Part 1

704 50 6
                                    

Selamat membaca ^^

.

.

.


Kota baru, awal baru bagi gadis dengan tubuh mungil itu, yang kini tengah sibuk ikut membatu 2 orang packer  yang mondar-mandir membereskan barang milik keluarganya yang baru saja diturunkan dari mobil.

Sambil bersenandung kecil, dia mulai mengangkat barang pribadi miliknya yang berukuran kecil ke dalam kamarnya.

"Pak, istirahat dulu aja. Ini ada minuman dingin sama sedikit camilan."

Tawar Kaiya yang baru datang dari arah dapur. Ditaruhnya nampan yang berisi minuman dingin dan beberapa camilan, diteras rumahnya. Saat melihat raut kelelahan di wajah para packer itu. Dia jadi tidak tega melihatnya.

"Iya, neng. Bentar lagi, nangung nih. Makasih ya, jadi ngerepotin."

Salah satu bapak packer itu menyahut. Bapak itu merasa tidak enak hati saat melihat kearahnya, mungkin mereka merasa, jadi merepotkan pemilik rumah. Kaiya tersenyum, menggelengkan kepala kecil, dia tidak merasa direpotkan, malah merasa terbantu.

"Oke, tapi nanti diminum ya pak." Ucap Kaiya yang terkekeh kecil.

Pemilik rumah ini berbeda, pikir packer itu. Biasanya, dia hanya segera membereskan barang-barang dan langsung pergi begitu saja. Tapi, pemilik rumah ini dan juga anak-anaknya sangat memperhatikan orang lain.

Setelah mendapatkan acungan jempol dari bapak itu, Kaiya langsung saja melenggang pergi melanjutkan kembali pekerjaan yang sempat ia tinggal.

• • •

Haaahh

Kaiya membanting tubuhnya dikasur empuk miliknya. Mengistirahatkan diri yang kelelahan. Pindah rumah ternyata bisa menguras seluruh tenaganya.

Baru saja terlelap, pintu kamarnya diketuk dengan keras dan secara berulang dari arah luar. Membuat Kaiya langsung membuka mata, mengeluh samar dan segera bangkit untuk membuka pintu, siapa gerangan yang mengetuk pintunya dengan keras, tak berhenti dan tak sabaran seperti itu.

Kaiya yang ingin memarahi orang yang ada berada dibalik pintu, terdiam saat tak melihat siapapun di balik pintu. Sampai dirasanya ada tangang kecil yang menarik baju bagian bawahnya, di situlah dia tahu bahwa, Mila, keponakannya yang mengganggu istirahatnya.

"Mila, ada apa? Ada yang mau kamu cari dikamar imo?" tanya Kaiya yang kini sedang celingukan, karena rumahnya terdengar sunyi dan sepi.

Bukan tanpa alasan Kaiya langsung bertanya seperti itu kepada Mila, keponakannya ini menghampiri dirinya pasti ada saja yang dia mau.

Mila menyengir. Benar bukan, keponakannya ini pasti sedang ada maunya.

"Mila mau pinjem boneka punya imo, boleh ya?" Anak berumur lima tahun itu mengerjapkan matanya, berusaha meluluhkan Kaiya yang pasti akan selalu menuruti kemauannya.

Kaiya yang ditatap seperti itu tak kuasa mencubit pipi gembul milik Mila. "Kamu nih ya, pinter banget, bikin orang lain nurutin kemauan kamu."

"Kamu lihat aja nih kamar imo, masih berantakan, bonekanya aja juga masih ada di dalam kardus. Kalau besok aja kamu ambil bonekanya, gimana? Jadi, kamu sekarang tidur dulu, imo beresin kamar dulu, besok, kamu boleh deh ambil boneka apa aja yang kamu mau dari kamar imo."

Kaiya menunjuk ke dalam kamarnya yang masih berantakan, kardus-kardus yang berisi perlengkapan kamarnya masih tertutup dengan rapi oleh lakban, belum tersentuh sedikit pun. Karena tubuhnya yang meronta ingin di istirahatkan.

IDOL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang