi bisa memiliki laki-laki itu. Sangat ingin bahkan sampai berandai-andai. Namun, itu hanya sebatas angan. Tak lantas membuat Joanna lupa pada kenyataan. Bahwa, dia bukanlah wanita yang bisa memilih, pun ada batas yang jelas tidak bisa dia lompati.

"Kamu harus bahagia, Di," pinta Joanna sungguh-sungguh.

"Kamu nggak serius bilang sayang sama aku?" Mandala tidak terima. Laki-laki itu merasa diempaskan begitu saja setelah semua tawa yang mereka rajut bersama.

"Aku nggak mau jadi penghalang antara kamu dan orang tuamu. Mereka pasti berharap banyak padamu."

Joanna menangkup kedua pipi Mandala. Entah keberanian apa yang merasukinya saat ini, hingga dia berani menyentuh laki-laki lain, yang bukan suaminya.

Tak ubahnya Joanna. Mandala pun membalas sentuhan wanita itu. Tangannya menyentuh tengkuk Joanna, mendekatkan jarak pandang mereka. Kewarasan untuk menahan diri, sudah terkikis habis. Tak ada yang bisa disebut, siapa yang memulai. Yang terjadi sekarang adalah murni dorongan rasa ingin memiliki.

Mandala menarik diri kala Joanna kepayahan bernapas. Masih saling pandang dalam belenggu cinta yang tak mau berurai.

"Tapi, aku tak ingin kehilanganmu. Joanna Anggita." Mandala berbisik di telinga kiri Joanna lalu menyandarkan kepalanya di bahu wanita itu.,

"Kamu nggak mau menikah?" sergah Joanna dengan nada bicara cukup tinggi.

Wanita itu meloloskan diri dari lilitan tangan Mandala. Dia menatap Mandala dengan sorot mata tajam menahan amarah.

"Aku nggak tahu."

"Menikahlah. Demi aku," pinta Joanna dengan air muka memelas.

"Demi apa?"

"Demi aku. Demi kita."

"Aku nggak mau."

"Tapi aku ingin kamu melakukannya, dan itu harus."



Tamat

Boleh aku minta tinggalkan kesan dan pesan di sini ... boleh juga tinggalkan pertanyaan yang pengen dijawab sama othor ini. Silakan ....

Sampai jumpa di cerita berikutnya.


Love you all

DiurnariiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang