Part 2

269 35 17
                                    

Selamat membaca ya. 💕

  • 

 • 

  •  

Ditengah terik matahari, terdapat seorang pemuda yang sedang mengelilingi lapangan basket dengan santai. Membuatnya menjadi pusat perhatian seluruh murid sekolah. Tapi, yang diperhatikan merasa acuh, bukannya malu, karena saat ini ia dihukum karena dengan sengaja menumpahkan minuman ke baju guru yang hendak mengajar dikelasnya. Bukan itu saja, dia menyuruh ralat memaksa seluruh teman kelasnya untuk membolos pelajaran guru tersebut.

Teman sekelasnya mau tidak mau menuruti kemauan pria itu. Sebagian mungkin sependapat dengan pria itu, bersyukur karena Dean mengerti perasaan mereka yang sedang malas untuk belajar dengan salah satu guru killer sekolah.

Tapi sebagiannya tidak setuju. Mau gimana lagi, mereka akhirnya mengalah juga dan ikut untuk membolos kan diri daripada mereka yang menjadi salah satu sasaran kejahilan berikutnya dari seorang Dean.

"Kenapa dia tambah ganteng sih, padahal dia lagi keringatan gitu loh."

"Aku mah rela, kalo disuruh ngelapin keringatnya."

"Malah tebar pesona dia disana, bukannya malu."

Masih banyak lagi sebenarnya percakapan orang-orang disekitar sana dengan volume kecil, berbisik tapi masih bisa didengarnya dengan baik, saat pria itu, Dean, sedang menjalani hukumannya. Sekitar lapangan semakin riuh suara perempuan penghuni sekolah Dream saat melihat baju seragam tipis milik Dean telah basah oleh keringat, membuat tubuh bugar Dean sedikit terlihat dari balik baju yang menempel pada tubuhnya akibat keringat.

Dion, sahabat Dean dari lahir, menggeleng saat melewati kerumunan orang yang masih saja betah memandangi sahabatnya yang sedang berlari.

Dion heran dengan kelakuan para perempuan yang ada di sekolahnya ini. Bukannya benci atau setidaknya menjadikan Dean menjadi pilihan terakhir di list pria idaman mereka karena kelakuan Dean bisa membuat orang geleng-geleng kepala.

Tapi, sepertinya malah kebalikannya. Setiap hari, ada saja yang menitipkan coklat, bunga, hingga kado yang biasanya berisi jam tangan atau parfum. Yang mana, terselip note kecil yang berisi nomor ponsel perempuan itu. Berharap, jika Dean akan menghubungi mereka. Tentu saja semua itu sia-sia, toh, semua hadiah itu dia sumbangkan pada teman kelasnya. Jangan kan dilihat siapa pengirimnya, memegangnya saja Dean enggan.

Perempuan itu aneh, pikir Dion.

Padahal telah menjadi rahasia umum jika kelakuan Dean tidak sama bagus dengan rupa wajah miliknya yang menarik itu, bisa dikatakan kelakuan dari Dean sang idol sekolah Dream itu sangat sangat minus.

Otaknya saja dalam pelajaran bisa dibilang sungguh pas-pasan.

Beruntungnya, dia anak dari pemilik sekolah ini. Pak Yutra, pemilik sekolah yang kini jarang memantau sekolah karena Pak Yutra juga sibuk mengurus bisnis properti yang baru saja dijalaninya.

Membuat Dean terkadang bertingkah menjadi sok penguasa, saat Pak Yutra tak bisa memantau sekolah dan dengan gampangnya Dean mengancam guru-guru sekolahnya, untuk tidak cari masalah dengan dirinya. Tapi itu hanya berlaku bagi beberapa guru saja, guru yang baru maksudnya. Jika, guru yang telah mengabdi lama disekolahnya, tak akan takut ataupun segan lagi saat harus menghukum Dean.

Dean yang telah menyelesaikan putaran terakhirnya, langsung menghampiri sahabatnya yang baru saja datang sambil membawa minuman dingin, yang dia tau dari kantin.

IDOL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang