Apa Benar Mandala

1.4K 104 3
                                    

Terima kasih atas dukungan kalian memberikan vote dan komentar untuk Diurnarii

Hari ini update terakhir sebelum pengumuman pemenang dari pihak GrasindoStoryInc

Untuk sementara waktu akan kurevisi dari awal sampai bab ini. Apapun hasil lombanya kisah Joanna akan tetep berlanjut sampai tamat.

Sembari menunggu revisi selesai, kalian bisa mampir ke cerita sebelah yang berjudul KLISE.

Insha Allah, KLISE update tiap hari sampai bab 15. Selepas itu akan ada jadwal update bersama dengan Diurnarii

Sekali lagi terima kasih

Selamat membaca

"Cuma itu?" selidik Robby. Dia tak merasa puas dengan alasan yang Joanna katakan.

"Ya, memangnya apa lagi?" sela Joanna.

"Gue kira lo cemburu, maybe ...." Robby mengedikkan bahu.

"What the ...." Joanna mendelik. Dibukanya pintu mobil dengan kasar, tak dihiraukannya lagi Robby yang masih termangu di luar dengan alis bertaut dan bibir terkatup rapat.

"Kenapa lagi dia?" gumam Robby ketika duduk di belakang kursi penumpang bagian tengah. Dia menepuk pundak pak sopir, mengaba-aba agar segera pergi dari kantor pejabat daerah itu.

Mobil yang mereka tumpangi berderap pelan menyusuri jalanan ibukota yang tak pernah lengang. Hari ini outline yang Joanna dan Robby terima bisa dibilang pekerjaan mudah, hanya wawancara biasa dengan tiga narasumber berbeda. Itupun sudah ada janji temu lebih dulu, jadi mereka tidak perlu lari-larian mengejar sumber berita. Karena, tugas mendapatkan informasi tentang hot issue, saat ini ditangani oleh Silvi dan kameramennya, Zain.

"Pak, tolong nanti mampir ke apotek setelah perempatan," pinta Joanna.

Robby sontak mengalihkan fokusnya dari layar hape. Dia berkerut kening saat membenak, "Mau beli apa, Jo?"

"Baik Mbak," jawab pak sopir.

Robby berusaha menekan rasa ingin tahunya, tapi dia penasaran bukan main. Terlebih lagi melihat gelagat Joanna yang hari ini sikapnya agak aneh. Sedang datang bulan apa? Terka Robby dalam diamnya. Ah, apa iya? Baru sekali ini Joanna protes saat Robby menggoda cewek lain di depannya. Lagi, alasan yang Joanna katakan tadi menurut Robby tidak masuk akal.

Memang benar kalau Robby sudah cukup umur dan pantas untuk menikah. Laki-laki itupun merasa tertampar dengan pernyataan yang Joanna ucapkan. Dia tidak bisa menampik kebenaran kalau yang dikatakan Joanna adalah fakta yang sebenarnya. Kadang Robby pun bertanya pada dirinya sendiri, mau sampai kapan dia melajang? Sedang tidak ada yang tahu batas usia manusia kecuali Tuhan yang Maha Mengetahui segalanya.

Hati kecil Robby berbisik, "Apa yang gue cari dalam hidup? apa hanya tentang gemerlap duniawi?"

Lalu logika Robby menimpali, "Manusia hidup di dunia memang butuh materi untuk menaklukan dunia."

"Ah, lama-lama gue bisa gila," gerutu Robby yang mengacak-acak rambutnya sendiri.

Joanna menoleh ke belakang mendengar geraman Robby, laki-laki itu nampak berantakan. "Lo kenapa?" tanya Joanna.

"Gue bingung. Lo bikin gue inget sama nyokap." Robby menyandarkan punggung dan kepala, sedang tangan kanannya memijit pelipis yang mendadak nyeri.

"Sorry, gue nggak ada maksud ngingetin lo sama nyokap. Gue cuma mau, lo berubah jadi lebih baik aja," tutur Joanna yang merasa bersalah sudah mengingatkan Robby tentang pernikahan.

DiurnariiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang